Sepertinya hidup Bila akan hancur setelah bertemu dengan Jeff. Setelah kejadian di UKS itu Jeff selalu melakukan hal yang tidak senonoh pada Bila.
Setelah kejadian itu pula, Bila selalu merasa ketakutan jika bertemu dengan gurunya itu. Seperti saat ini, semenjak pelajaran dimulai, Bila hanya menundukkan kepalanya dan berpura-pura menulis.
“Salsabila Auristela, bagaimana dengan tugasmu?” Pertanyaan Jeff berhasil membuat Bila terlonjak. Bukan karena pertanyaan yang diajukan, tapi suara pria itu yang membuat Bila sedikit gemetar.
“Eemm emm, su – sudah, Pak,” jawab Bila terbata.
Dia memang sudah mengerjakan tugasnya, hanya saja dia merasa malu dan takut untuk maju ke depan kelasnya.
“Kalau begitu silahkan maju, kamu presentasikan.” Hal yang ditakutkan Bila akhirnya terjadi. Dia dengan terpaksa maju ragu-ragu.
Bila sedikit menatap Jeff, namun pria itu memandangnya seperti tak terjadi apapun dengan mereka.
“Silahkan!” Jeff kembali memerintahkan Bila. Akhirnya dengan terpaksa, Bila melakukan presentasi meskipun dengan tergagap dan keringat dingin yang mulai muncul.
Semuanya bertepuk tangan setelah Bila selesai dengan presentasinya. Dia memang gugup, tapi pengucapan Bahasa Inggrisnya memang luar biasa.
“Oke terima kasih Salsabila, silahkan kembali ke tempat duduknya.”
“Bagus!!” ucap Stevani sedikit berbisik setelah Bila kembali ke tempat duduknya. Bila hanya tersenyum mendengar pujian dari temannya itu.
Pelajaran kembali berlangsung dan satu persatu siswa mempresentasikan tugasnya hingga jam istirahat berbunyi.
“Jajan gak?” tanya Keisya pada kedua temannya. Perutnya sedari tadi sudah menagih untuk diberi makan.
Stevani dan Bila mengangguk menyetujui ajakan Keisya. Mereka akhirnya pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong.
Seperti hari-hari biasa, kantin selalu penuh di jam istirahat dan Bila dengan temannya saat ini sedang berdo’a semoga masih ada kursi kosong yang bisa mereka tempati.
“Di sana!” teriak Stevani. Mereka sedikit berlari untuk mencapai tempat itu. Tapi sebelum mereka sampai di sana, pria jangkung dengan wajah tampan sudah lebih dulu sampai di sana.
“Yahh,” keluh Keisya saat mereka tak berhasil mendapatkan tempat terakhir itu.
“Kalian mau duduk?” tanya pria itu.
“Iya, Pak. Tapi keduluan, Bapak.” Tanpa tahu malu, Stevani mengatakannya.
“Ya udah kalian duduk aja. Lagian kan ini kursi masih panjang, itu di seberang juga masih ada.”
“Beneran, Pak?” tanya Stevani. Seperti mimpi Stevani bisa makan dengan orang yang dia kagumi.
Pria itu mengangguk. Akhirnya mereka duduk di sana, tanpa kedua temannya sadari jika sedari tadi Bila menunduk dan memainkan jari-jarinya. Dia kembali ketakutan. Jika akan seperti ini akhirnya, dia tak akan ikut ke kantin dengan teman-temannya.
“Makasih, Pak Jeff!!” teriak Stevani yang membuat semua orang yang ada di sana menoleh ke asal suara.
Keisya dan Stevani pergi untuk memesan makanan mereka dan meninggalkan Bila dengan Jeff di sana dengan alasan takut ada orang yang menduduki tempat mereka.
“Bil, kamu gak risih apa?” tanya Jeff tiba-tiba.
“Kenapa, Pak?” Bila kembali bertanya karena dia tak mengerti dengan apa yang ditanyakan Gurunya itu.
“Rok kamu, baju kamu,” bisik Jeff. Matanya jelalatan melihat benda di balik rok dan baju Bila yang bisa dia lihat. Dengan spontan, Bila menutupi bagian-bagian tubuh itu dengan tangannya.
“Saya nanti beli baru, Pak.” Bila menjawab dengan menundukkan kepalanya.
Jeff menyeringai menanggapi ucapan Bila. “Hati-hati,” bisiknya.
Itu tak terdengar seperti sebuah peringatan, tapi terdengar seperti sebuah godaan bagi Bila. Entah mengapa, Bila merasa jika teman-temannya pergi begitu lama.
Tak lama setelah itu, Stevani dan Keisya datang dengan makanan di atas nampan besar.
“Misi misi panas!!” teriak Stevani heboh. Dia merasa sangat senang hari ini karena bisa makan dengan Jeff.
Awalnya mereka makan dengan damai dan diselingi dengan candaan atau beberapa gurauan yang membuat mereka tertawa begitu juga dengan Bila.
Tapi, Bila mulai merubah raut wajahnya. Dia merasa aneh. Sementara Jeff yang ada di sampingnya hanya menyeringai. Tempat duduk mereka yang ada di pojok kantin membuat seseorang dapat dengan lancar melakukan aksinya.
Bila merapatkan kakinya saat merasa ada sebuah tangan panas yang mulai menyentuh pahanya. Bila memberikan kode pada Jeff agar menghentikan aksinya itu, tapi pria itu hanya mengabaikannya dan melanjutkan kegiatannya.
Sementara itu kedua temannya masih anteng dengan makanan mereka masing-masing dan tak menyadari perubahan Bila.
Semakin dibiarkan, tangan Jeff semakin menggerayangi ke arah pusat Bila dan hendak memasukan jarinya.
“Ahh!! A – aku mau ke toilet sebentar.” Bila berdiri dengan tiba-tiba untuk menggagalkan rencana busuk Jeff. Bila melirik Jeff sejenak sebelum kemudian berlari menuju toilet.
Jeff terkekeh bahagia karena berhasil menggoda Bila. “Kenapa dia?” tanya Stevani pada Keisya.
“Mau pup kali,” jawabnya acuh sambil melanjutkan acara makannya.
Sementara itu Bila menghela napasnya dalam saat berhasil kabur dari Jeff. “Bagaimana dia bisa melakukan itu?” tanyanya pada dirinya sendiri.
Dia mencoba menenangkan dirinya di balik toilet. Dia enggan kembali ke kantin, namun dia ingat belum membayar makanannya.
Akhirnya setelah dia sedikit lebih tenang, dia kembali ke kantin. Beruntunglah Jeff sudah tak berada di sana, hanya menyisakan kedua temannya yang masih mengobrol.
“Lama banget,” ucap Stevani. “Sorry, kebelet.” Setelah selesai, mereka membayar makanannya. Tapi, sebelum itu Bila mengedarkan pandangannya mencoba mencari keberadaan Guru mesum itu.
“Nyari apa lo?” tanya Keisya bingung ketika melihat Bila mengedarkan pandangannya.
“Bukan, bukan apa-apa. Ayo!” Bila merangkul kedua temannya untuk kembali ke kelas.
Kembalinya mereka ke kelas tidak semulus yang kalian kira, Bila menabrak sosok tinggi dengan wangi yang khas hingga gadis itu terjatuh.
“Ahh, maaf.” Pria itu mengulurkan tangannya untuk membantu Bila bangun, sementara kedua temannya terpaku dengan ketampanan sosok di hadapannya.
“Gak apa-apa.” Bila menerima uluran tangan itu dan bangun dengan sedikit meringis.
“Sorry ya, gue buru-buru.” Mata keduanya sempat beradu saat pria itu berhasil membantu Bila berdiri. Setelah itu pria berlalu melanjutkan kegiatan larinya.
Bila membersihkan bagian belakang seragamnya dan bersikap acuh pada kejadian barusan.
“Ganteng banget, gila!” Stevani berjingkrak senang karena bertemu dengan dua orang tampan hari ini.
“Kayanya gue gak pernah lihat dia,” ucap Keisya. Dia bersikap biasa saja, namun kali ini dia mengakui jika pria yang barusan itu memang sangat tampan.
“Gue gak peduli. Besok harus ketemu lagi!” Stevani sangat semangat dengan hari esok.
“Udah ah ayo!” Bila kembali menarik teman-temannya untuk kembali ke kelas. Menurutnya pria yang barusan menabraknya tak begitu tampan, tapi kenapa kedua temannya ini begitu tergila-gila.
Pas sekali, sesampainya mereka di kelas, bel masuk jam pelajaran terakhir berbunyi. Mereka bersiap untuk pelajaran selanjutnya. Lebih tepatnya mereka ingin segera kembali ke rumahnya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments