6. Malam Panjang

Hari ini seperti hari-hari Bila pada umunya, pergi ke sekolah diantar oleh sopir. Rasanya tak pernah sekalipun dia diantar ke sekolah oleh Ayah atau Bundanya.

Tapi kalaupun Bila ingin mengeluh, Bila tak berani karena sebuah fasilitas yang orang tuanya berikan untuknya telah melebihi dari kata cukup.

Bila menggendong tasnya menuju ke kelas. Hari ini tak ada pelajaran Bahasa Inggris hingga setidaknya dia akan terbebas dari Guru aneh itu.

“Bil, tunggu!” Stevani berteriak dari arah belakang. Gadis itu berlari untuk menyamakan langkahnya dengan bila.

“Berangkat bareng siapa?” tanya Bila sambil menengok ke belakang berharap dia bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaannya di sana.

“Ayah gue. Sekalian berangkat ke kantor,” jawab Stevani. Ucapan teman sebangkunya itu berhasil menurunkan mood Bila, pasalnya dia tak pernah merasakan sensasi diantar oleh sang Ayah.

“Ohh oke.” Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara mereka hingga sampai ke kelas. 

“Bayar kas!” Baru saja Bila dan Stevani menginjakkan kaki di kelas mereka, seorang bendahara kelas yang Bila ketahui namanya Anastasya menagih mereka berdua.

“Belum juga gue duduk, Sya,” keluh Stevani. Meski begitu gadis itu merogoh saku roknya dan memberikan uang dua puluh ribu pada Anastasya begitupun dengan Bila.

Bila dan Stevani berjalan ke arah bangku mereka sebelum kemudian netra Stevani menangkap pemandangan yang membuatnya muak.

Di sana, Keisya salah satu teman dekatnya tengah berkutat dengan soal-soal matematika, lebih tepatnya gadis itu tengah mencontek tugas milik ketua kelas mereka.

“Tugas apa lagi?!!” kesal Stevani. “Perasaan gue buka buku semalam gak ada tugas,” lanjutnya sambil menghampiri Keisya dan melihat tulisan gadis itu.

“Gue juga baru tau tadi pas datang,” jawab Keisya singkat. “Bil, lo udah?” tanya Stevani. Bila menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa dia mengerjakan tugas, sementara semalam dia hanya tidur dan memainkan ponselnya.

“Mau ngerjain gak?” Stevani berharap Bila menggelengkan kepalanya agar dia ada teman jika mendapatkan hukuman nanti.

“Ngerjain dong, ya kali gue nanti dihukum,” jawab Bila. Hancur sudah semua harapan Stevani untuk bersantai pagi ini. pada akhirnya mereka mengerjakan tugas yang deadline-nya tinggal setengah jam lagi.

Menjadi murid kelas dua SMA memang bukan lagi hal yang mudah karena mereka harus mulai memikirkan nilai-nilai mereka jika ingin di terima di perguruan tinggi yang mereka impikan.

“Eh, kalian ikut karyawisata gak?” tanya Stevani sambil terus menulis tugasnya. “Emang wajib?” tanya Keisya.

“Katanya sih gitu. Kalaupun gak ikut, lo bakal disuruh ngerjain tugas bentuknya karya ilmiah sih kalo gak salah,” jelasnya.

“Kalo gitu mending gue ikut lah!” ucap Keisya final. “Kapan?” tanya Bila. “Bulan depan. Masih ada waktu buat persiapan,” kekehnya.

Setelah kurang lebih dua puluh menit mereka berkutat dengan tugasnya, akhirnya semuanya selesai tepat sebelum bel masuk berbunyi.

“Bu Indah gak akan masuk buat hari ini, jadi kita di suruh diem di kelas jangan keluar.” Sang ketua kelas bersabda. 

“Terus gunanya gue ngerjain nih tugas apa?!!” teriak Stevani sambil membanting pulpennya hingga terpental.

“Ya udah sih, seenggaknya lo gak usah kerjain itu minggu depan.” Dengan santainya ketua kelas mengambil buku yang dicontek teman-temannya dan kembali ke tempat duduknya.

Berbeda dengan Stevani, sorakan kemenangan begitu menggema dari siswa yang tak mengerjakan tugas mereka.

**** 

Malam ini adalah malam yang sangat memusingkan bagi Jeff. Pria itu kembali bertengkar dengan Kakaknya setelah satu minggu ini mereka baik-baik saja.

Riuh musik dan sorakan begitu menggema di ruangan remang ini. Setiap orang memiliki minumannya sendiri untuk diteguk dan kemudian kehilangan kesadarannya.

Begitu juga Jeff. Entah karena terlalu sering meneguk minuman itu atau memang dia baru meneguknya sedikit, saat ini pria itu masih sepenuhnya sadar.

Meski begitu, dalam pikirannya terasa sangat kacau. Saat otaknya terus memikirkan masalah yang menimpanya, seorang wanita dengan pakaian mini tiba-tiba duduk di pangkuannya.

Gadis itu juga mengalungkan tangannya di leher Jeff. Jeff yang menerima itu hanya terdiam tanpa mempedulikan gadis itu.

“Jeff!” sentaknya. Gadis itu sangat tidak menyukai diabaikan seperti ini.

Jeff memandang gadis di pangkuannya itu dengan kening mengerut, menandakan jika pria itu bertanya apa yang diinginkan gadis itu.

“Kenapa kau diam saja? Bukankah menurutmu malam ini aku sangat menarik?” Dengan sengaja Laras memamerkan kedua *********** yang sedikit terlihat.

Jeff mendengus, dia tak munafik. Meskipun keadaannya kini sedang lelah dan tak baik-baik saja, tapi pria normal mana yang tak akan terangsang jika diberikan hal semacam ini di depannya.

Dengan tergesa, Jeff menyesap bibir gadis yang menjadi kekasihnya itu. Hanya gadis itu yang berani mendekatinya karena Laras memberikan ancaman pada gadis lain untuk tak mendekati kekasihnya.

Laras dengan nafsunya yang melangit kini juga membalas ciuman itu, bahkan ketika sesekali mereka melepaskan tautan itu, benang saliva menjuntai di antara bibir keduanya.

“Hmmm.” Setelah lama berurusan dengan kenikmatan itu, akhirnya sebuah erangan keluar dari mulut Laras.

Jeff yang merasa itu sebagai lampu hijau untuknya segera membawa kekasihnya itu menuju kamar yang ada di sana. Tentu saja mereka menyewa kamar itu.

Entah mendapatkan napsu dari mana, Jeff membuka seluruh pakaiannya dan pakaian Laras hingga tak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuh mereka.

“Jeff, untuk kali ini saja. Aku minta kau mencintaiku bahkan ketika kita telah selesai bercinta,” lirihnya, seolah dia sangat mendambakan rasa cinta dari kekasihnya itu.

Jeff tak menjawab sedikitpun. Pria itu kembali fokus pada apa yang sedang dilakukannya. Bahkan pria itu tak segan membuat tanda merah di sekitar leher dan dada gadis itu.

Malam itu, mereka kembali menyatukan tubuh mereka disaksikan sebuah ruangan bernuansa monokrom dan juga hujan rintik yang terjadi di luar.

Jeff tetaplah Jeff, dia tak bisa hanya melakukannya satu ronde saja. Pria itu menggempur Laras habis-habisan.

“Salsabila,” erang Jeff saat dia mencapai pelepasan. Laras yang mendengar itu, hatinya seolah tertusuk ribuan belati. Kekasihnya memanggil nama gadis lain disaat mereka bercinta.

Jeff terengah-engah dan merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar yang temaram itu. Sekarang dia menyadari jika dia melakukan kesalahan.

“Siapa Salsabila?” tanya Laras lirih. Dia saat ini juga dalam posisi terlentang.

“Bukan siapa-siapa,” elak Jeff. Laras hampir saja meneteskan air matanya jika dia tak segera mengusapnya dengan kasar.

Gadis itu bangun dengan terburu-buru dan memakai kembali pakaiannya. Air matanya sudah tak  bisa lagi dia bendung.

Sementara Jeff, bukannya menenangkan gadis itu, dia masih betah dengan lamunannya dan tentu saja dia juga merasa menjadi pria bajingan walaupun sebelumnya dia juga memang seorang bajingan.

“Ras, aku ingin mengakhiri hubungan kita.”

Episodes
1 1. Perkenalan
2 2. Alone
3 3. Real Happiness
4 4. Pertanggung Jawaban
5 5. Guru Aneh
6 6. Malam Panjang
7 7. Bantuannya
8 8. Ancaman
9 9. Rasa Takut
10 10. Bimbingan Belajar
11 11. For The First Time
12 12. Official
13 13. Cemburu
14 14. Tragedi Bilik Toko
15 15. You're Mine
16 16. Merajuk
17 17. Bersamamu
18 18. Our Dating
19 19. Raveno Tahu
20 20. Permen Kapas
21 21. Kamar Mandi
22 22. Making Love
23 23. Tanda
24 24. Terabaikan
25 25. Seorang Anak
26 26. Pencarian
27 27. Sesal
28 28. Tamparan Keisya
29 29. Raveno dan Melinda
30 30. Akankah Berjumpa
31 31. Pertemuan Awal
32 32. Takut Bertemu
33 33. Bertemu Denganya, Lagi
34 34. Hamil??
35 35. Pelajaran Untuk Jeff
36 36. Lari Lagi
37 37. Raveno Si Pria Tengil
38 38. Tamparan seorang sahabat
39 39. Pesan Dari Bila
40 40. Pendusta
41 41. Membujuk Bila
42 42. Cerita Masa Lalu dan Jeff
43 43. Hari Pulang Ke Rumah
44 44. Apology
45 45. Perjuangan
46 46. Bertemu Sahabat
47 47. KDRT
48 48. Khawatir
49 49. Kembali Bersama
50 50. Manja
51 51. Cek Kandungan
52 51. List Pertanyaan
53 52. Meminta Saran dan Bantuan
54 53. Bukan Meminta Izin, Hanya Memberitahu
55 54. Rumah Ternyaman
56 55. Surat Undangan
57 56. Benarkah?
58 57. The Day
59 58. Anak Keras Kepala
60 59. Raveno Tahu
61 60. Hukuman
62 61. Mulai Peduli
63 62. Khawatir
64 63. Lampu Hijau Calon Mertua
65 64. Kenapa?
66 65. Gibah
67 66. Rumah Baru
68 67. Persiapan
69 68. Mulai Peduli
70 69. Syukuran
71 70. Terbongkar
72 71. Cerita Keluarga Jeff
73 72. Keburukan Ayah Melinda
74 73. Izin Kepada Ayah
75 74. Bukti Transfer
76 75. Apartemen
77 76. Perjuangan dan Penolakan
78 77. Kedatangan Laras
79 78. Kecewa
80 79. Victor dan Nasihatnya
81 80. Bersama
82 81. Berbohong
83 82. Tanpa Jeff
84 83. Sangat Kecewa
85 84. Sebuah Perbedaan
86 85. Kesalah Pahaman
87 86. Perang Dingin
88 87. Masih Dingin
89 88. Latihan Basket
90 89. Kiss
91 90. Kecelakaan
92 91. Panik
93 92. Membaik
94 93. Rumah
95 94. She's My Sister
96 95. Terungkap
97 96. Meminta Maaf
98 97. Kedekatan Raveno dengan Bila
99 98. Jatuh Cinta
100 99. Tiga Tahun
101 100. Kuliah Bareng
102 101. Laras dan Kehidupannya
103 102. Azka POV
104 Pengumuman!!!
Episodes

Updated 104 Episodes

1
1. Perkenalan
2
2. Alone
3
3. Real Happiness
4
4. Pertanggung Jawaban
5
5. Guru Aneh
6
6. Malam Panjang
7
7. Bantuannya
8
8. Ancaman
9
9. Rasa Takut
10
10. Bimbingan Belajar
11
11. For The First Time
12
12. Official
13
13. Cemburu
14
14. Tragedi Bilik Toko
15
15. You're Mine
16
16. Merajuk
17
17. Bersamamu
18
18. Our Dating
19
19. Raveno Tahu
20
20. Permen Kapas
21
21. Kamar Mandi
22
22. Making Love
23
23. Tanda
24
24. Terabaikan
25
25. Seorang Anak
26
26. Pencarian
27
27. Sesal
28
28. Tamparan Keisya
29
29. Raveno dan Melinda
30
30. Akankah Berjumpa
31
31. Pertemuan Awal
32
32. Takut Bertemu
33
33. Bertemu Denganya, Lagi
34
34. Hamil??
35
35. Pelajaran Untuk Jeff
36
36. Lari Lagi
37
37. Raveno Si Pria Tengil
38
38. Tamparan seorang sahabat
39
39. Pesan Dari Bila
40
40. Pendusta
41
41. Membujuk Bila
42
42. Cerita Masa Lalu dan Jeff
43
43. Hari Pulang Ke Rumah
44
44. Apology
45
45. Perjuangan
46
46. Bertemu Sahabat
47
47. KDRT
48
48. Khawatir
49
49. Kembali Bersama
50
50. Manja
51
51. Cek Kandungan
52
51. List Pertanyaan
53
52. Meminta Saran dan Bantuan
54
53. Bukan Meminta Izin, Hanya Memberitahu
55
54. Rumah Ternyaman
56
55. Surat Undangan
57
56. Benarkah?
58
57. The Day
59
58. Anak Keras Kepala
60
59. Raveno Tahu
61
60. Hukuman
62
61. Mulai Peduli
63
62. Khawatir
64
63. Lampu Hijau Calon Mertua
65
64. Kenapa?
66
65. Gibah
67
66. Rumah Baru
68
67. Persiapan
69
68. Mulai Peduli
70
69. Syukuran
71
70. Terbongkar
72
71. Cerita Keluarga Jeff
73
72. Keburukan Ayah Melinda
74
73. Izin Kepada Ayah
75
74. Bukti Transfer
76
75. Apartemen
77
76. Perjuangan dan Penolakan
78
77. Kedatangan Laras
79
78. Kecewa
80
79. Victor dan Nasihatnya
81
80. Bersama
82
81. Berbohong
83
82. Tanpa Jeff
84
83. Sangat Kecewa
85
84. Sebuah Perbedaan
86
85. Kesalah Pahaman
87
86. Perang Dingin
88
87. Masih Dingin
89
88. Latihan Basket
90
89. Kiss
91
90. Kecelakaan
92
91. Panik
93
92. Membaik
94
93. Rumah
95
94. She's My Sister
96
95. Terungkap
97
96. Meminta Maaf
98
97. Kedekatan Raveno dengan Bila
99
98. Jatuh Cinta
100
99. Tiga Tahun
101
100. Kuliah Bareng
102
101. Laras dan Kehidupannya
103
102. Azka POV
104
Pengumuman!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!