“Kenapa dia pergi?” bisik Jeff. Pria itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Dia memijit kepalanya.
“Apa yang aku katakan padanya tadi?” Jeff baru menyadari apa yang dia lakukan pada Bila saat ini.
Dia memang tak main-main dengan meminta Bila untuk menjadi kekasihnya. Yang dia pikirkan saat ini, bagaimana dia bisa menunjukkan sisi lemahnya pada Bila.
Jeff menghela napasnya dalam. Di bangkit dan akan mandi saja untuk saat ini. Biarlah dia akan menyelesaikannya nanti setelah pikirannya sedikit membaik.
Sementara itu Bila baru tiba di rumahnya, dia pulang menggunakan taxi karena hari sudah mulai sore.
“Non ke mana saja?” Baru saja membuka pintu, Bila dikejutkan dengan kehadiran Bi Inah yang sepertinya sudah menunggunya dengan wajah paniknya.
“Bi, bikin kaget aja,” ucap Bila sambil mengatur rambutnya agar menutupi bagian lehernya.
“Itu Bi, Bila dipilih buat jadi perwakilan sekolah ikut Olimpiade Bahasa Inggris, jadi Bila pulang telat. Kemungkinan kedepannya juga bakal pulang telat,” jelas Bila. Untuk yang itu dia tak bohong, tapi untuk yang lainnya dia tak mungkin mengatakan semuanya pada Bi Inah.
“Ohh gitu, Non. Lain kali hubungin Bibi ya, biar Bibi gak khawatir,” ucap Bi inah.
Bila tersenyum lebar seraya mengangguk. Dia bersyukur karena masih ada Bi Inah yang khawatir padanya.
“Kalau gitu Bila ke atas dulu ya.” Bila pamit dan segera naik setelah mendapatkan anggukkan dari Bi Inah.
Bila menghela napasnya. Pikirannya kembali pada kejadian beberapa saat lalu. Dia menyesal, tapi perasaan itu selalu mengganggu rasa sesalnya.
Perasaan nyaman ketika Jeff memeluknya dengan erat, perasaan lain yang ada dalam hatinya yang memerintahkannya agar selalu menjaga Jeff.
Semua perasaan itu sangat mengganggu dan membuat Bila bingung. “Ah lupakan itu!” sentaknya. Kemudian Bila pergi mandi. Bagian bawahnya masih nyeri karena kegiatannya dengan Jeff. Dia tak ingin siapapun tahu tentang hubungannya dengan Jeff yang tidak wajar ini.
****
Jeff berangkat ke sekolah seperti biasa. Niatnya kemarin sore dia akan mengantar Bila ke rumahnya, tapi rencananya gagal karena dia tertidur. Jadi sekarang dia tak bisa menjemput gadis itu untuk pergi ke sekolah bersama.
Entah sebuah kebetulan atau memang Tuhan sudah mengaturnya, Bila dan Jeff sampai di sekolah bersamaan. Bila yang berjalan dari gerbang dan Jeff dengan mobilnya menuju parkiran.
Keduanya saling mengetahui keberadaan masing-masing. Bila memilih berpura-pura tak melihatnya dan Jeff yang terus memperhatikan Bila.
Jeff keluar dari mobilnya dan terburu-buru menghampiri gadis itu. Jeff menarik tangan Bila untuk ikut dengannya.
“Ikut sebentar,” ucap Jeff. Bila tak menolaknya, dia mengikuti ke mana Jeff akan membawanya pergi.
Mereka sampai di ruangan Jeff. Ruangan yang menjadi awal untuk mereka.
“Pulang sama siapa kemarin?” tanya Jeff sambil merapikan anak rambut yang menutupi wajah Bila. Bila sedikit menghindar karena terkejut.
“Taxi,” jawab Bila singkat.
“Maaf.” Bila mengangkat kepalanya memandang netra orang yang baru saja mengucapkan kata maaf pada Bila.
“Untuk apa?” tanya Bila. “Untuk semua yang saya lakukan kemarin.” Sebuah pernyataan yang memang sudah seharusnya Jeff ucapkan. Tapi entah kenapa Bila tak menyukainya. Dia tak menyukai kata maaf dari Jeff karena itu berarti kemarin adalah sebuah kesalahan dan kekhilafan yang Jeff lakukan.
Bila terdiam. “Kenapa Bapak lakuin ini?” tanya Bila. Hampir saja air matanya akan terjatuh jika dia tak segera mengusap dengan kasar air mata itu.
Jeff terdiam tak mengerti dengan Bila. “Kenapa kamu menangis?” tanya Jeff. Pria itu hendak menghapus air mata Bila, namun Bila segera menghindar menjauhkan wajahnya dari jangkauan Jeff.
“Bil,” lirih Jeff.
“Bapak minta maaf kan? Oke saya maafin. Tapi bapak bisa gak usah deket-deket sama saya lagi? Bapak bisa gak perlakuin saya kaya sebelumnya? Bisa?!” Akhirnya tangis Bila pecah. Dia menangis sejadi-jadinya, wajahnya memerah menahan amarah.
“Kenapa Bapak baru minta maaf sekarang. Ke mana aja waktu saya minta Bapak lepasin saya?!”
“Karena Bapak sudah dapat apa yang Bapak mau makanya mau ninggalin saya gitu aja. Gitu maksud Bapak?!” Bila berteriak murka.
Jeff spontan mendekap tubuh itu. Tubuh kecil yang pernah dia jamah. “Enggak, gak gitu.” Jeff takut. Dia tak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya.
“Apa? Lalu apa?! Bapak masih mau menjadikan saya budak **** Bapak?!” Bila melepaskan pelukan Jeff dengan sedikit kasar.
“Salsabila!” Jeff berteriak karena Bila tak memberikannya sebuah kesempatan untuk menjelaskan semuanya.
Bila terlonjak dan tangisnya seketika berhenti menatap Jeff tak percaya. Bila hendak pergi dari sana sebelum jeff mencekal tangan gadis itu.
“Bisa dengerin saya dulu?” Jeff melunak. Bila akhirnya berbalik, sekali lagi. Jika Jeff kembali mengecewakannya, dia akan benar-benar pergi dari sana.
“Saya suka kamu. Untuk yang kemarin, seharusnya saya tak melakukan hal buruk pada orang yang saya cintai, itulah kenapa saya meminta maaf. Maaf.” Lagi-lagi pernyataan Jeff membuat Bila tertegun.
Ternyata Jeff tak seburuk itu. “Saya meminta kamu menjadi kekasih saya bukan main-main. Saya berjanji tak akan melakukan hal buruk lagi sama kamu tanpa persetujuan.”
Bila memeluk Jeff dengan erat, akhirnya sebuah kalimat yang Bila tunggu-tunggu dari Jeff keluar juga. Jeff membalas pelukan itu tak kalah erat.
“Jadi kamu menerimanya?” tanya Jeff memastikan. Bila menjawab pertanyaan Jeff dengan anggukkan. Bukan main perasaan bahagia yang Jeff rasakan saat ini.
“Apa kemarin aku menyakitimu?” Jeff melepaskan pelukan mereka dan menangkup wajah Bila.
Bila menggeleng pelan dan tersenyum. “Syukurlah.”
“Pulang sekolah tunggu di kelas, kita pulang bersama. Aku akan membelikanmu seragam baru. Lihatlah, aku tak suka melihat milikku menjadi konsumsi umum.” Bila terkekeh mendengar penuturan kekasihnya. Hanya berbeda lima tahun dia rasa akan baik-baik saja.
“Baiklah, sekarang aku harus ke kelas dulu.” Jeff mengangguk dan mengecup kening Bila sebelum gadis itu pergi ke kelasnya.
“Bil!” Sebuah teriakan saat Bila baru saja keluar dari ruangan Jeff membuat Bila terlonjak. Dia menolehkan kepalanya mencari orang yang memanggilnya.
“Ayo!” Ternyata itu adalah Stevani. Gadis itu menggandeng Bila menuju ke kelasnya.
“Kenapa keluar dari ruangan Pak Jeff?” tanya Stevani penasaran.
“A ... emm ... itu ...,” Bila tergagap, dia bingung akan menjawab apa.
“Ah, gue konsul Olimpiade!” Akhirnya Bila mendapatkan pencerahan setelah berpikir sejenak.
Stevani mengangguk paham dan Bila menghela napas lega karena temannya mempercayai ucapannya begitu saja.
“Keisya mana?” tanya Bila berusaha mengalihkan pembicaraan. Stevani menggeleng, dia tak tahu keberadaan temannya yang satu itu.
Tanpa membahas hal lain, akhirnya mereka berdua berjalan menuju kelas. Beruntunglah ini masih pagi, jadi mereka tak harus berdesakan dengan orang lain ketika memasuki kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments