Seperti yang telah mereka sepakati. Kini Bila berada di apartemen Jeff setelah menolak ajakan teman-temannya untuk bermain.
Bukan karena Bila tak ingin main, tapi Jeff memaksa agar dirinya ikut dengan pria itu. Sepanjang jalan, bahkan hingga mereka kini sampai di tempat tujuan, Bila mencebikkan bibirnya karena kesal.
“Kamu mau ke mana? Kita bisa pergi berdua.” Sedari tadi Jeff berusaha membujuk kekasihnya itu. Namun, tak ada satupun bujukannya yang berhasil.
Bila tak menjawab. Jangankan menjawab, memandang Jeff saja Bila tak ingin.
“Bil, kamu mau apa? Bilang.” Sekali lagi Jeff berusaha membujuknya. Namun masih tak ada jawaban.
Karena sudah lelah dengan bujukannya, akhirnya Jeff meninggalkan Bila dengan kemarahannya dan lebih memilih memasak untuk mereka makan.
Aroma makanan membuat Bila mengalihkan pandangannya ke arah dapur. Sejujurnya dia ingin marah lebih lama, tapi rasa laparnya sudah tak bisa ditahan lagi.
“Masak apa?” tanya Bila malu-malu. Tentu saja, siapa yang tak malu setelah beberapa saat lalu dia mengabaikan Jeff dan sekarang dia bertanya pada pria itu.
“Sesuatu.” Ide jahat terlintas dalam benak Jeff. Dia ingin mengerjai Bila karena telah mengabaikannya beberapa saat lalu.
Bila tak berhenti hingga di sana. Gadis itu mendekati Jeff yang masih fokus dengan penggorengan yang ada di depannya. Badan tingginya menggunakan appron dengan warna monokrom.
Bila sengaja menggoda pria itu dengan melingkarkan tangannya di pinggang Jeff dan menyandarkan kepalanya di punggung Jeff.
Back hug, itulah yang sering orang-orang katakan. Meskipun Jeff sering mendapatkan perlakuan seperti ini, tapi kali ini terasa berbeda.
Bagaikan ribuan kupu-kupu terbang di perutnya. Sangat menggelitik namun nyaman.
“Maafkan aku,” bisik Bila setelah dia menyadari jika Jeff sedang marah padanya.
“Untuk apa?” tanya Jeff singkat.
“Marah padamu. Aku hanya ingin bermain dengan temanku. Aku tak pernah melakukannya.” Ucapan Bila membuat Jeff menghentikan kegiatannya.
Pria itu mematikan kompor dan berbalik menghadap Bila. “Apa maksudmu tak pernah melakukannya?” Jeff mulai penasaran.
“Kamu tahu, aku tak pernah punya teman. Ada beberapa orang yang mau bermain dengan aku, tapi setelahnya akan pergi begitu saja bahkan akan memusuhiku.”
“Tunggu sebentar, biarkan aku menyelesaikan ini. Setelah itu aku benar-benar ingin tahu tentangmu.” Jeff kembali pada masakannya dan menata makanan itu di meja makan setelah matang.
“Jadi, apa yang terjadi?” Jeff duduk di kursi makan dan membawa Bila agar gadis itu duduk di pangkuannya. Tentu saja berhadapan dengannya.
“Aku anak yang kesepian. Setiap hari aku hanya akan di rumah sendirian. Hanya ada Bi Inah dan Mang Parman, pembantu dan sopirku. Ayah dan Bunda bekerja bahkan tak jarang mereka sampai tak pulang ke rumah.” Jeff memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Bila.
“Tapi aku berusaha buat mengerti karena mereka mencari uang untukku. Aku berharap setelah aku menginjak usia remaja, akan ada teman yang selalu mengisi kekosonganku, tapi itu adalah hal yang mustahil untukku.”
“Ini semua karena ini.” Bila memukul bagian dadanya dan bokongnya.
“Kenapa kamu menyalahkan mereka?” Jeff tak terima karena Bila memukul bagian yang menjadi miliknya.
“Karena tubuhku ini, aku selalu didekati pria. Dan tak jarang pria itu adalah pria yang temanku sukai. Itulah kenapa teman-temanku menjauh dan memilih untuk memusuhiku. Mereka mem-bully-ku habis-habisan. Ada orang yang tahu tapi mereka memilih diam. Aku juga tak berani mengatakannya pada guru atau orang tuaku.”
Jeff mengusap pipi Bila saat gadis itu mulai menangis. “Itulah kenapa aku sangat marah pada kamu karena tak mengijinkanku bermain dengan temanku.”
“Padahal aku baru saja menemukan teman baik seperti mereka.”
Kini Jeff mulai merasa menyesal. Bila tak mengatakan padanya sebelumya jadi dia pikir Bila tak memiliki masa lalu seperti itu.
“Oke oke, aku minta maaf. Aku tak akan lagi larang kamu, aku gak tahu.” Jeff merasa menyesal.
Bila mengangguk. “Salah aku juga karena tak mengatakan yang sebenarnya pada kamu.”
Keduanya telah menyelesaikan kesalahan pahaman ini, Bila telah mengatakan semuanya dan Jeff kini mulai mengerti.
“Boleh aku bertemu kedua orang tuamu?” tanya Jeff seketika membuat Bila terkejut.
“Mau apa?” tanya Bila.
“Mau meminta anaknya agar menjadi milikku,” ucap Jeff. Pria itu mendekatkan hidungnya ke hidung Bila hingga hidung mereka saling bersentuhan.
“Kamu tak takut dimarahi Ayah dan Bunda?” Bila terlihat ragu.
“Aku tak akan tahu kalau aku tak mencoba,” jelas Jeff. Bila memeluk Jeff dengan erat. Dia tak pernah mendapatkan perhatian dari orang tua dan temannya. Sekarang dia berharap akan mendapatkan perhatian itu dari Jeff, Guru sekaligus kekasihnya.
“Udah ah, yuk makan.” Jeff melepaskan pelukannya namun dia tak membiarkan Bila turun dari pangkuannya.
Mereka makan dengan posisi itu. Hal itu memang aneh, namun kenapa tidak jika mereka saling menyukai satu sama lain.
“Bagaimana?” tanya Jeff meminta pendapat Bila.
“Emmm ini enak. Aku menyukainya.” Yang awalnya Jeff menyuapinya, kini Bila mengambil alih sendok itu dan melahap semua makanannya hingga tandas. Namun, tak lupa dia juga menyuapi Jeff sesekali.
“Kenapa hanya sedikit? Aku belum kenyang,” rengek Bila sambil menyandarkan kepalanya di bahu Jeff.
“Aku lupa membeli bahan makanan, jadi hanya ada ini saja,” ucap Jeff.
Bila mengangguk paham. “Kalau begitu ayo belanja untuk persediaan,” ajak Bila. Gadis itu meloncat dari pangkuan Jeff dengan semangat.
Dia tak pernah belanja dengan keluarganya. Jadi dia ingin merasakan sensasi belanja dengan kekasihnya saja.
“Oke, kalau begitu mandi dulu. Baru kita berangkat.”
“Siap Bos.” Bila mengangkat tangannya dan meletakkannya di kepala sebagai tanda jika dia akan mematuhi perkataan Jeff.
Jeff tersenyum melihat tingkah kekasihnya yang lucu itu.
“Bagus, ayo.” Jeff menuntun Bila ke kamar mandi. Dia menyiapkan baju yang akan dipakainya.
Jika kalian bertanya dari mana baju itu berasal, ketika mereka membeli seragam baru untuk Bila, Jeff juga membelikan baju-baju santai untuk dia simpan di apartemennya jaga-jaga jika terjadi hal seperti ini.
“Aku hanya memerlukan bantuan Kakek untuk menemui Ayah dan Bunda Bila,” bisiknya pada dirinya sendiri ketika Bila sudah masuk ke kamar mandi.
“Pak, aku lupa membawa handuk!” teriak Bila dari dalam kamar mandi.
Jeff yang mendengar teriakan kekasihnya segera memberikan handuk itu. Entah kenapa Bila belum terbiasa memanggilnya dengan nama. Gadis itu masih sering memanggilnya Pak.
Bukannya tak ingin, hanya saja panggilan seperti itu membuat Jeff terkesan seperti seorang pedofil. Orang dewasa yang memacari anak kecil, meskipun memang begitulah kenyataannya.
“Sudah selesai?” Bila mengangguk sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
“Aku akan mandi sebentar setelah itu kita berangkat.” Jeff memasuki kamar mandi dengan semua pakaian yang akan dia kenakan. Tak mungkin dia keluar dengan telanjang bulat walaupun sebenarnya Bila telah melihat semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments