Semua persiapan pekerjaan untuk besok sudah di bahas oleh Kellen, Evelyn dan juga Ben. Dua pria itu sedikit tidak fokus karena penampilan Eve sangat menggoda bagi mereka. Padahal Eve mengenakan pakaian yang sopan, tapi otak para pria justru traveling entah kemana. Bahkan keduanya berkali-kali menelan saliva hingga keringat dingin keluar di bagian pelipis.
Evelyn sendiri sudah faham dengan semua pekerjaan yang harus ia kerjakan. Bahkan yang paling konyol, dia harus mempersiapkan waktu untuk berkencan sang bos dengan kekasihnya dan dia harus menemaninya.
Semakin gila peraturan kerja, maka akan semakin puas pria itu melihat Eve tersiksa demi uang.
Baru saja Eve akan merebahkan diri, tiba-tiba suara Kellen memanggilnya.
"Seperti suara si cabul" gumam Eve, ia menyibakkan selimut yang sudah ia tarik hingga batas dada.
"Eve" kali ini di sertai dengan suara ketukan pintu kamar.
"Benar, si cabul memanggilku" reflek mata Eve melirik ke arah jam dinding. Ia buru-buru mengganti kostum tidurnya.
"Sudah pukul sebelas, mau apa coba teriak-teriak di jam segini"
"Ada apa tuan?" ucap Eve begitu membuka pintu.
"Ini selimut untukkmu, malam ini sudah mulai dingin"
"Terimakasih" Eve menerima selimut tebal.
"Buatkan saya teh jahe"
"Sekarang tuan?"
"Memangnya aku nyuruh besok?"
"Tapi ini sudah malam pak, eh tuan"
"Kamu mau coba mengatur hidupku?"
Hufftt sepertinya percuma berdebat dengan si kaku.
"Baik, akan saya buatkan"
"Bawa ke kamarku"
"Iya" jawab Eve malas.
Ini pertama kalinya Eve membuat teh jahe untuk Kellen, ia sudah tahu takaran yang pas sesuai dengan keinginannya, karena semua aturan sudah tertulis secara terperinci dan detail di surat perjanjian yang sudah Eve setujui dan tanda tangani.
"Tuan, tehnya"
"Taruh nakas" sahutnya tanpa melihat Eve.
"Ada perintah yang lain?"
"Tidak"
"Kalau begitu, saya permisi tuan"
"Hmm"
Eve kembali ke kamar, tapi sebelumnya, ia akan ke dapur untuk meletakkan nampan.
Sesampainya di kamar, ia mengganti kembali pakaiannya dengan daster berbahan katun tipis. Mencopot bra dan hanya memakai cel* ana dalam.
Hah semoga saja si camar tidak menggangguku lagi, ribet harus bolak-balik ganti pakaian.
Huuhh nyaman sekali, kasurnya empuk, mewah, besar pula, wanginya juga hmmm..
Tok,, tok,, tok,,
Suara pintu kembali terdengar, membuat Eve mendengkus kasar.
"What, mau apa lagi dia?"
"Non"
Ternyata suara Janet.
Menghirup napas panjang, lagi-lagi Eve menyibakkan selimut, turun dari ranjang lalu duduk di tepian sambil memakai sandal rumahan.
Kalau Janet si tidak perlu ganti baju.
Gadis itu melangkah sambil mengikat rambutnya tinggi.
"Iya Ja_" Eve menggantung kalimatnya. Ia terperangah mendapati Kellen berdiri di depan pintu "T-tuan?"
Untuk sesaat Kellen terpana dengan penampiln Eve yang mengikat rambut hingga memperlihatkan leher jenjangnya.
Matanya menelisik memperhatikan buah dada Eve yang membusung tanpa bra. Reflek, pria itu menelan ludah dengan setengah mati. Pandangannya turun lagi ke bagian lekuk pinggang dan kedua kalinya Kellen menelan ludahnya..
"T-tuan? maaf saya kira t-tadi Janet" Menyadari tatapan Kellen yang terarah ke tubuhnya, seketika membuat Eve merasa malu dan kehilangan muka. Ingin sekali dia menutup kembali pintu itu, namun tangan Kellen lebih dulu mendarat di gagang pintu. Selain itu, mata Kellen seolah menahannya kode agar dirinya tetap berdiri di tempat.
"Tuan" panggil Eve.
Kellen tersentak lalu berdehem berusaha menormalkan ekpsresi wajahnya. Tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana.
"Ini kartu kredit, kau bisa menggunakannya untuk kepentingan perusahaan termasuk untuk perjalanan bisnis kita" Tangannya terulur, menyodorkan sebuah kartu hitam mengkilat. "Ingat, hanya untuk kepentingan kita dalam urusan pekerjaan, termasuk jika kita makan di luar dengan para klien, kau bisa gunakan itu"
"I-iya tuan" meski ragu, Eve mengambil kartu itu dari tangan Kellen. Mendongak ia menatap mata coklak milik pria tampan di depannya. Tanpa sadar, Eve menelan ludah untuk menutupi kegugupannya, ia juga menahan napas ketika Kellen bergerak mengikis jarak.
"Gaun tidur yang unik" bisiknya tepat di telinga Eve. "Kau bisa tidur sekarang" tambahnya lalu berbalik.
Menghirup napas panjang, Eve menutup kembali pintu kamarnya, berusaha meredakan jantung yang bertalu-talu kian hebat.
"Perasaan tadi suara Janet. Ckk,,, Harus pergi ke dokter ThT ini, baru saja beberapa jam, tapi sepertinya aku semakin tidak waras"
Itu memang suara Janet hendak memberikan selimut pada Eve, tapi Kellen melarangnya karena sudah ada selimut tebal di kamar Eve.
Dengan tubuh gemetar, ia merebahkan diri di atas kasur, mulai mengistirahatkan badan untuk merajut mimpi.
****
Pagi harinya, Eve sudah bangun dan mempersiapkan sarapan dengan bantuan Janet. Setelahnya, ia baru mempersiapkan diri sebelum pergi ke kamar Kellen untuk membangunkannya dan mempersiapkan segala keperluannya.
Saat memasuki kamar Kellen, si empunya kamar ternyata sudah bangun dan saat ini sedang berada di dalam kamar mandi.
Dengan gerak cepat, Eve menyiapkan pakaian kantor lengkap dengan dasi, kaos kaki, dan juga sepatunya. Ia juga harus cepat-cepat membereskan tempat tidur sebelum pria itu keluar dari kamar mandi.
Haha, aku pembantu yang berkedok asisten, tapi masih mending si, dari pada pembantu berkedok istri.
Masa iya harus mempersiapkan semuanya dari mulai dia bangun tidur hingga tidur lagi.
Atasan tidak waras, semoga saja asistennya tidak ikut-ikutan gila.
Saat Eve masih membereskan tempat tidurnya, Kellen yang baru keluar dari kamar mandi langsung melangkah menuju ruang ganti. Mengenakan pakaian yang sudah Eve persiapkan, menautkan dasi lalu membawa kaos kaki keluar dari ruang ganti.
Dengan setelan jas berwarna gelap dan kemeja silver, rambutnya pun tampak rapi membuat Kellen terlihat sangat tampan.
Haha dasar gurame, bengong seperti orang bodoh. Maki Kellen dalam hati.
Tampan si iya, tapi memuakkan, sabar Eve semua pasti berlalu.
"Pakaikan kaos kaki"
"Iya tuan kaisar"
"Apa kau bilang?"
"Iya tuan Kellen"
"Sepertinya bukan itu yang kau katakan tadi" Kellen mengerutkan kening, sementara Eve bersimpuh di depannya.
"Memangnya apa yang tuan dengar?"
"Kau mengataiku kaisar?"
"No"
"Bohong"
"Mungkin telinga tuan yang salah dengar"
"Sudah" ucap Eve lalu bangkit. Ia telah selesai memakaikan kaos kaki dan sepatu di kaki Kellen.
Ketika keluar dari kamar, Kellen tercenung dengan kemunculan Nayla yang tahu-tahu berada di dalam rumahnya.
"Mommy?"
"El, siapa dia?" Nayla melirik Eve yang berdiri di belakang putranya.
"Ini Eve mom, asisten baruku"
"Loh bukannya ada Ben yang mengurus segalanya?"
"Pekerjaan Ben sudah sangat banyak, jadi aku cari asisten lagi"
"Ve ini mommyku, mommy Nayla"
"Selamat pagi bu" kata Eve sembari menunduk.
"Selamat pagi" jawab Nayla tersenyum. "Asli penduduk sini?"
"Iya bu"
"Tapi kok dari raut wajahmu seperti bukan orang china?"
"Mom" sambar Kellen cepat.
"Tidak El, mommy serius, kayak mirip-mirip orang Indonesia gitu, tempat tinggalnya mommy sama daddy dulu"
"Mommy lebih baik kita sarapan" Kellen melangkah menuju meja makan.
"Kau serius asli keturunan china?" tanya Nayla menyelidik.
Mendengar pertanyaannya, Eve tak mampu menjawab sebab ia sendiri masih belum tahu dari mana ia berasal.
"Saya_"
"Tumben pagi-pagi sekali mommy disini?"
Suara Kellen tiba-tiba menyela.
"Kita sarapan dulu yuk" ajak Nayla pada Eve.
"Iya bu"
Mommynya ramah, baik, tapi kenapa anaknya galak dan kejam?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Visha_Varisha
Mereka seperti memerankan kegiatan suami istri pada umumnya 😆😂
Pesona nya EL memang gak jauh dari bapak nya 🤭
2022-06-16
0
Asri
calon mantu idaman, mom 🤭
2022-06-16
0
Yeni Mistuti
lnjut
2022-06-16
0