Pertemuan tak sengaja

Pesta telah usai, para tamu pun sudah pulang sejak beberapa menit lalu. Oliv serta Eve mulai memisahkan botol wine yang masih tersegel dan mengumpulkan sampah serta botol wine yang sudah kosong.

Karena malam semakin larut, dan kondisi mata sudah menuntut untuk segera di pejamkan, Eve berusaha menahan rasa kantuk yang mulai menyergap.

 

"Hei apa-apaan kau Eve, hati-hati" Oliv menangkap botol wine yang hampir jatuh dari genggaman Eve. "Untung saja aku bisa menangkapnya"

"Maaf" 

"Kau pasti ngantuk, iya kan?" Tebak Oliv yang sudah jelas tepat sasaran.

Eve mengangguk sembari menutup mulutnya yang menguap.

"Jika botol ini jatuh dan pecah" ucap Oliv dengan sorot serius. "Kau pasti tidak akan mendapat bayaran untuk pekerjaan ini, dan yang pasti, tamatlah riwayat kita"

"Kenapa memangnya?"

Oliv menggeleng penuh heran. "Kau tahu berapa harga untuk satu botol wine ini?"

Eve menggeleng.

"Harganya selangit"

"Oh ya! memangnya berapa harganya?" Tanya Eve penasaran.

"Di atas dua puluh ribu dolar Hongkong"

"What!! Wine ini seharga dua puluh ribu dolar Hongkong? Ini cuma wine kan? Cuma untuk beberapa gelas kan?"

"Apa kau baru melihat wine seharga dua puluh ribu dolar? Asal kau tahu, mereka orang kaya, biasa minum wine seharga lima puluh ribu dolar dalam satu malam"

"Apa?" Desis Eve tak percaya.

"Begitulah mereka, mereka hidup di dunia yang berbeda dengan kita"

Usai mengatakan itu, Oliv berlalu hendak membawa botol wine yang masih tersegel untuk di kembalikan ke tempatnya. Sementara Eve, terpaku memikirkan satu botol wine yang harganya relatif mahal.

"Sebanyak apa uang mereka hingga menghabiskan uang demi wine seharga lima puluh ribu dolar? Aku butuh waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan uang sebanyak itu" gumamnya lirih.

"Hahh, dari pada memikirkan wine yang harganya selangit, lebih baik aku segera selesaikan sisa pekerjaan ini, aku ingin pulang dan beristirahat" Gadis itu kembali melanjutkan pekerjaanya.

"Lif, aku yang buang sampah ini ya, dan kau menata botol wine yang masih utuh ke etalase" ucap Eve yang langsung di iyakan oleh Oliv.

Gadis itu lalu berjalan dengan gontai menuju tempat pembuangan sampah, kedua tangannya memegang kantong plastik berwarna hitam. 

Begitu sampah terbuang, dia hendak kembali memasuki pantry. Namun seketika langkahnya terhenti saat sepasang netranya menangkap seorang pria tengah bersembunyi di samping badan mobil.

Dari gerak-geriknya, pria itu tampak sangat mencurigakan. Sementara Eve terus memperhatikan gelagatnya yang tak wajar.

"Ada apa dengan dia?" gumam Eve sembari terus fokus ke arahnya.

Tidak lama setelah itu, datang sebuah mobil dari arah selatan. Pria itu buru-buru memasuki mobil dan melajukannya tepat di belakang mobil yang baru saja memasuki area parkir. 

Tanpa aba-aba, dia menabrakkan mobilnya ke mobil yang ada di depannya.

"A-apa? Kenapa dia menabraknya?" Rasa kantuk dalam diri Eve persekian detik menghilang. "Apa dia sudah gila?"

Selang tiga detik, seorang wanita keluar dari dalam mobil, begitu pula dengan pria yang menabraknya.

Wanita itu menatap mobil yang sedikit rusak di bagian belakang, sedetik kemudian mereka berdiri saling berhadapan.

"Maaf nona, saya melakukan kesalahan saat memarkirkan mobil, saya akan bayar ganti ruginya" Ucap pria itu. "Ini kartu nama saya" Lanjutnya seraya menyerahkan kartu Nama.

Wanita itu terkesan sangat cuek dan dingin.

"Bisakah anda memberikan kartu nama anda? saya akan bertanggung jawab"

Tanpa merespon, wanita dengan balutan dress warna hitam membuka dompet lalu menyerahkan sebuah kartu.

Pria itu pura-pura terkejut sesaat setelah membaca nama yang tertulis di kartu nama yang ia pegang.

"Fiona Jhonsons?" Lirihnya. "Anda Fiona Jhonsons?"

"Ya, apa anda mengenal saya?"

"Saya Kellen Austin, kita pernah makan malam saat di Amerika"

"Kellen Austin, kakaknya Ester?"

"Benar sekali"

"Saya ingat sekarang" kata Fiona lalu menerima uluran tangan Kellen.

Dari jarak sekitar sepuluh meter, Eve terus memperhatikan dua orang sedang mengobrol dengan akrab.

"Apa yang mereka bicarakan? apa mereka saling kenal? Tapi kalau memang saling kenal, kenapa pria itu menabrakkan mobilnya? Pasti ada yang tidak beres di sini, aku harus menghampirinya dan memberi tahu nona itu kalau dia bukan pria baik-baik"

Dengan agak terburu-buru Eve melangkahkan kaki. Perlahan suara obrolan mereka terdengar kian jelas di telinga Eve.

"Apa kabar Fio?"

"Baik" jawab Fiona tersenyum. "Maaf, sudah lama tidak bertemu, aku sedikit lupa dengan wajahmu"

Kellen mengangguk canggung lalu berkata "Aku sangat menyesal karena bertemu denganmu dalam kondisi seperti ini"

"Tidak masalah, kau tak sengaja melakukannya, ini kecelakaan"

"Sekali lagi, aku minta maaf"

"Nona, anda harus hati-hati dengan pria itu" suara Eve tiba-tiba menginterupsi percakapan mereka. Secara otomatis, kedua orang itu langsung memusatkan perhatian ke arah wanita beseragam hitam putih.

"Sepertinya dia seorang penipu atau pria mesum, nona"

"Apa?" Sahut Fiona dengan kening berkerut.

"Apa katamu? Kau mengataiku penipu?"

"Kau sengaja menabrakkan mobilmu di mobil nona ini kan?"

"Hey apa yang kau bicarakan? Aku sengaja menabrakkan mobilku?" pria itu berdecih. "Yang benar saja?"

"Itu benar" Jelas Eve tanpa takut. "Sejak tadi kau menunggu di sana, dan saat mobil nona ini tiba, kau langsung masuk ke dalam mobilmu, setelah itu Darrr, kau menabraknya. Aku melihat langsung kalau kau memang sengaja menabrak mobil nona ini"

Eve menoleh ke kanan dimana Fiona berdiri.

"Hati-hati dengan pria macam ini nona, sepertinya dia sengaja mendekatimu. Karena anda ini orang kaya, pria seperti dia pasti hanya memanfaatkan kekayaanmu saja"

"Benarkah itu tuan El?" Tanya Fiona menyelidik. Sebenarnya ada keraguan juga dalam diri Fiona jika pria di hadapannya ini adalah Kellen Austin. Karena penampilannya yang sedikit berantakan, membuat Fiona berfikir jika dia hanya mengaku-ngaku sebagai Kellen. Lagi pula, tidak mungkin pria itu berada di area parkir sementara adik sepupunya baru saja melangsungkan resepsi pernikahan. Dan lagi, seorang Kellen tidak mungkin mendekati gadis dengan cara seperti itu.

"Tidak, itu tidak benar, sungguh"

"Bohong" potong Eve cepat.

"Tutup mulutmu" pekik Kellen menahan geram.

"Ah,,, di sana ada kamera CCTV" Tangan serta mata Eve terarah di mana letak cctv berada. "Apakah ini kecelakaan atau di rencanakan, CCTV itu tahu semuanya"

"I-itu hanya kebetulan nona Fio" sergah Kellen gugup.

"Entah itu benar atau hanya kebetulan, kamera pengawas tahu segalanya" 

"Diam kau!" Sentak Kellen.

"Nona, jika anda tidak percaya, anda bisa mengeceknya sendiri melalui CCTV itu"

Fiona menatap sinis ke arah Kellen. Tanpa mengatakan apapun, wanita berkelas itu berbalik lalu melangkah meninggalkan Kellen dan Evelyn.

"Fiona" panggil Kellen yang tak di respon.

"Hey, siapa kau?" tanya Kellen dengan tatapan menghujam, namun sama sekali tak membuat Eve takut. "Beraninya kau merusak rencanaku. Kau tahu apa yang sudah kau perbuat?"

"Aku hanya menjalankan tugasku sebagai warga negara yang baik. Kau tidak boleh hidup seperti itu" kata Eve penuh percaya diri. "Kau harus bekerja keras dan hidup jujur, bukan malah menipu gadis kaya raya"

Kellen bergeming sembari menatap Eve penuh benci.

"Padahal kau kelihatan normal, tapi kelakuanmu seperti pria hidung belang"

"Apa kau bilang?"

"Pria hidung belang, pria mesum, penipu" sahut Eve lalu melenggang pergi dengan santainya.

Reflek tangan Kellen mengepal kuat, tatapannya menajam penuh amarah.

"Hey awas saja, aku akan mencarimu dan merobek mulutmu itu"

"Dasar gadis konyol, kurang ajar, sialan, aku bersumpah akan membuatmu menyesal"

Kellen memang merencanakan perkenalan dengan cara seperti itu, wanita yang sudah ia taksir sejak dulu adalah tipe wanita yang arogan, dingin, dan sulit di dekati. Selain itu, Fiona merupakan anak tunggal dari pebisnis minyak di Asia. Kellen berfikir jika bisa mendekati wanita itu dan menjalin hubungan, maka dia takan pernah merasakan kesulitan dalam berbisnis.

******

Keesokan harinya..

Usai melaksanakan sidang akhir semester dan telah di nyatakan lulus dari universitas, bersamaan dengan kabar bahagia itu, Eve juga mendapat kabar jika Pelita masuk rumah sakit.

Gadis itu langsung berlari dengan tergesa-gesa, bahkan ia sudah mengabaikan lampu lalu lintas yang membuatnya nyaris terserempet sebuah mobil berwarna putih.

Suara decitan mobil dan jatuhnya tas Eve terdengar saling bersahutan.

Selagi dia memunguti isi tas yang berserakan di jalan, seorang pria keluar dari dalam mobil untuk memastikan kondisi si penyebrang jalan yang hampir tertabrak mobilnya dalam keadaan baik-baik saja.

"Maaf, tadi aku sedikit melamun dalam berkendara"

"Tak apa, aku tak tertabrak. Lagi pula ini salahku" sahut Eve tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja" Eve masih menunduk, ia tak tahu seperti apa wajah pria yang ikut berjongkok membantu memunguti barang-barangnya lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Aku permisi, maaf" Eve bangkit kemudian kembali berlari menuju halte bis.

"G-gadis itu, bukankah yang semalam menceramahiku?"

Kellen termenung begitu menyadari jika Eve adalah gadis yang merusak rencana perkenalannya dengan Fiona.

"Ah sial, aku kehilangan dia. Seharusnya aku memberikan pelajaran padanya tadi"

Pria itu kembali memasuki mobil, gadis yang baru saja hampir tertabrak tak lain adalah seseorang yang sedang ia pikirkan. Dia merasa gara-gara gadis itu rencana pendekatan dengan putri si raja minyak telah gagal.

"Awas saja kau gadis sialan!"

Menghidupkan mesin, tiba-tiba notif sebuah pesan berdering di ponselnya. Dia langsung meraih gawai yang tergeletak di atas dashboard.

Sekertaris Ben : "Tuan, saya sudah selesai cuti, dan mulai besok sudah bisa ke kantor"

"Baguslah" gumamnya tanpa membalas pesan dari sekertarisnya, dia kembali meletakan ponsel pada dashboard sebelum kemudian mulai menjalankan mobilnya.

Di rumah sakit, Eve berlari di iringi dengan debaran jantung yang berdegup kencang. Ia mengarahkan kakinya menuju bangsal milik sang mamah dengan berbagai prasangka buruk. Takut sekali jika terjadi sesuatu pada orang yang sangat ia sayangi, satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Setibanya di kamar rawat, Eve menatap nyalang pada wanita yang terbaring lemah dengan jarum infus terpasang di tangannya. Wajahnya pucat pasi, bibirnya juga membiru sementara matanya tertutup rapat. Ada satu dokter dan satu suster yang baru selesai memeriksa kondisinya.

"Mamah" ucap Eve yang tanpa sadar meluncurkan butiran crystal dari pelupuk mata.

Tak menyahut, Pelita sepertinya masih tidak sadarkan diri karena efek dari obat yang baru saja suster suntikan melalui selang infus.

"Bagaimana mamah saya dokter?" Ia mengusap pipinya yang basah.

"Bu Pelita harus segera melakukan transplantasi ginjal, pihak rumah sakit sudah menemukan ginjal yang cocok, dan kami berharap anda segera menyediakan uang untuk proses operasi tersebut"

"Akan saya usahakan dokter"

"Kalau begitu, kami permisi"

"Terimakasih dok"

Sesaat setelah dua tenaga medis itu keluar, Evepun turut melangkah keluar.

Menghirup napas panjang, dia duduk terdiam di salah satu kursi tunggu depan ruangan mamahnya. Dengan kedua siku bertumpu di atas lutut dan kedua tangan menutupi wajah, telinganya menangkap suara orang-orang silih berganti dan lalu lalang di sekitar tempatnya duduk. 

Sekuat tenaga Eve berusaha menenangkan diri dari pikiran yang carut marut sekaligus gelisah, akan tetapi pikirannya tetap tertuju pada kondisi kesehatan Pelita.

Fokusnya mendadak teralih pada suara sirine ambulan yang terdengar begitu nyaring membawa jenazah. Reflek gadis itu menurunkan tangan yang tadi menutupi wajah.

"Apa jadinya jika aku kehilangan mamah? satu-satunya orang yang menyayangiku setulus hati"

"Tidak" bisik Eve dalam hati lengkap dengan gelengan kepala.

"Aku belum siap kalau harus kehilangan wanita yang aku cintai secepat ini"

"Mama pasti akan sembuh, dan aku akan melakukan apapun demi kesembuhannya"

Satu menit, dua menit, hingga berganti menjadi tiga menit, dia masih diam termangu.

Eve mengusap wajahnya gusar sementara hembusan nafasnya terdengar sangat frustasi.

"Bagaimana aku mendapatkan uang untuk operasi mama?"

"Malam hari bekerja, paginya antar koran dan susu ke setiap rumah, aku juga bekerja paruh waktu di restauran fastfood, tapi uang itu belum juga terkumpul "

"Cara apa lagi yang harus aku lakukan agar bisa mengumpulkan uang sebanyak itu?

Bersambung

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

typo kan thor kan yg hilang namaya pelita... knp ini kok jadi nama ibu angkaty pelita...

2023-11-16

0

Asri

Asri

kasihan eve yg hrs berjuang utk kehidupannya dan juga kesehatan ibu angkatnya. kpn ya, ketemu ortu kandungnya 🤔

2022-06-09

0

Anne

Anne

dulu nama pelita belum di resmikan sama Tama dan nara. setelah di culik di kasih nama Evelyn sama si penculik. Nah si evelyn di buang di Macau bersama ibu sambungnya yang kebetulan namanya Pelita.

2022-06-08

3

lihat semua
Episodes
1 Prologue (Awal permasalahan)
2 Pertemuan tak sengaja
3 Salah Tuduh
4 Panggilan Wawancara
5 Jawaban yang keluar dengan sangat indah
6 Surat Perjanjian Kerja
7 Queen Lyzea Mahardani
8 Bukan anak kandung
9 Memasuki apartemen mewah
10 Tuan Kaisar
11 Rencana ke Indonesia
12 Pelecehan
13 Peraturan utang piutang
14 Debaran jantung
15 Kesembuhan Pelita dan bayi tiga bulan
16 Tawaran memuakkan
17 Cemburu dan kesal
18 Jatuh Cinta??
19 Berencana balas dendam
20 Bertemu keluarga Panata & Star Company
21 Pria di balik koran
22 Hari ulang tahun
23 Cemburu tak kasat mata
24 Dimensia atau pikun
25 Anak siapa dia?
26 Dua malam sebelum pergi
27 Duduk satu seat
28 Welcome Indonesia
29 Senyuman yang mengusik pikirannya
30 Pertemuan kedua
31 IMC Hospital
32 Ikatan batin
33 Resusitasi jantung paru
34 Perasaan terikat
35 Naluri orang tua
36 Kesepakatan kerjasama
37 Opening Family Care
38 Panggilan pulang..
39 Rencana perjodohan
40 Gumaman pemimpin dapur rumah sakit
41 Flashback
42 Flashback dan tiket pesawat
43 Menginterogasi dan tatapan intimidasi
44 Tanda lahir
45 Surat perjanjian pranikah
46 Pernikahan
47 Kerinduan
48 Malam Pertama yang mencekam.
49 Antara benci dan cinta
50 Comeback Indonesia
51 Ungkapan hati
52 Kedatangan Ester
53 Rahasia
54 Pisah ranjang
55 Pergi ke Family care
56 Kemarahan dan Emosi
57 Kemarahan Alvin
58 Fakta mengejutkan
59 Keluar dari rumah
60 Hamil
61 Rayuan maut
62 Amarah dan pertemuan
63 Sindrom Couvade
64 Probabbly Seratus Persen
65 Pelukan
66 Rencana ke Korea
67 Kehamilan simpatik???
68 Ancaman
69 Menolak
70 Kemarahan
71 Penangkapan Shella
72 Permintaan Rena
73 Berusaha merayunya.
74 Menjemput Pelita
75 Ektra part 1
76 Jangan ingatkan soal itu
77 Diam-diam menghanyutkan dan Impas balas budi.
78 Tidur bertiga
79 Di atas 15.000 ft
80 Keluar dari rumah sakit
81 Teriak Histeris
82 Ketukan sepatu dari pijakan kaki
83 Pagi penuh cinta
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Prologue (Awal permasalahan)
2
Pertemuan tak sengaja
3
Salah Tuduh
4
Panggilan Wawancara
5
Jawaban yang keluar dengan sangat indah
6
Surat Perjanjian Kerja
7
Queen Lyzea Mahardani
8
Bukan anak kandung
9
Memasuki apartemen mewah
10
Tuan Kaisar
11
Rencana ke Indonesia
12
Pelecehan
13
Peraturan utang piutang
14
Debaran jantung
15
Kesembuhan Pelita dan bayi tiga bulan
16
Tawaran memuakkan
17
Cemburu dan kesal
18
Jatuh Cinta??
19
Berencana balas dendam
20
Bertemu keluarga Panata & Star Company
21
Pria di balik koran
22
Hari ulang tahun
23
Cemburu tak kasat mata
24
Dimensia atau pikun
25
Anak siapa dia?
26
Dua malam sebelum pergi
27
Duduk satu seat
28
Welcome Indonesia
29
Senyuman yang mengusik pikirannya
30
Pertemuan kedua
31
IMC Hospital
32
Ikatan batin
33
Resusitasi jantung paru
34
Perasaan terikat
35
Naluri orang tua
36
Kesepakatan kerjasama
37
Opening Family Care
38
Panggilan pulang..
39
Rencana perjodohan
40
Gumaman pemimpin dapur rumah sakit
41
Flashback
42
Flashback dan tiket pesawat
43
Menginterogasi dan tatapan intimidasi
44
Tanda lahir
45
Surat perjanjian pranikah
46
Pernikahan
47
Kerinduan
48
Malam Pertama yang mencekam.
49
Antara benci dan cinta
50
Comeback Indonesia
51
Ungkapan hati
52
Kedatangan Ester
53
Rahasia
54
Pisah ranjang
55
Pergi ke Family care
56
Kemarahan dan Emosi
57
Kemarahan Alvin
58
Fakta mengejutkan
59
Keluar dari rumah
60
Hamil
61
Rayuan maut
62
Amarah dan pertemuan
63
Sindrom Couvade
64
Probabbly Seratus Persen
65
Pelukan
66
Rencana ke Korea
67
Kehamilan simpatik???
68
Ancaman
69
Menolak
70
Kemarahan
71
Penangkapan Shella
72
Permintaan Rena
73
Berusaha merayunya.
74
Menjemput Pelita
75
Ektra part 1
76
Jangan ingatkan soal itu
77
Diam-diam menghanyutkan dan Impas balas budi.
78
Tidur bertiga
79
Di atas 15.000 ft
80
Keluar dari rumah sakit
81
Teriak Histeris
82
Ketukan sepatu dari pijakan kaki
83
Pagi penuh cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!