"Nona Eve" Panggilan Ben membuat Eve menghentikan langkah dan berbalik.
"Mau ke ruang tuan El, kan?"
Eve tersenyum lalu menganggukkan kepala.
"Kalau begitu kita sama-sama saja" ajak Ben. Usianya dua puluh tujuh tahun, masih sangat muda, tetapi prestasi serta etos kerjanya sangat luar biasa. Dia hanya selisih umur satu tahun lebih tua dari pada El. Karena prestasinya itulah Ben menjadi sekertaris tertinggi kepercayaan Panata company. Bahkan Ben adalah pengambil keputusan di saat Kellen tak bisa hadir dalam pertemuan-pertemuan yang memang tidak bisa di hadiri.
Seperti rapat pada bulan lalu. Karena Nayla memaksa El untuk menemaninya shoping, padahal El sendiri akan menghadiri meeting, tapi karena sang mommy memohon dan jika menolak permintaannya dia akan di cap sebagai anak durhaka, maka Benlah yang memimpin rapat itu dan mengambil keputusan hasil yang di rapatkan.
"Bagaimana hari pertama bekerja, nona Eve?" tanya Ben selagi mereka jalan berdampingan. "Tuan El tidak berulah kan?"
Eve kembali tersenyum tapi kali ini sambil menggelengkan kepala.
"Menjadi asisten kan memang seperti itu pak"
"Maksudku, dia tidak membuatmu kerepotan kan?"
"Tidak" sahut Eve menangkis prasangka Ben. "Kalaupun iya, kan memang saya sudah di bayar"
"Tapi melihat bagaimana peraturan yang sangatlah konyol, saya jadi berpikiran buruk tentang sikap tuan El padamu"
"Jangan khawatir saya baik-baik saja" Eve tersenyum. "Ngomong-ngomong, ada apa tuan El memanggil kita pak Ben?"
"Menindak lanjuti rapat bulan lalu, dimana tuan Alvin dan tuan Pandu membahas tentang rumah sakit milik mendiang nona Tania di Indonesia"
"Maksudnya pak?"
"Rencana kami akan memajukan rumah sakit itu kembali"
"Kami?" ucap Eve bingung.
"Iya kemungkinan tuan El, saya dan tentunya kau juga akan ikut bersama untuk tinggal sementara waktu di Indonesia"
"Kita ke Indonesia pak?"
"Hmm" Ben melirik Eve di samping kirinya. "Apa kau keberatan ikut tinggal di Indonesia mengurus rumah sakit milik Panata Company?"
"Kalau sudah tuntutan pekerjaan, mau bagaimana lagi pak"
"Jangan khawatirkan apapun, jika seseorang sudah bergabung di perusahaan kami, maka orang itu sudah menjadi bagian dari keluarga kami"
"Begitu ya pak?"
"Iya, kalau kau bertemu dengan ayik Nayla, kau pasti suka padanya"
"Ayik Nayla?" tanya Eve mengernyit. "Apa mommynya tuan El?"
"Iya"
"Saya sudah bertemu tadi pagi"
"Oh ya?"
"Iya, kami sempat sarapan bersama dan mengobrol sebentar sebelum kemari"
"Bagimana menurutmu?"
"Baik" sahut Eve yang memang faktanya wanita paruh baya tadi baik dan ramah.
"Beliau memang orang baik Ve, selain itu orangnya juga asik, apalagi kalau bercandain tuan Pandu, lucu"
Percaya aja si, tadi juga ngeledekin si camar buat cepat-cepat move on.
Tak terasa langkah mereka sudah berada di depan ruangan Kellen. Sebelum masuk, Ben mengetuk pintunya terlebih dulu.
"Selamat siang tuan muda"
"Siang" jawab El datar. "Duduk!" perintahnya masih tanpa ekspresi.
Eve dan Ben, duduk berdampingan di kursi depan meja El. Tatapan El seakan membuat Eve mengingat kejadian tadi malam saat El mengatakan jika gaun tidurnya sangat unik.
"Kau melamun lagi?" tanya Kellen ketika menyadari tatapan kosong dari netra Eve.
"S-saya tuan?"
"Ya siapa lagi, sudah jelas pandanganku terarah ke wajahmu"
"Tidak kok tuan. Saya hanya sedang menunggu perintah"
Kellen berdecak dalam hati, seolah menertawakan sanggahan Eve. Dasar bodoh, kau pikir aku tidak tahu.
Oh ya Tuhan, bos bodohku kenapa selalu mengintimidasiku, aku kan jadi gugup yang jelas akan membuat hati, pikiran dan mulutku menjadi tidak sinkron. Lebih baik menunduk saja, dari pada dia memfitnahku dengan menuduhku melamun.
"Ben, gimana menurutmu apa kita alihkan rumah sakit itu ke tangan orang lain, atau kita urus sendiri"
"Lebih baik di urus sendiri tuan, itu peninggalan ayik Tania, sayang kan jika kita lempar ke orang lain"
"Kau benar, jika kita membuat rumah sakit itu lebih maju lagi, pasti ayik Tania akan bahagia"
"Kapan semua bisa kita urus?" tanya Ben serius.
"Secepatnya, adakan rapat untuk membahas ini, dan pilih beberapa orang untuk ikut dengan kami terbang ke Indonesia"
"Baik tuan El"
"Pilih siapa saja yang harus ikut kita. Ingat! pilih yang berkompeten di segala aspek"
"Tentu tuan"
"Sementara kau Ve, urus mengenai akomodasi untuk para karyawan selama tinggal di negri orang, nanti Ben akan membantumu"
"Siap tuan" jawab Eve menunduk.
"Kenapa kau menunduk, kau marah? tidak mau melihat wajahku?"
Nah kan, menunduk salah, menatapnya juga salah.
"Tidak tuan"
"Kau tahu kan apa yang sedang kita bahas?"
"Tahu tuan"
"Apa?"
"Tentang rumah sakit di Indonesia, tuan"
"Lihat aku kalau ngomong" sinis Kellen.
Pelan, Eve mengangkat kepala, netranya langsung bertemu dengan manik hitam Kellen yang tampak begitu tajam. Setajam singa yang tengah kelaparan.
****
Hari semakin sore, matahari sudah bergulir ke arah barat dan sebentar lagi akan tenggelam. Eve melakukan pekerjaan dengan baik, padahal ini adalah hari pertama dia bekerja tapi pekerjaannya bisa terselesaikan dengan sangat tepat.
"Apa ada sesuatu antara kau dengan kakakku?" tanya Ester tiba-tiba. Kedua tangannya mendarat di sisi meja sementara tubuhnya sedikit membungkuk. "Kenapa dengan mudahnya kakakku menjadikanmu asisten pribadinya?"
Eve berdiri, Ester pun turut menegakkan badannya. Pandangannya saling beradu menyorot dengan tajam. "Tidak ada nona"
"Baguslah" sahutnya dingin. "Jangan pernah berniat membuat kakakku jatuh cinta padamu, dia memiliki selera yang tinggi seperti Fiona, dan sekarang kakakku itu sedang dekat dengan sekertarisku, jadi urungkan niatmu jika kau hendak merayunya"
Wanita itu langsung pergi setelah mengatakan itu.
Kenapa wanita es itu berfikir jika aku menyukai kakaknya? Tidak mungkin aku menyukai si cabul. Asal kau tahu nona Ester, kakakmu itu gila, bahkan Fiona menolaknya. Ya meskipun aku tahu ada banyak wanita di luar sana yang mengantri cinta kakakmu, tapi setidaknya si gila itu sudah di tolak oleh wanita berkelas seperti nona Fiona.
Bunyi ponsel membuat Eve tersadar dari lamunan, ia melirik ke atas meja di mana ponselnya tengah berkedip.
Olive calling,,,
Sedikit ragu, ia meraih ponsel itu lalu melirik ke arah pintu kantor bertuliskan presdir sebelum kemudian mengangkatnya.
"Halo Liv"
"Ve, kita tidak bisa mengajukan pinjaman ke bank untuk saat ini"
"Loh, kenapa?"
"Slip gaji kita baru keluar dan belum bisa untuk pengajuan pinjaman"
"Iya tapi kenapa?"
"Karena slip gaji yang berlaku jika kita sudah bekerja selama enam bulan"
"Lalu sekarang bagaimana Liv, gimana dengan mama"
"Kita cari cara lain"
"Tapi pasti akan butuh waktu lebih lama lagi kan? Mama tidak bisa menunggu terlalu lama"
"Aku akan coba pinjam uang ke bosku, tapi kamu juga coba pinjam ke bosmu, gimana?"
"Lif, aku baru bekerja sehari disini, bagaimana bisa aku meminjam uang?"
"Usaha dulu Ve, demi mamah"
"Aku tidak berani Lif, kau tahu sendiri kan bagaimana si malaikat maut itu?"
"Eh Ve, udah dulu ya, bye"
Eve menatap layar ponsel begitu panggilan terputus.
"Ada masalah?" tiba-tiba, suara Kellen mengagetkannya.
"T-tuan"
"Saya tanya, apa ada masalah?"
"Tidak ada tuan"
"Kau butuh uang?"
Eve hanya bisa menelan saliva sesaat setelah mendengar pertanyaan bos tampannya.
.......
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
APA TANIA ADALAH MISHELLA.....?? KLO TANIA ADALH MISHELLA... KNP ORTUNYA BKN BKN RISA....???
2023-07-02
0
Asri
masih penasaran siapa itu tania. lanjut baca bab berikutnya ajalah. hihihihi
2022-06-17
1
sryharty
mau di kasih pinjem emang tuan??
2022-06-16
0