Panggilan Wawancara

Dua gadis tengah duduk di bangku taman rumah sakit sambil menikmati ice cream di tangan kanannya. Mereka sedang membicarakan tentang pekerjaan yang sesuai dengan jurusan mereka ketika menempuh pendidikan.

Olivia yang di terima bekerja di kantor pajak, sudah sejak dua hari lalu masuk kantor.

Sementara Evelyn, dia tengah menunggu panggilan kerja dari Panata Co.Ltd. Perusahaan yang mengelola hotel, properti, serta restauran yang tersebar di seluruh Macau dan Hongkong, dimana pemiliknya adalah keluarga Pandu dan juga Alvin.

"Aku sangat berharap temanku ini segera mendapat panggilan kerja dari Panata company" kata Oliv dengan sesekali menyesap manisnya ice cream strawberry.

"Entahlah Oliv, sudah satu minggu tapi mereka belum juga menghubungiku"

"Aku yakin kau di terima. Kau ini pintar, hanya tes tertulis aku yakin kau bisa mengerjakannya kemarin"

"Ya, soal itu sangat mudah bagiku, tapi tetap saja aku pesimis"

"Ayo dong optimis, ini demi mamahmu"

"Aku tahu, tapi apakah aku bisa mengajukan banding jika aku tidak mendapat panggilan wawancara kerja, tidak kan?" Eve melirik Oliv sekilas lalu kembali fokus dengan ice creamnya.

"Aku tidak mau temanku bekerja di seven eleven, pulang kerja paginyanya harus antar koran, belum lagi harus bekerja paruh waktu, itu berlebihan Ve"

"Tidak masalah, aku bisa kok"

"Iya kau bisa sakit tahu tidak?" sergah Oliv cepat.

Eve tersenyum.

"By the way Ve, kenapa kau melamar pekerjaan di Panata milik keluarga Mahardani?"

"Kau tahu kan perusahaan itu sangat bonafit, bisa bekerja di sana adalah impian semua mahasiswa"

"Ya tapi kau juga tahu kan pemiliknya adalah keluarga yang terkenal dingin dan menakutkan, salah sedikit saja mereka pasti akan bertidak keras"

"Aku hanya bekerja di sana Lif, bukan untuk mengusik hidupnya"

"Iya juga si"

Setelah itu hening...

Hampir dua menit mereka sama-sama diam sambil menghabiskan ice cream, tiba-tiba ponsel di tas Eve bergetar.

Eve langsung meraih ponsel itu dari dalam tas. Sebuah pesan masuk ke dalam gawainya.

Panata Company : " Evelyn Stevanie, pelamar dengan nomor 004 lolos dalam tes tertulis. Silakan datang ke kantor Panata Co.Ltd besok pukul 08:00 untuk melakukan tes wawancara"

"Oliv, aku dapat panggilan wawancara" seru Eve girang.

"Yang benar Ve?"

"Aku serius" Evelyn memperlihatkan pesan dari perusahaan Panata.

"Aaa,,, Selamat Eve"

Kedua gadis itu saling berpelukan.

"Makasih Oliv, makasih untuk dukungan serta doamu"

"Itu bukan seberapa Eve" Oliv mengurai pelukannya.

"Besok saat tes wawancara, kau harus pasang muka semanis mungkin. Jangan pasang wajah tempramenmu, ingat ini wawancara pekerjaan bukan mau berantem. Ingat juga, jangan pasang wajah datar apalagi cemberut. Ini akan menentukan nasibmu ke depan. So, banyakin senyum Okey!"

"Siap bu guru" sahut Eve tersenyum.

"Tapi jangan kebanyakan senyumnya"

"Iya Oliv sayang"

"Pokoknya Ve, doaku selalu menyertaimu, kita susah sama-sama, kita juga harus sukses sama-sama"

Mereka tampak saling pandang dan berbalas senyum.

******

Suasana pagi di Macau pada pukul enam pagi cukup sepi. Jadi saat keluar jam lima itu termasuk masih dini hari. Sementara aktivitas warga mulai terlihat sekitar pukul tujuh, dan lalu lalang orang menuju halte bus baru terasa ramai.

Eve yang sudah bersiap tes wawancara, kini tengah menunggu bis untuk menuju ke gedung Panata Co.Ltd.

Tepat pukul 07:30, dia telah sampai di halte dekat perusahaan yang setahu Eve adalah milik dari si malaikat maut.

Perusahaan ini adalah impianku. Meskipun aku tak pernah berharap bekerja di tempat ini, tapi jika kesempatan itu ada, aku pasti akan menggunakan waktuku sebaik mungkin. Karena waktu tidak bisa di putar, di jilat, apalagi di celupin.

Eve melangkah sembari bergumam dalam hati. Ia mengedarkan pandangan pada gedung pencakar langit yang tampak megah dan menjulang tinggi. Tangannya menggenggam cup berisi coffee panas yang ia beli di rastauran fastfood sesaat setelah turun dari bis.

Pemiliknya yang tegas dan menakutkan membuat perusahaan ini menjadi perusahaan raksasa. Aku yakin karyawannya juga sangat disiplin. Itu artinya, aku tidak boleh terlambat. Aku harus memberikan kesan baik di mata para petinggi Panata.

Tiba-tiba..

Braakkkk...!

"Aw, panas" Eve mengibaskan tangan di area dadanya. Kopi yang ia pegang tumpah tepat di bagian dada Eve. Dia yang mengenakan kemeja putih, bisa terlihat jelas pakaian dalam dan noda gelap di sana.

"Kalau jalan pakai mata bodoh" pekik Eve menunduk menatap bagian dada.

"Maaf nona, saya buru-buru"

"Lihat ba_"

Eve menggantung kalimatnya begitu kepalaya terangkat. "kau si ca*bul kan?"

"K-kau?"

Eve tak bisa lagi menyembunyikan rasa geramnya. Dua kali pria itu membuatnya naik darah. Dengan gerak cepat, Eve memukuli kepala Kellen menggunakan tas miliknya.

"Aku tidak akan melepaskanmu" Eve terus memukul kepalanya. "Dasar ca*bul, pria sialan"

"Maaf nona"

"Aku tidak akan memaafkanmu, kau sudah melecehkanku, dan sekarang kau menumpahkan kopiku di bagian yang pernah kau sentuh"

"Aku tidak sengaja" Kellen berusaha menutupi kepala menggunangan tangan.

"Pria mesum pasti akan mengatakan tidak sengaja"

"Stop, please" Kellen memohon. "Stop! kau bisa terkena pasal karena sudah melakukan kekerasan"

"Kau pikir aku takut? aku bahkan bisa menjebloskanmu ke penjara karena kau sudah melecehkanku"

"Aku minta maaf soal itu"

Eve masih memukuli kepalanya.

Sementara Kellen berusaha kabur.

"Mau lari kemana kau" Eve turut lari berusaha mengejarnya.

Gadis sialan itu, semoga tidak menemukan persembunyianku.

Kellen berhasil kabur dan bersembunyi di balik pohon.

Dengan nafas tersengal, Eve menghentikan langkahnya.

"Hey Camar, sembunyi di mana kau? Keluar sekarang juga"

Hening beberapa saat.

"Awas kau, kita pasti akan bertemu lagi, dan saat itu kau akan lenyap dari pandanganku"

Kalimat Eve yang Kellen dengar membuatnya bergidik.

Kenapa aku takut padanya? Banyak wanita di luar sana bertekuk lutut di hadapanku, tapi gadis gila itu, justru sebaliknya. Apakah dia tak mengenaliku? Aku ini bos besar mustahil jika dia tak tahu siapa aku.

Mengusap pelipis, Kellen kembali melangkah memasuki gedung kantor miliknya setelah di rasa aman.

Sementara Eve, ia berusaha mencari toko baju agar bisa mengganti bajunya yang kotor terkena noda kopi. Tidak mungkin ia melakukan interview dengan pakaian tak sopan seperti itu.

Waktu sudah hampir pukul delapan, tapi dia masih menunggu kasir siap. Belum lagi ia harus ke toilet untuk mengganti bajunya dan juga harus berjalan sejauh dua ratus meter untuk sampai di gedung Panata.

Butuh waktu lima belas hingga dua puluh menit untuk melakukan itu.

Bagaimana kalau aku terlambat?

Tidak, aku tidak boleh kehilangan kesempatan ini.

Eve mengganti bajunya dengan gugup. Setelahnya ia bergegas lari.

Kamu pasti bisa Eve. Ayo semangat!

Dia melangkahkan kaki selebar mungkin, tidak peduli dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya.

Panata Company...

"Peserta nomor satu sampai lima harap masuk" kata petugas HRD.

Satu persatu mereka memasuki ruang interview. Di sana sudah ada sekertaris Ben, Kellen dan Ester yang akan mewawancari calon karyawannya.

"Kok hanya empat?" Ester yang memegang semua berkas pelamar kerja terheran.

Wanita yang baru saja menikah memanggil nama pelamar satu persatu hingga sampai pada pelamar dengan nomor 004.

"Pelamar nol nol empat, atas nama Evelyn Stevanie?"

Hening, tak ada yang menyahut. Mereka hanya saling melempar pandangan.

"Evelyn Stevanie?" ulangnya membuat Kellen serta Ben mengernyit. "Okey kalau tidak ada, pelamar nol nol empat di nyatakan gugur" tambah Ester datar.

Usai mengatakan itu, Ester meminta pihak HRD untuk memanggil satu karyawan lainnya.

"Tolong panggil pelamar nomor nol nol enam"

Alih-alih mengiyakan perintah atasan, salah satu pegawai HRD justru mengatakan hal lain

"Maaf Nona, pelamar nol nol empat sedang berada di luar dan memaksa untuk masuk"

"Kau bilang padanya, dia sudah di nyatakan gugur karena datang terlambat"

"Tapi dia memaksa dengan alasan ada sedikit kecelakaan saat menuju kemari"

"Kecelakaan?" Kening Ester mengerut. Sementara Kellen dan sekertaris Ben hanya menggelengkan kepala. Sudah hal biasa jika ada seorang karyawan yang terlambat wawancara, pasti akan beralasan seperti itu.

"Iya nona, dia bilang jika tadi saat berjalan menuju kemari, dia di tabrak oleh seorang pria ca*bul, dan karena bajunya terkena tumpahan kopi, dia terpaksa harus pergi membeli baju untuk mengganti kemeja yang kotor itu. Karena tidak mungkin dirinya melakukan wawancara dengan pakaian kotor. Dia juga sempat memperlihatkan kemeja putihnya yang terkena noda kopi"

Mendengar penjelasan pegawainya, jantung Kellen mendadak mencelos.

Gadis tertumpah kopi?

Apakah gadis gila itu?

Oh No!

Dia bahkan mengataiku pria ca*bul di depan pegawaiku?

"Itu hanya alasan, bilang padanya, kami tidak menerima alasan apapun" Nada Ester sangat tegas.

"Baik nona, saya permisi"

"Tunggu"

Mendengar suara Kellen, pegawai HRD dengan nickname Sion pun urung membalikkan badan.

"Iya tuan?"

Bukannya menjawab, Kellen malah meminta berkas dengan nama Evelyn Stevanie. Ia ingin memastikan jika gadis itu yang sudah mengusik ketenangannya.

"Berikan aplikasi pelamarnya padaku"

"Ada apa kak?" Ragu-ragu Ester menyerahkan kertas berisi nama dan foto Evelyn.

Kellen tak menjawab. Dia fokus membaca berkas berisi curiculum vitae milik Eve.

Tak salah lagi, ini foto gadis itu.

Jadi namamu Evelyn Stevani?

Dua puluh tiga tahun?

Single?

Fresh graduation, itu artinya belum ada pengalaman kerja sama sekali.

Tapi hasil tes tertulis sangat bagus.

Ternyata kau melamar di sini? itu sebabnya kau berkeliaran di area perusahaanku.

Pria itu tersenyum miring dengan seringai tajam yang siap menerkam mangsanya.

Aku menemukanmu Evelyn, dan mari kita lihat, aku atau kau yang akan lenyap.

"Kak" panggil Ester penuh heran. "Kita tidak memiliki banyak waktu"

"Oh iya" sahut Kellen tersadar lalu mengarahkan pandangan ke wajah Sion. "Kau panggil dia, kami akan memberikan kesempatan untuknya"

"Tapi kak" sanggah Ester cepat. "Dia terlambat kak"

"Dia tidak beralasan, kakak ada di sana saat kejadian itu. Dan ini keputusan kakak. Panggil dia sekarang Sion"

"Baik tuan"

Haha, semoga saja kau tak pingsan begitu melihatku.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Cvmelati Travel

Cvmelati Travel

ah oreo kalee😂😂😂

2023-08-27

0

ZIDAN ALEXI AFKAR

ZIDAN ALEXI AFKAR

lanjutt

2023-08-27

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KASIAN PELITA, ANAK ORG KAYA, PEMILIK ANGKASA GRUOP DN PLAZA GROUP, HRS BANTING TULANG DI NEGERI ORG, DN TIDAK TAU WAJAH KEDUA ORTUNYA, KKAKNYA AMARA, DN SDR KMBARNYA PIJAR, OPANYA, OMANYA, KAKEK NYA, DN OM DAFFA, DIKARENAKN KSALAHN OMA RANIANYA...

2023-07-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue (Awal permasalahan)
2 Pertemuan tak sengaja
3 Salah Tuduh
4 Panggilan Wawancara
5 Jawaban yang keluar dengan sangat indah
6 Surat Perjanjian Kerja
7 Queen Lyzea Mahardani
8 Bukan anak kandung
9 Memasuki apartemen mewah
10 Tuan Kaisar
11 Rencana ke Indonesia
12 Pelecehan
13 Peraturan utang piutang
14 Debaran jantung
15 Kesembuhan Pelita dan bayi tiga bulan
16 Tawaran memuakkan
17 Cemburu dan kesal
18 Jatuh Cinta??
19 Berencana balas dendam
20 Bertemu keluarga Panata & Star Company
21 Pria di balik koran
22 Hari ulang tahun
23 Cemburu tak kasat mata
24 Dimensia atau pikun
25 Anak siapa dia?
26 Dua malam sebelum pergi
27 Duduk satu seat
28 Welcome Indonesia
29 Senyuman yang mengusik pikirannya
30 Pertemuan kedua
31 IMC Hospital
32 Ikatan batin
33 Resusitasi jantung paru
34 Perasaan terikat
35 Naluri orang tua
36 Kesepakatan kerjasama
37 Opening Family Care
38 Panggilan pulang..
39 Rencana perjodohan
40 Gumaman pemimpin dapur rumah sakit
41 Flashback
42 Flashback dan tiket pesawat
43 Menginterogasi dan tatapan intimidasi
44 Tanda lahir
45 Surat perjanjian pranikah
46 Pernikahan
47 Kerinduan
48 Malam Pertama yang mencekam.
49 Antara benci dan cinta
50 Comeback Indonesia
51 Ungkapan hati
52 Kedatangan Ester
53 Rahasia
54 Pisah ranjang
55 Pergi ke Family care
56 Kemarahan dan Emosi
57 Kemarahan Alvin
58 Fakta mengejutkan
59 Keluar dari rumah
60 Hamil
61 Rayuan maut
62 Amarah dan pertemuan
63 Sindrom Couvade
64 Probabbly Seratus Persen
65 Pelukan
66 Rencana ke Korea
67 Kehamilan simpatik???
68 Ancaman
69 Menolak
70 Kemarahan
71 Penangkapan Shella
72 Permintaan Rena
73 Berusaha merayunya.
74 Menjemput Pelita
75 Ektra part 1
76 Jangan ingatkan soal itu
77 Diam-diam menghanyutkan dan Impas balas budi.
78 Tidur bertiga
79 Di atas 15.000 ft
80 Keluar dari rumah sakit
81 Teriak Histeris
82 Ketukan sepatu dari pijakan kaki
83 Pagi penuh cinta
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Prologue (Awal permasalahan)
2
Pertemuan tak sengaja
3
Salah Tuduh
4
Panggilan Wawancara
5
Jawaban yang keluar dengan sangat indah
6
Surat Perjanjian Kerja
7
Queen Lyzea Mahardani
8
Bukan anak kandung
9
Memasuki apartemen mewah
10
Tuan Kaisar
11
Rencana ke Indonesia
12
Pelecehan
13
Peraturan utang piutang
14
Debaran jantung
15
Kesembuhan Pelita dan bayi tiga bulan
16
Tawaran memuakkan
17
Cemburu dan kesal
18
Jatuh Cinta??
19
Berencana balas dendam
20
Bertemu keluarga Panata & Star Company
21
Pria di balik koran
22
Hari ulang tahun
23
Cemburu tak kasat mata
24
Dimensia atau pikun
25
Anak siapa dia?
26
Dua malam sebelum pergi
27
Duduk satu seat
28
Welcome Indonesia
29
Senyuman yang mengusik pikirannya
30
Pertemuan kedua
31
IMC Hospital
32
Ikatan batin
33
Resusitasi jantung paru
34
Perasaan terikat
35
Naluri orang tua
36
Kesepakatan kerjasama
37
Opening Family Care
38
Panggilan pulang..
39
Rencana perjodohan
40
Gumaman pemimpin dapur rumah sakit
41
Flashback
42
Flashback dan tiket pesawat
43
Menginterogasi dan tatapan intimidasi
44
Tanda lahir
45
Surat perjanjian pranikah
46
Pernikahan
47
Kerinduan
48
Malam Pertama yang mencekam.
49
Antara benci dan cinta
50
Comeback Indonesia
51
Ungkapan hati
52
Kedatangan Ester
53
Rahasia
54
Pisah ranjang
55
Pergi ke Family care
56
Kemarahan dan Emosi
57
Kemarahan Alvin
58
Fakta mengejutkan
59
Keluar dari rumah
60
Hamil
61
Rayuan maut
62
Amarah dan pertemuan
63
Sindrom Couvade
64
Probabbly Seratus Persen
65
Pelukan
66
Rencana ke Korea
67
Kehamilan simpatik???
68
Ancaman
69
Menolak
70
Kemarahan
71
Penangkapan Shella
72
Permintaan Rena
73
Berusaha merayunya.
74
Menjemput Pelita
75
Ektra part 1
76
Jangan ingatkan soal itu
77
Diam-diam menghanyutkan dan Impas balas budi.
78
Tidur bertiga
79
Di atas 15.000 ft
80
Keluar dari rumah sakit
81
Teriak Histeris
82
Ketukan sepatu dari pijakan kaki
83
Pagi penuh cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!