Sudah hampir seminggu ini Pelita, wanita yang menemukan Eve di depan greja tua menjalani perawatan di salah satu rumah sakit orang miskin di Macau.
Eve yang harus tinggal di rumah atasannya, meminta Olivia dan sang mama untuk menjaga dan merawat ibu angkatnya.
Mareta, atau mamanya Olivia adalah adik ipar Pelita. Itu artinya, Pelita dan Mareta masih ada hubungan keluarga meski hubungan jauh.
Gadis malang yang tengah termenung di bangsal mamahnya, tampak mengetikkan sesuatu di gawainya.
"Pak Ben, tolong jemput saya di General hospital. Terimakasih. Eve"
Sebuah pesan ia kirim ke nomor sekertaris Ben.
Tak lama kemudian ia menerima balasannya.
Pak Ben : "Ok"
Ia kembali memusatkan perhatian pada Pelita setelah menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Sebelum ke rumah sakit untuk berpamitan pada Pelita, Eve sudah mengemasi pakaiannya yang akan ia bawa ke rumah Kellen.
"Ve, mamah mau bicara"
Kening Eve mengerut. "Bicara apa mah?"
"Maafin mama selalu merepotkanmu"
"Tidak mah" sahut Eve sendu.
"Kali ini, simpan gajimu untuk masa depanmu, mamah sudah ikhlas jika harus tiada"
"Mamah jangan ngomong gitu mah, Ve sayang sama mama, apapun akan Eve lakukan asalkan mama bisa sembuh"
Wanita itu tersenyum samar.
"Ve"
"Iya mah" Eve meraih tangan Pelita dan sedikit memberikan usapan lembut menggunakan ibu jarinya. "Ada apa mah?"
"Mungkin sudah saatnya kau tahu"
Eve menatap sang mama bingung.
"Tahu apa mah?"
"Sebelumnya mamah minta maaf karena menyembunyikan ini darimu selama bertahun-tahun"
Eve semakin di buat bingung.
"Sebenarnya Ve" Pelita menggantung kalimatnya, ia seperti tak tega melihat reaksi Eve setelah mengetahui kebenaran yang ia simpan penuh rapat. Apalagi dia masih belum rela jika kebenaran itu terungkap, Eve akan mencari orang tua kandungnya lalu pergi darinya.
"Ada apa mah? Mamah butuh sesuatu?"
Pelita menggeleng. "Sebelum mamah pergi, mama ingin kau tahu satu kebenaran tentangmu"
"Kebenaran apa?" tanya Eve penasaran.
"Sebenarnya, kau bukan anak kandung mama Ve"
Tercenung, Eve mendengar ucapan Pelita.
"Mama jangan bercanda mah"
"Mamah serius Ve"
Eve menelan saliva dengan setengah mati. Di saat yang bersamaan, debaran jantung di dalam sana tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang.
"Apa mamah bilang begitu supaya Ve tidak lagi membiayai pengobatan mama?"
"Tidak Ve, Kalau tidak percaya, kau bisa tanya pada ayik Mareta. Dia yang mamah beri tahu pertama kali ketika mama baru menemukanmu"
"Jadi Eve bukan anak kandung mama? lantas, Ve anak siapa mah?"
Tak terasa mata Eve sudah berkaca-kaca.
"Maaf Ve, mama tidak tahu siapa dan dimana orang tua kandungmu. Saat itu, mama melihatmu sedang menangis di depan gereja tua"
"Gereja tua?"
Pelita mengangguk meski pelan. "Malam itu, mama dan papa baru pulang kerja, samar-samar kami mendengar tangisan bayi. Pas mama nengok ke arah gereja, kau ada di sana di dalam keranjang bayi. Papa dan mama langsung menghampirimu lalu membawamu ke rumah ayik Mareta karena mama yakin kau lapar, kau butuh asi. Dan kebetulan saat itu ayik Mareta sedang menyusui Olivia"
"Mamah tidak bohong?"
"Maafkan mamah Ve, kalau kau ingin mencari orang tua kandungmu, mamah rela"
Hening selama beberapa saat. Mereka hanya diam saling menatap dengan kondisi batin yang mungkin berlawanan.
Tubuh Eve berjengit ketika merasakan ada sesuatu yang bergetar dari dalam tas. Detik berikutnya suara joey young dengan lagunya berjudul se me fly terdengar dari ponsel.
Eve langsung membuka tas lalu meraih benda tipis itu.
"Pak Ben" gumamnya lirih. "Dia pasti sudah sampai"
"Iya pak?"
"Saya sudah berada di general hospital"
"Baik pak saya akan turun sebentar lagi"
"Kalau boleh tahu, siapa yang sakit?"
"Mamah saya pak"
"Kalau begitu saya akan naik dan menjenguknya"
"Tidak perlu pak"
"Tidak, tidak, saya akan tetap naik, saya harus meminta izin pada mamahmu untuk membawamu tinggal bersama tuan El"
"Baik pak, mamah saya ada di lantai tiga kamar Orchid tiga"
"Okay saya naik sekarang"
Eve menggeser ikon merah usai mengakhiri percakapannya melalui sambungan telfon.
"Kerja yang benar Ve" Suara Pelita, membuat Eve mempertemukan netranya. "Kau harus berhasil supaya bisa sukses dan memiliki rumah sendiri, jangan khawatirkan soal mama. Ada ayik Mareta dan Olivia"
"Nanti Ve minta Oliv buat carikan ART untuk menemani mama"
Mata Eve berkabut, menatap wanita yang terbaring pucat di atas ranjang. "Mamah tetap mama kandungku. Meski bukan mamah yang melahirkanku, tapi dengan tangan mamah Ve bisa menjadi seperti ini"
"Kau anak mamah selamanya"
Mendengar pintu di ketuk, Eve serta Pelita kompak melirik ke arah sumber suara.
"Itu pasti sekertaris bos Eve, sebentar ya mah, Eve buka pintu dulu"
"Iya sayang"
Pelan Eve memutar knop pintu. Dugaanya benar jika yang datang adalah Ben.
Ya Tuhan, penampilan sederhana tapi aura kecantikannya tetap melekat di wajahnya.
"Mari masuk pak!"
Ben tersentak gugup.
"I-iya"
Keduanya berjalan ke arah ranjang.
"Selamat malam bu, apa kabar?" ucap Ben ramah.
"Selamat malam, saya baik pak. Maaf saya tidak bisa bangun dari berbaring"
"Tidak masalah bu, saya mengerti kondisi ibu" jawabnya masih dengan keramah-tamahannya. "Sebelumnya saya minta maaf atas kedatangan saya kemari, saya berniat membawa nona Evelyn untuk tinggal di rumah tuan Kellen" tambahnya meski agak sedikit ragu.
"Saya ijinkan pak"
"Kita bisa berangkat sekarang pak" sambar Eve. Sejujurnya dia sendiri tak tega harus meninggalkan Pelita, namun tak ada pilihan lain. Toh kepergiannya untuk kesembuhan sang mama.
Setelah ini, Eve akan meminta Oliv menjadi penjamin untuk mengajukan pinjaman pada bank. Dengan begitu tlanspantasi ginjal bisa segera di lakukan dan Pelita pasti akan sembuh.
"Aku pergi mah, mamah jangan memikirkan apapun, Eve akan cari uang buat mamah"
"Mama akan baik-baik saja, jangan khawatir"
****
Sekertaris Ben sudah duduk berhadapan dengan kemudi dan memasukkan kunci mobil. Keluar dari area parkir, ia mulai melajukan mobilnya membelah keramaian jalan. Pandangannya sesekali melirik ke arah spion tengah untuk melihat Eve yang duduk di belakang.
Kalau mamah bukan mama kandungku, jadi siapa orang tuaku yang sebenarnya? Kenapa mereka membuangku? apakah mereka terlalu miskin jadi tidak mampu mengurus seorang bayi? apakah kehadiranku memang tidak di inginkan? atau apakah aku terlahir tanpa status pernikahan?
Pertanyaan-pertanyaan itu, bahkan tak bisa di jawab oleh Pelita.
Dimana mereka, dan harus ku cari kemana? Apa masih hidup, atau sudah meninggal?
Eve terus bertahan dengan pikiran tentang kujujuran sang mama. Rasanya, ingin sekali ia menyangkal kebenaran itu, tapi melihat bagaimana raut serius saat Pelita mengatakannya, membuatnya tak mampu untuk tidak percaya dengan fakta yang ada.
Aku bukan anak kandung mama?
Gadis itu menghirup napas pelan, berusaha menormalkan perasaan yang terlampau gelisah.
Ada apa dengannya, kenapa terlihat sangat cemas? apakah dia takut karena akan tinggal dengan El?
Ah Ben, kau lupa kalau mamahnya sedang sakit? Sudah pasti dia memikirkan mamahnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Nova Yuliati
keluarga nara belum diceritakan nasubnya sejak kehilangan anaknya....
2022-06-15
1
sryharty
duuh jadi kangen mara ka ane,,kira2 gimana kabar Tama,Nara ,,dan si mara udah menikah belum yah??secara Ade nya aja udah kerja
orang tua kamu itu kaya ve,,tenang aja suatu saat kamu aman ketemu orang tua kandungmu,,,
2022-06-15
0
Lyzara
masih nyimak kak
2022-06-15
0