Sampai tiga hari kemudian,
Di pagi hari, sosok tinggi berwibawa berjalan menyusuri kantor, di dampingi oleh sang sekertaris yang berjalan mengekor di belakangnya.
Tatapan aneh dan bisikan-bisikan mengejek dari para karyawan membuat Kellen mengernyitkan dahi.
Ia melirik ke sekeliling dan netranya langsung menangkap senyuman yang tersungging di sudut bibir mereka.
Menghentikan langkahnya, ia berbalik.
"Kenapa mereka senyum-senyum?" tanya Kellen konstan.
"Saya tidak tahu tuan" jawab Ben jujur.
"Apa ada yang aneh dengan penampilanku?"
Ben memindai tubuh bosnya dari ujung rambut hingga kaki. Nihil, tak ada yang aneh dari penampilan Kellen, justru sebaliknya. Setelan kemeja yang di rangkap dengan jas warna senada membuat dirinya tampil memukau.
"Tidak ada tuan"
Mendengkus pelan, ia membalas tatapan karyawannya satu persatu.
"Kenapa kalian tersenyum? apa ada yang lucu?"
"T-tidak tuan"
"Berani kalian tersenyum, gaji kalian hanya tersisa separuh"
Senyum mereka mereda begitu mendengar ancaman dari atasannya.
Usai mengatakan itu, Kellen kembali melangkahkan kaki munuju ruangannya tanpa memperdulikan siapapun.
"Kenapa hari ini semua terlihat aneh. Pertama grenris yang tiba-tiba mencari aunty Tania, kedua mommy yang tiba-tiba menjewerku karena mendapat laporan bahwa aku dengan sengaja menabrak mobil Fiona, dan sekarang, semua karyawan mengejekku dengan tatapan dan senyum miring"
Pria itu menggerutu setelah tiba di ruangannya, kemudian menghempaskan tubuh di kursi kebesarannya.
"Dari mana mommy tahu kalau aku sengaja menabrak mobil Fiona?"
"Apakah gadis itu kenal dengan mommy?
"Ah, tidak mungkin"
Duduk termenung, kali ini tatapannya kosong membayangkan wajah Fiona yang kecantikannya nyaris sempurna. Kellen berdecih ketika ingatannya kembali tertuju pada Eve.
"Dasar gadis sialan"
Pria itu mengumpat seraya membuka laptop. Sepasang matanya menatap layar yang kini telah menyala terang.
Ada begitu banyak E-mail yang masuk ke blogger perusahaan.
"A-apa ini?" Dia membulatkan mata menangkap sosok dirinya tengah bertelanjang dada dengan perut buncit. Ada berbagai pose yang menampilkan lemak di bagian perut. Ada pula foto perbandingan saat dirinya masih cungkring, dan gemuk serta foto masa kini yang tampak jauh lebih tampan dari sebelumnya. Perbedaan yang mengalami perubahan hampir 180°.
"Kenapa bisa?"
"S-siapa yang berani menyebarkan foto-fotoku?"
Ia membaca satu persatu komentar yang tertulis di social media.
A : "Pergi kemana lemak dalam perutnya? apa di setrika dengan uang? " (Lima emot tertawa terbahak)
B : "Oh my God, ternyata si maut pernah memiliki bentuk tubuh seburuk itu?" (Stiker jungkir balik)
C : "Selamat, akhirnya tuan muda menjadi manusia sempurna" (Emot tersenyum sambil menutup mulutnya)
D : "Apakah mereka orang yang sama? hebat perubahan yang cukup drastis" (Stiket takjub)
"Tuan, berkas untuk meeting hari ini sudah siap" Tiba-tiba Ben menyerukan suaranya setelah memasuki ruangan Kellen.
"Tuan" Panggilnya lagi sebab tak ada respons dari sang bos.
Ben mendekat, atensinya langsung tertuju ke arah laptop yang menampilkan foto-foto masa lalu Kellen.
"T-tuan, siapa pria itu, kenapa sangat mirip denganmu?"
"Diam kau" sentak Kellen tanpa melihatnya.
"Foto-foto ini bukan dirimu kan tuan?" Ben kini sedikit mencondongkan badan mempertajam pandangan.
"Mungkin ada seseorang yang mengedit bagian wajahmu dan mengganti dengan tubuh orang lain untuk mempermalukanmu"
"Tidak mungkin" gumam Kellen mengabaikan ucapan Ben. "Tidak ada yang boleh tahu tentang ini, apalagi Fiona"
Ben semakin bingung.
"USB, d-dimana USB ku?" Kellen meraba-raba saku jas dan celananya.
"J-jadi benar, orang di dalam foto ini adalah dirimu?" gumam Ben bertanya.
Kellen benar-benar mengabaikan keberadaan Ben, pria tampan itu tak mengindahi setiap ucapan dan kalimat-kalimat tanya dari sang sekertaris.
"Ah aku menyimpannya bukan di jas ini" Kellen bangkit dari duduknya. Sebelum melangkah keluar, dia bersuara. "Ben, suruh mereka menghapus foto-foto ini, pastikan tidak ada lagi foto itu berkeliyaran di medsos" Dia langsung pergi setelah mengatakan itu.
"Wah, jadi semua foto ini benar dirinya?" Ben bergumam sambil memperhatikan dengan cermat foto-foto itu. "hahaha kau jelek sekali tuan, bahkan lebih jelek dari masa mudaku" Lanjutnya sembari terkikik. Fokusnya terus terarah pada foto yang ada di layar selebar empat belas inchi.
"Ternyata di balik wajah menakutkanmu, tersimpan sejuta rahasia dan wajah cupumu yang membuatku tertawa bos" ______
***
"Bik, USB itu ada di saku jasku" Kellen sedang berbicara dengan ARTnya melalui telfon. Saat ini dia berada di area parkir kantor.
"Tak ada tuan"
"Coba di ingat-ingat bik, USB nya kecil, jelas-jelas aku menyimpannya di saku jas"
"Saya memeriksanya beberapa kali sebelum mencuci semua baju"
"Atau mungkin bibik melihatnya ketika membersihkan kamarku?"
"Tidak tuan muda, jika saya melihatnya, pasti akan ku simpan di atas meja nakas"
"Ya sudah bik, terimakasih"
Panggilan di tutup oleh Kellen, Ia memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Pikirannya melayang ke beberapa hari yang lalu.
"Terakhir kali aku menyimpan di saku jas, lalu keluar dari kantor setelah itu,___
"Aku ingat"
Kellen membatin saat mengingat gadis yang hampir tertabrak.
"Gadis itu? aku yakin USB ku jatuh ketika aku membantu mengambil barang-barangnya di aspal jalan dan tanpa sadar, gadis itu memasukkan USB ku ke dalam tasnya"
"Aah gadis konyol, lagi-lagi kau"
Setelah teringat tentang Eve, Kellen langsung menuju ke salah satu restauran miliknya. Restauran yang sempat melayani acara pernikahan adik sepupunya.
Dia yakin bahwa Eve bekerja di restaurannya mengingat malam itu mereka bertemu di pesta pernikahan Ester, dimana Eve mengenakan seragam restauran khas miliknya.
Setibanya di restauran, pria itu di sambut ramah oleh pegawainya. Kedatangannya yang tiba-tiba membuat Nico sang manager bertanya-tanya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Nico ketika menyadari bosnya tengah memperhatikan satu-persatu para pelayan restauran.
"Pak Nico, saya sedang mencari seorang wanita, dia pelayan di restauran kita"
"Kalau boleh tahu siapa namanya tuan?"
"Saya tidak tahu siapa namanya, yang pasti orangnya setinggi ini" Kellen mensejajarkan tangan di dagunya. "Matanya lebar, rambutnya panjang di gulung, agak sedikit tempramen dan sepertinya masih single"
Nico mengernyit mendengar penjelasan Kellen. Ia merasa tidak ada karyawan dengan ciri-ciri yang di sebut oleh sang bos.
"Tak ada karyawan yang seperti itu di restauran kita tuan"
"Bisakah saya melihat semua karyawan wanita?"
"Tentu bisa, lihatlah mereka semua sedang bertugas"
Pria itu mengedarkan pandangan, mencermati satu persatu karyawan wanita.
"Kenapa tidak ada?" gumamnya lirih.
"Bagaimana tuan, apakah anda menemukannya?"
"Tidak" jawab Kellen dengan fokus masih menelisik wajah para pegawai wanita.
"Tapi saya yakin dia bekerja disini pak Nico"
"Tapi disini tidak ada karyawan yang seperti itu atau yang masih single tuan"
Tiba-tiba datang seorang pelayan pria menghampiri Kellen dan juga Nico.
"Pak, permisi dan mohon maaf, saya sudah mencuri dengar pembicaraan kalian" katanya sopan. "Dan kemungkinan wanita yang tuan maksud adalah salah satu anak magang yang ambil job paruh waktu"
"Ah iya tuan, saya ingat, waktu itu saya mencari dua pelayan untuk membantu kita di pesta pernikahan nona Ester"
"Apa pak Nico tahu dimana alamatnya?"
"Maaf tuan, kami tidak sempat menanyakan alamatnya"
Menghirup napas dalam sebelum kemudian membuangnya sedikit kasar. "Baiklah saya permisi"
"Iya tuan"
Kellen meninggalkan area restauran.
Di dalam mobil, dia duduk termenung sambil memikirkan tentang gadis yang membuatnya kalang kabut. Kellen merasa jika Eve adalah bencana baginya.
"Apakah Fiona sudah melihatnya?"
"Tidak hanya Fiona, semua orang yang mengenalku pasti sudah melihat foto-foto jelekku"
"Ah gadis sialan,,, Setelah aku mendapatkanmu, aku jamin kau tidak akan pernah bisa lari dariku" Kellen mendesah pelan, kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana. Dia berniat menghubungi sekertatis Ben.
"Halo Ben"
"Iya tuan"
"Bagaimana? apa sudah kau laporkan ke polisi?"
"Sudah tuan"
"Apa pelakunya sudah di tangkap?"
"Belum tuan"
"Kenapa belum tertangkap? apa mereka bekerja dengan sungguh-sungguh? Jika namaku di ketik pasti foto itu akan bermunculan, bukan?"
"Butuh sedikit waktu untuk menghubungi semua blogger yang menyalin dan mengunggahnya tuan"
"Jangan bicarakan soal waktu, mereka bisa menyelidiki lewat ID pengirimnya"
"Iya tuan, akan kami usahakan secepat mungkin"
"Pokoknya, aku ingin pelakunya bisa segera tertangkap. Berapapun biayanya, pastikan foto-foto itu di hapus dan tidak muncul lagi, mengerti!!"
"Baik tuan"
Merasa kesal, Kellen memutus panggilan secara sepihak. Pria itu berdecak geram lalu memukul roda kemudi.
"Dasar gadis sialan, awas saja jika aku menemukanmu"
Saat termenung dengan sejuta prasangka, Kellen yang masih duduk di dalam mobil, sepasang netranya menangkap sosok gadis incarannya tengah berjalan di trotoar.
Pria itu menajamkan penglihatan berharap netranya tak salah lihat.
"Benar dia gadis konyol itu" Tak menunggu lama, Kellen bergegas keluar dari mobil lalu menyusul langkah Eve.
"Tidak salah lagi, ini benar-benar kau" kata Kellen saat berdiri di hadapannya.
"Hey ada apa denganmu, kenapa kau menghalangi jalanku?"
"Dimana USBku?"
"Apa maksudmu?"
"Tidak usah berpura-pura, kembalikan USBku sekarang juga"
"USB apa yang kau bicarakan?"
"Kau masih belum mengerti?" ucap Kellen sarkastis. "Saat kau terjatuh di depan mobilku, kau memasukkan USBku yang jatuh dari saku ke dalam tasmu"
"Haloo, maaf saya tidak tertarik dengan USBmu. Sekarang minggir aku mau lewat"
"Kau mau kemana?" Cegah Kellen saat Eve akan melangkahkan kakinya. "Jangan berfikir kau bisa kabur dariku" tak sengaja tangan kirinya mendarat di salah satu benda bulat di dada Eve dengan sedikit mencengkram.
"Hey, apa yang kau lakukan? beraninya kau menyentuhku?"
"T-tidak"
"Kau ca*bul?" tanya Eve dengan mata menajam.
"T-tidak nona, aku tidak cabul?"
"Apanya yang tidak, kau menyentuhku"
"Aku tidak sengaja, maaf, m-maafkan aku" Pria itu segera berlari untuk melarikan diri.
"Hei mau kemana kau?" Eve menatap punggung pria yang lari terbirit-birit. "Hari ini kau beruntung, tapi lain kali awas kau pria cab*ul, aku tidak akan melepasmu"
Tak ingin terlambat untuk menjenguk Pelita, dia membiarkan Kellen kabur begitu saja.
Sementara Kellen memasuki mobil dengan nafas memburu. Ada butiran keringat sebiji jagung menghiasi keningnya.
"Benarkah bukan dia?" gerutu Kellen seraya berfikir. "Tidak tidak, pasti dia pelakunya"
"Tapi kenapa aku kabur, bukankah seharusnya dia yang kabur?"
Di sela-sela lamunannya, terdengar bunyi ponsel tanda panggilan masuk. Kellen segera memasang alat bluetooth di telinganya, lalu menggeser ikon hijau di layar ponsel.
"Iya Ben?"
"Tuan, kami sudah menangkap pelakunya"
"Oh benarkah? Siapa?"
"Seorang anak kecil"
"Apa?"
"Iya tuan, pelakunya masih SMP. Dia mengatakan jika dirinya menemukan USB tuan di pinggir jalan"
"Kau urus dia"
"Baik tuan. Tapi apa kau memaafkannya?"
"Kali ini aku maafkan, tapi pastikan anak itu tidak mengulangi perbuatannya di lain waktu"
"Siap tuan" Ben memutus panggilan lebih dulu.
"Jadi benar bukan gadis menyebalkan itu pelakunya?"
"Oh my God, ini adalah hari terburuk untukku. Padahal aku ingin balas dendam padanya. Tapi kenapa aku yang takut?"
Tidak, lupakan gadis itu lupakan semuanya, aku harap kami takan bertemu lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Itin
maaf doamu tidak dikabulkan 🤪
2022-12-01
0
Itin
😁😁😁😂😂😂
2022-12-01
0
Kezie fitri
aku suka cerita yg bnyak Lucu nya,, meskipun nanti ada konflik semoga ada lucu nya, soall nya udh bosen konflik yang tegang2
2022-07-28
1