Mobil melaju mulus di jalanan yang tidak terlalu ramai, empat puluh lima menit kemudian mereka memasuki sebuah halaman luas dari sebuah apartemen mewah yang penghuninya mayoritas adalah kelas mapan. Evelyn ternganga menyadari betapa indahnya tempat apartemen milik keluarga Mahardani. Ia bahkan tak menyangka bisa menginjakkan kaki di tempat yang semegah dan seelit ini.
Kini mobil itu melaju semakin dalam menuju area parkir yang terletak di bawah tanah. Tempat parkir mobil yang memang khusus untuk pemilik unit.
Melepaskan seatbelt, Eve terus mengedarkan pandangan ke seluruh titik. Ada puluhan mobil mewah berjejer rapi di tempat yang luas ini.
"Pak, kalau boleh tahu, pak El tinggal sama siapa di sini?"
"Hanya berdua"
"Maksudnya, istri?"
Ben tersenyum tipis lalu mencabut kunci mobil. "Kita turun sekarang"
Setelah turun dari mobil, langkahnya tertuju ke arah lift. Eve sedikit kesal karena pertanyaannya tak mendapat jawaban.
Memasuki lift, Ben menekan tombol bernomor lima belas.
"Dia belum menikah" suara Ben tiba-tiba masuk ke indera pendengarannya.
"Oh" sahut Eve singkat.
"Dia tinggal dengan ARTnya. Janet namanya"
"Oh" kali ini kepala Eve turut mengangguk.
"Nanti kita akan bekerja sama untuk urusan pekerjaan, dan untuk keperluan pribadinya, kau harus menyiapkannya sesuai dengan perintah dan permintaannya. Urus semua jadwal, perjalanan bisnis, selalu cek email setiap hari, dan tanyakan pada saya semua masalah yang tidak kau mengerti soal administrasi mengenai perusahaan untuk membuat data-data informasi terkait presentasi dalam berbagai pertemuan"
"Iya pak saya mengerti"
"Untuk keperluan pribadinya, nanti Janet akan membantumu, tapi tetap saja kau yang harus mempersiapkan mulai dari pakaian yang akan dia kenakan, urusan makannan, dan ponselnya"
"Harusnya si camar nyari istri, bukan asisten, dasar bodoh" gumaman kecil, namun bisa di dengar oleh Ben.
"Kau bilang apa?"
"What? No" jawab Eve tergagap.
Duh, kenapa mulutku tak bisa di kendalikan? coba kalau si camar yang dengar, kepalaku pasti melayang.
"Kau jangan takut, tuan El sebenarnya baik, hanya saja dia sedikit arogan dan dingin kerena masa lalu"
Kalimat Ben bersamaan dengan bunyi lift tanda telah sampai di lantai tujuan. Mereka bergantian keluar dan langsung menuju ke unit milik Pandu. Jika di setiap lantai ada dua unit yaitu A dan B, tapi di lantai lima belas ini hanya ada satu unit khusus untuk Pandu dan keluarga tempati. Termasuk untuk anak-anaknya.
"Masa lalu?"
Ben mengangguk, lalu berhenti membuat Eve pun turut menghentikan langkahnya.
Mereka berdiri saling berhadapan. Ada koper mini milik Eve di depan mereka.
"Semenjak ayiknya meninggal, tuan El menjadi sangat pemarah, dia sangat dekat dengan Ayik Tania. Tuan El begitu menyayangi Ayik Tania, itu sebabnya kematiannya menyisakkan dendam pada orang berkebangsaan Indonesia yang sudah menjebloskan ayik Tania ke penjara"
"Kau tahu?" tanya Eve menyelidik.
"Aku sudah dari kecil hidup di tengah-tengah keluarga mereka. Aku ini adalah anak dari kepercayaan uncle Pandu yang mengurus restauran, hotel serta apartemennya di Hongkong"
"Jadi orang tua bapak ada di Hongkong?"
Ben mengangguk.
"Ayiknya meninggal kenapa?"
"Panjang critanya"
"Way, kenapa berdiri di situ?"
Pertanyaan Kellen yang tiba-tiba, sontak membuat Ben dan Eve terkejut.
Keduanya kompak menoleh ke arah di mana Kellen berdiri di ambang pintu apartemen.
"Kok si camar bisa muncul mendadak?" Bisik Eve.
"Pasti dia menunggu kita dan mengintip melalui door viewer" jawab Ben tak kalah lirih.
"Perlu, ngomong bisik-bisik seperti itu di depanku?" sinis Kellen. "Masuk!" tambahnya memerintahkan.
Ben dan Eve kembali melangkah tanpa mengatakan apapun.
Memasuki ruang tamu dengan design interior yang megah, sekali lagi Eve berdecak kagum dengan keindahan seluruh isi ruangan dan perabot rumah. Tak hanya itu, ia juga terpesona dengan bingkai foto besar yang menampilkan sosok Kellen dengan kedua orang tua serta adik perempuannya.
Keluarga yang bahagia. Tapi aku, bahkan tidak tahu di mana keluargaku yang sebenarnya. Berapa kakakku, dan berapa banyak adikku aku pun tak tahu.
Aku masih berharap kalau ucapan mamah semua bohong, tapi sepertinya itu tidak mungkin.
Hufft.... dimana kalian??
Apa kalian tak pernah mengingatku?
Apa kalian hidup miskin, atau hidup bahagia?
Kalian sama sekali tak merindukanku?
Kalian tak mencariku?
Menarik napas panjang, Eve duduk di sebelah Ben setelah Ben menyuruhnya duduk.
Ve, kau sudah di buang, mana mungkin mereka mencarimu, kau pun tak perlu repot-repot mencarinya.
Aah tapi aku penasaran dengan keluarga kandungku. Tapi sepertinya aku pun tak ada waktu untuk mencarinya.
"Evelyn" panggil Ben berbisik. Kakinya sedikit bergerak menyentuh kaki Eve.
"I-ya pak?"
Kellen menggeleng penuh heran. "Jangan melamun"
"Maaf pak" sesalnya dengan raut memerah. Berbagai macam pikiran berebut masuk dan mengacaukan fokusnya.
"Hobi marahmu sudah berubah jadi bengong?"
Eve menelan ludahnya kasar begitu mendengar kalimat Kellen.
"Aku tidak mau mempekerjakan orang yang terlalu banyak melamun. Sekali lagi aku melihatmu tidak fokus, aku akan langsung memecatmu"
"Maaf pak"
"Mungkin dia memikirkan mamahnya, tuan" sambar Ben.
Kellen mengernyit. "Kenapa dengan mamahnya" pandangannya mengintimidasi ke arah wajah Ben
"Di ra_"
"Tidak tuan, saya hanya tidak menyangka bisa menjadi asisten pribadi dari pria hebat seperti anda" potong Eve cepat.
"Terimakasih atas pujiannya" tersenyum miring penuh angkuh.
Aku tidak serius memujimu, bos bodoh.
"Janet"
Eve sedikit berjengit dengan teriakan Kellen yang memanggil sang ART.
"Iya tuan"
"Antar dia ke kamar yang sudah kau bersihkan"
"Baik tuan" sahutnya patuh. "Mari nona"
Eve bangkit, hendak mengikuti langkah Janet. Namun, baru saja akan mengangkat kakinya, suara Kellen kembali menggema.
"Aku beri waktu lima belas menit untuk mandi, setelah itu kembali lagi ke sini kita akan bahas pekerjaan untuk besok"
"Iya tuan"
Di iringi dengan gerutuan-gerutuan kesal serta umpatan, Eve melangkah mengekor di belakang Janet. Pandangannya menelisik ke sudut ruangan yang begitu mewah seakan mampu memanjakan mata.
"Ini kamar nona, bersebelahan dengan kamar tuan El"
Kenapa kamarku harus bersebelahan dengan kamarnya?
Aku benar-benar tidak menyangka akan berada di lingkaran keluarga menakutkan.
"Silahkan masuk nona"
"Oh iya, makasih"
"Sama-sama nona"
Menutup pintu, ia menyeret koper seraya mengedarkan pandangan.
"Waahh!! bagus sekali, ini si bukan kamar, tapi istana"
"Kalau kamar asistennya sebagus ini, lantas sebagus apa kamar si cabul itu?"
Eve hanya bisa menggelengkan kepala. Gerakan yang tersirat akan kekaguman terhadap hunian mewah milik bosnya.
"Astaga, aku hanya memiliki waktu lima belas menit untuk mandi" Dia langsung membongkar koper lalu meraih setelan santai berupa kaos pendek dan celana panjang.
Langkahnya langsung tertuju ke kamar mandi bergegas untuk membersihkan diri.
Sementara Kellen dan Ben tengah membicarakan tetang mamahnya Eve yang sedang di rawat di rumah sakit karena ginjal. Selain itu, mereka juga membahas tentang pekerjaan.
Lima belas menit kemudian....
Awal yang baru Eve, ini demi mama demi masa depanmu juga. Sabar untuk sesuatu yang lebih indah di depan matamu. Karir yang bagus, masa depan yang cerah, dan kebahagiaan akan menjemputmu.
Eve membatin sebelum kembali bergabung dengan Kellen dan Ben.
Wangi bunga dan aura natural yang terpancar di wajahnya, dan kecantikan Eve yang alami tanpa polesan make up, membuat dua pria itu sempat tercengang dengan penampilan santainya
Sepasang mata mereka bahkan terus menyoroti tubuh Eve hingga dia mendudukan dirinya di sofa.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SLAMA 23 TH, APA TAMA TDK MNCARI KBERADAAN PELITA..... MREKA KN SUDAH MNCURIGAI MISHELLA, KNP TK DIUSUT DRI NYA..??
2023-07-02
0
Sulaiman Efendy
ADA KJADIAN APA MNIMPA TANIA, DN KNP MASUK PENJARA DN AKHIRNYA MNINGGAL...???
2023-07-02
0
Asri
tania itu siapa ya 🤔
2022-06-15
1