"Sekali lagi terima kasih Dok! ucap kedua orang tua Dirga.
Kedua orang tua Dirga mengucap terima kasih seraya berjabat tangan pada Ketiga Dokter yang sudah menangani anaknya.
Vana berjalan meninggalkan ruangan operasi menuju ruangannya. Tak jauh dari ruangan operasi, Vana melihat kakaknya dan Devan sedang berbicara dengan kepolisian yang sudah datang untuk menangani kasus pembunuhan Dirgantara.
"Kak!
"Dek, kau sudah selesai operasi?
"Sudah Kak!
"Oiya ini pihak kepolisian, tadinya akan di pasang garis kuning polis-line dan rumah sakit ditutup sementara."
Mata Vana mendelik "Kenapa harus di tutup? kasihan mereka yang ingin berobat."
"Kau tenang saja Dek! masalahnya sudar clear dan tadi kakak minta bantuan Daddy untuk mengurus masalah rumah sakit dengan polisi.
"Jadi Daddy sudah tahu masalah yang Vana hadapi?
Vano mengangguk "Sudah Dek."
"Dokter Vana sebagai pemilik dan penyelemat Tuan Dirga. Tolong besok datang ke kantor polisi untuk meminta penjelasan dan keterangan mengenai kejadian hari ini. Kami harap Dokter Vana koperatif untuk memenuhi panggilan penyidik."
"Baik Pak! besok saya akan datang dan memberikan keterangan."
"Oke bapak-bapak saya dan adik saya permisi dulu, kami akan pulang sekarang."
"Baik Nak Vano silakan." ujar Pak polisi dan mereka saling berjabat tangan sebelum akhirnya meninggal tempat itu.
Vano, Vana dan Dev pulang ke mansion, sementara mobil Vana dititip di rumah sakit miliknya. Jalanan menuju perumahan kompleks elit milik Reno memakan waktu hanya setengah jam, sebab jam tiga subuh jalanan tampak lengang. Sesampainya di mansion Vana masuk kedalam kamar, begitu pun dengan Vano dan Devan naik kelantai dua.
Keesokan harinya.
Seperti biasa Delena sudah berkutat di dapur bersama dua asisten rumah tangganya khusus memasak, untuk bagian menyapu, mengepel seluruh lantai, mengurus tanaman dan kolam renang sudah ada bagian nya masing-masing.
"Mommy! Zidan lapar loh!" rengek nya saat berada di ruangan makan.
"Iya sayang.. ini makanannya sudah siap." Delena menaruh nasi goreng dan telor ceplok kedalam piring Zidan. Saat ingin menaruhkan rebusan wortel dan kentang, anak itu protes m
"Don't Mam! I don't like vegetables."
"Sayuran itu sangat bagus untuk pertumbuhan Zidane, biar lebih kuat dan sehat."
"Tapi Zii tidak suka sayuran!" Pria berusia delapan tahun itu gelengkan kepala dengan bibir mengerucut.
"Oke.. oke.. untuk hari ini Mommy mengalah, tapi besok tidak boleh menolak." Delena menaruh piring kedepan pria tampan itu.
"Wah anak Daddy sudah lebih dulu sarapan." Reno mengusap lembut kepala anak bungsunya dan duduk disebelahnya.
"Gimana nasi goreng buatan Mommy, enak tidak? tanya Reno menatap riang anak tampan yang mirip dengannya.
"Enak banget! ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari nasi goreng yang ia makan.
Delena tersenyum melihat anak bungsunya yang sudah beranjak besar, wajah tampan Zidan mirip Reno kecil kata ibu mertuanya, sedangkan Vano dan Vana perpaduan wajah Delena dan Reno.
"Mas mau makan juga, atau roti bakar?"
"Buatkan roti selai saja yank, Mas nggak makan nasi dulu, soalnya pagi ini ada meeting dengan pejabat kota, nggak enak nolak kalau ngajak makan."
Delena mengangguk dan mengambil tiga lembar roti gandum dan memberikan selai kacang dan coklat diatasnya.
"Dimana Vano dan Vana? apa semalam pulang?
"Tadi Mommy lihat ke kamar Vana, dia sedang tidur, sepertinya sangat lelah."
"Jam berapa mereka pulang."
"Aku belum tanya Mas." ucap Delena seraya menaruh piring berisi roti didepan suaminya dan secangkir kopi hitam yang sudah Delena buat.
"Mas? apa semalam polisi datang kerumah sakit dan ingin menutupnya?"
"Ehem..! Reno berdehem untuk istrinya diam, sebab masih ada Zidan di meja makan, Reno tidak ingin anaknya mengetahui urusan orang dewasa, karena anak secerdas Zidane mudah merekam obrolan orang dewasa. Delena mengerti dan tidak membahas lagi.
"Zidan sudah selesai makannya Nak? tanya Delena.
"Sudah Mom! Zidane mau sekolah dulu." anak kecil itu turun dari kursi dan mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Lalu berjalan meninggalkan ruangan meja makan.
"Hay Mom!
"Hay Dad!
"Vano... Ayo makan lah, dimana Dev?
"Masih gym diatas Mom!
"Vira belum makan Mom? tanya Vano seraya menarik satu kursi.
"Tadi Mommy ke kamarnya, tapi masih tidur."
"Sudah lima hari Vira belum masuk sekolah lagi, rencana hari ini Vano akan mengajak Savira ke makam kedua orang tuanya."
"Iya sayang, Semalam Vira sudah bilang. Mommy sudah lama belum mengunjungi lagi makam ibu dan Ayah Savira."
"Bawa Savira ke makam kedua orang tuanya, kita jangan tutupi lagi. Semoga setelah ini Vira kembali ceria." ujar Reno sambil menyeruput kopi hitam kesukaannya.
"Terus bagaimana masalah Vana di rumah sakit? Mommy nggak habis pikir sama anak itu, bisa-bisanya melawan penjahat sendirian, bukannya pergi dan minta bantuan security." ucap Delena menyesalkan.
"Kadang kejadian itu diluar ekspektasi kita Mom, dan terjadi begitu saja, tanpa perhitungan kita harus bisa menyelamatkan diri dan bantu orang yang sedang terjepit. Kejadian Vana seperti yang Vano alami selama ini. Mommy dan Daddy cukup mendoakan anak-anaknya dalam keselamatan."
"Apa yang dikatakan Vano benar. Ini adalah takdir mereka dan kita tidak bisa menghindari musibah yang ada didepan mata kita. satu-satunya jalan, kalau nggak maju ya mundur, kalau nggak kalah ya menang. Beruntung kedua anak kita memiliki ilmu bela diri sejak kecil, jadi mental mereka berdua sangat kuat."
"Apa kerena Vano dan Vana keturunan dari keluarga Mahesa, jadi selalu ada masalah dalam hidupnya."
"Bukan masalah sayang..? tapi ujian hidup, setiap manusia yang terlahir didunia, memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda. Mungkin Tuhan memberikan Vano dan Vana sesuatu yang berbeda dari yang lainnya."
Delena mengangguk mengerti.
"Ya sudah Daddy harus berangkat kerja dulu. Masalah rumah sakit nanti biar Frans yang urus kekantor polisi, Vana tidak usah kemana-mana, biar istirahat dulu."
Selesai sarapan Reno berangkat kerja, Delena dan Vano makan bersama sambil mengobrol, tak lama Devan datang dan ikut bergabung.
Siang itu, Vano, Devan, Delena dan Savira akan pergi ke makam kedua orang tua Savira. Vano yang menyetir, Devan duduk di samping Vano. Delena dan Savira duduk di belakang. Satu jam setengah di perjalanan akhirnya mereka sampai di pemakaman itu, Savira membawa bunga tulip yang sempat ia beli di toko bunga.
Delena berjalan didepan dan berhenti di sebuah makam sepasang suami-istri. Ia berjongkok dan berdoa di ikuti Savira.
"Alyssa, Robby, aku datang bersama anakmu. Kini Savira sudah besar dan menjadi gadis cantik, ia juga gadis yang cerdas di sekolah." butiran bening menetes begitu saja dari sudut mata Delena. "Ma'afkan aku baru berani memberitahunya sekarang."
"MAMA!!!
"PAPA!!!!
Seketika Savira menangis histeris di depan makam kedua orang tuanya "KENAPA HARUS TINGGALKAN SAVIRA!! huhuhuhu....
Savira memeluk kuburan yang sudah dibuat dari marmer. Delena memeluk tubuh Savira yang jatuh terduduk di tanah. Vano berjongkok dan ikut merangkul pundak adik angkatnya yang terlihat rapuh.
"Dek, jangan menangis lagi ya, masih ada Mommy, Daddy, kak Vano dan kak Vana yang selalu sayang pada Vira, kita semua satu keluarga."
Delena mengusap lembut punggung Savira dan ikut menangis melihat kesedihan anak sahabatnya yang terlihat sangat terpukul.
Savira yang baru pertama kali melihat kuburan kedua orang tuanya terus menangis terisak sambil tak hentinya memanggil nama kedua orang tuanya. Vano tak tega melihat gadis cantik itu syok, ia mendekap tubuh Savira dalam pelukannya untuk memberikan ketenangan. Lama-lama tangisannya tidak terdengar lagi, hanya nafas kasar yang sesekali terdengar lirih.
"Vira, kau sudah lebih tenang sekarang? tanya Delena, Vira hanya mengangguk pelan sebagai respon.
"Ya sudah kita yasinan dulu ya, baru pulang."
Delena, Devan dan Vano membaca Yasin, Savira masih meratap dan tak sanggup ikut membaca Yasin, namun hatinya terus mendoakan kedua orang tuanya.
"Semoga Mama dan Papa tenang disana, Savira janji akan jadi anak yang baik, penurut dan bisa membanggakan. Mendengar nasehat Mommy Delena yang sudah menjadikan Vira anak angkat." ucapnya seraya menabur bunga dan air mawar, lalu menaruh bunga tulip di atas pemakaman.
Delena tersenyum dan memeluk tubuh gadis cantik itu. "Ayo sayang kita pulang, biarkan Kedua orang tua mu bahagia disana."
Mereka berempat meningkatkan pemakaman tanpa menoleh kebelakang.
💜💜💜
@Masih ada yang tanya, apakah Nathan akan hadir kembali? tentu saja.. tapi sabar dulu ya All, nanti di part berikutnya, so.. terus ikuti kelanjutannya 🤩
@Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
@Bersmbung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Zнҽχу
harusnya jangan don't mom, no mom aja udh bisa. no mom, i don't like vegetables
2022-12-16
1
Lilisdayanti
apa dari kepergian natan lalu,,belum kembali???atau ada yg belum aqu baca ya,,seingat aqu sudah baca sampai tamat huaaaaaaaa aqu ko bingung ya,,kasih penjelasan sama vana kalau natan pergi untuk melindungi mu vana,,
2022-09-06
1
Nailott
akhetnya ssvira menerima kematie orsng tusnyag
2022-08-11
0