Semoga Mama dan Papa tenang disana, Savira janji akan jadi anak yang baik, penurut dan bisa membanggakan. Mendengar nasehat Mommy Delena yang sudah menjadikan Vira anak angkat." ucapnya seraya menabur bunga dan air mawar, lalu menaruh bunga tulip di atas pemakaman.
Delena tersenyum dan memeluk tubuh gadis cantik itu. "Ayo sayang kita pulang, biarkan Kedua orang tua mu bahagia disana."
Mereka berempat meningkatkan pemakaman tanpa menoleh kebelakang.
Seminggu telah berlalu, kini Savira kembali cerita dan tidak menutup diri lagi, ia seringkali bertukar pikiran dan cerita pada Vano dan Devan. Savira meminta pada Delena disetiap hari Jumat untuk datang ke pemakaman kedua orang tuanya usai pulang sekolah, untuk berdoa dan merawat makamnya.
Waktu Vano hanya tinggal satu bulan lagi untuk tinggal di Jakarta, sebab ia dan Devan harus kembali ke Inggris untuk meneruskan kuliah S2 selama 2 tahun. Waktu liburan sebulan mereka habiskan untuk traveling dan liburan bersama keluarga, tak lupa Vano juga berkunjung kerumah Siska dan Tommy juga Fanny dan Frans. Mengajak liburan Calista, Aldo dan Aldi kesebuah pantai bersama Zidan, Savira dan Devan, mereka begitu menikmati momen kebersamaan itu.
"Sekarang hari minggu, Ayo kita akan ke Mall, Zii ingin beli mainan! seru Zidan kepada kakaknya Vano.
"Oke,, lets go..." Vano mengangguk
"Yes! Kakak memang yang terbaik." racau bocah cilik itu lompat-lompat. Vano begitu memanjakan adik-adiknya dan menuruti semua kemauannya tanpa pernah menolak.
"Ajak Savira Van, katanya ada buku pelajaran yang harus ia beli."
"Oke Mom!
"Hay Dev kau mau ikut tidak? atau kau ingin mancing?" tanya Vano.
"Boleh, sekalian kita nonton bioskop."
Zidan memutar bola matanya males "Kalau gitu kita tinggalkan saja kak Dev di Mall, aku masih kecil tidak boleh nonton bioskop."
Devan tergelak seraya mengacak rambut pria berusia delapan tahun itu. "Jangan diacak-acak nanti rambut ku berantakan!" bocah cilik itu merengut sambil merapikan rambutnya.
"Iya ma'af, abis kak Dev gemes.."
"Savira cepat ganti baju, Kak Vano akan ke Mall bersama Dev dan Zidan, sekalian saja ke-toko buku untuk membeli peralatan sekolah dan buku pelajaran? imbuh Delena saat masuk kedalam kamar Savira
"Iya Mom! kalau gitu Vira ganti baju dulu."
Lima belas menit kemudian mereka sudah rapih dan masuk kedalam mobil yang di kemudikan Vano, mobil Pajero meninggalkan mansion menuju Mall.
"Vana kamu mau kemana sudah cantik."
"Mom, Vana ada pertemuan dengan teman-teman kampus, sore nya mau mampir ke rumah sakit sebentar."
"Ini kan hari minggu, seharusnya kau pergunakan untuk istirahat di rumah dan berkumpul dengan keluarga, kenapa selalu sibuk di rumah sakit" protes Delena terlihat kecewa.
"Cup! Vana mencium pipi Delena, wanita nomor satu dalam hidupnya. "Mommy jangan ngambek gitu donk, Vana lakukan ini kan untuk membesarkan rumah sakit pemberian Opa Ramon, Sayang kan kalau rumah sakitnya tak terurus." Vana selalu membuat Delena mengerti.
"Oke.. Mommy mengalah, tapi ingat jaga dirimu baik-baik dan jangan melakukan hal bodoh melawan penjahat sendiri."
Vana menarik nafas dalam seraya tersenyum "Oke Mommy ku sayang. Ya sudah Vana berangkat dulu ya." Vana mencium pipi Delena sebelum berangkat.
"Oiya sejak tadi tidak melihat Daddy?
"Sedang gym diatas."
"Ya sudah salam kan sama Daddy."
"Jangan pulang terlalu malam ya Nak." Delena gantian mencium pipi anak gadis kesayangannya. Vana hanya mengangguk sebagai respon dan masuk kedalam mobil sedan mercy.
Satu jam kemudian, Mobil Vana terparkir di sebuah Cafe, tempat dimana teman-temannya berkumpul.
"Hay Van! panggil temannya saat Vana berjalan mendekat kearah mereka.
"Wah Dokter cantik kita sudah hadir, Ayo acaranya kita mulai."
Mereka yang berjumlah 15 orang hanya perkumpulan teman dekat, dan sungguh heboh kalau sudah berkumpul saling bertukar cerita, sebab selesai wisuda mereka jarang bertemu, acara kumpul bersama dan menikmati berbagai hidangan yang tersaji diatas meja makan, tentu saja Vana yang bayar semua. Hampir dua jam kebersamaan mereka, akhirnya memutuskan untuk kembali beraktivitas masing-masing.
Jam baru menunjukkan pukul dua siang, Vana langsung melajukan mobilnya kearah rumah sakit PELITA' setengah jam kemudian ia sudah sampai rumah sakit dan berjalan kearah ruangannya.
'Siang Dok! sapa seorang suster.
"Hey kenapa wajahmu di tekuk! tanya Vana seraya membuka handle pintu. Vana masuk dan duduk di kursi kerjanya.
"Ada laporan apa Suster Santi!"
"Biasa Dok, Tuan Dirga belum makan sejak pagi, bagaimana mau dikasih obat? sepertinya sengaja nunggu dokter."
Vana sedang membaca laporan pasien menautkan kedua alisnya "Kenapa bisa begitu?
"Dokter masa nggak tau? atau pura-pura nggak tahu? Tuan Dirga hanya patuh sama dokter Vana." ujar suster Santi menahan tawa.
"Ahh kau bisa ajah! kan masih banyak Dokter lain, ada Dokter Fadly, Dr Irma, Dr Sarah, dll.. kenapa pasien kebanyakan alasan dan suka pilih-pilih." Vana gelengkan kepala.
"Itu karena dokter Vana cantik dan baik hati juga perhatian pada pasien." puji Suster Santi
"Jangan suka membandingkan dengan dokter yang lain. Mereka sama baiknya dan perhatian pada pasien." ucap Vana merendah.
"Sekarang bagaimana dengan Tuan Dirga?
"Ya sudah ayo kita kerungan nya untuk bujuk makan dan minum obat."
Mereka berdua berjalan keruangan rawat inap Dirgantara yang tak jauh ruangan kerja Vana. Tiga orang bodyguard berwajah dingin dan berpakaian jas hitam berdiri dengan gagah didepan pintu ruangan Dirga. Mereka membukakan pintu saat Vana dan suster Santi ingin menemui Dirga.
"Ceklek!
Vana dan suster Santi masuk kedalam kamar, ia melihat Dirga masih berbaring diatas ranjang.
"Penjagaannya sangat ketat ya Dok, semenjak kejadian tempo hari itu." ucap Suster Santi pelan.
"Karena Tuan Dirga bukan orang sembarangan dan tidak boleh sembarang orang masuk kamarnya." bisik Vana.
Mereka semakin berjalan mendekat dan berdiri di sisi ranjang.
"Sepertinya Tuan Dirga sedang tidur." imbuh suster Santi.
Vana mulai mengecek layar monitor jantung dan infusan. "Biar aku periksa dulu jantungnya." Vana menaruh ujung stetoskop dikedua telinganya dan periksa diarea jantung Dirga.
"Bagaimana detak jantungnya Dok?"
"Normal, sudah tidak lemah lagi." Vana mencatat di daftar riwayat Dirga yang selalu ia bawa setiap periksa pasien.
"Apa Tuan Dirga kita bangunkan saja Dok, kasihan belum makan, lihat wajahnya pucat." bisik suster Santi perhatian.
Vana menatap wajah Santi yang tampak khawatir lalu ia tersenyum "Sudah kita tunggu dia bangun, tak sopan membangunkan pasien yang sedang tidur, mungkin ia lelah."
Suster Santi mengangguk pasrah "Ya sudah kita keruangan pemeriksaan lain, saya hanya kontrol saja, jam lima sore saya pulang."
"Oke Dok!
Suster Santi berjalan lebih dulu, saat Vana akan pergi, tiba-tiba sebuah tangan kekar menarik pergelangan tangannya. Vana terkejut dan menoleh kearah tangan itu.
"Tuan Dirga? kau sudah bangun?" tanya Vana
Pria tampan beraroma musk itu tersenyum pada Vana, walau ia masih sakit, Namun penampilan dan aroma tubuhnya sangat wangi, karena ia sering kedatangan orang penting berpakaian jas.
"Tetap lah disini, aku tidak ada teman berbagi cerita."
"Aku masih ada tugas untuk periksa pasien lainnya, bukankah ada asisten Tuan, kemana dia?"
"Jangan pernah panggil aku Tuan, panggil saja Dirga. itu lebih enak didengar. Asisten ku sedang keluar sebentar ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal."
"Tapi Tuan Dirga seorang pejabat, saya tidak bisa__
"Panggil Dirga, oke..." potongnya tanpa penolakan.
"Baiklah, karena anda sudah bangun, sekarang makan dulu lalu minum obat."
"Baiklah Dok, saya akan makan tapi dokter Vana yang suapin, kalau tidak mau saya tidak akan makan sampai besok." ancamannya seperti anak kecil.
Vana mendelikan matanya. "Astaga kenapa dia mengancam ku? batinnya, lalu tersenyum samar. "Baiklah Dirga, untuk saat ini saya turuti kemauan anda, kebetulan saya sedang tidak bertugas hanya mengontrol saja."
Vana mengambil piring berisi nasi dan lauk-pauk diatas nakas, ia duduk ditepi ranjang. "Apa anda sudah bisa duduk? tanya Vana sebelum menyuapinya.
"Saya masih lemah Dok." ucap Dirga terdengar manja.
"Ya sudah saya bantu bersandar ya." Dirga mengangguk, Vana menyandarkan tubuh Dirga pada divan. Aroma parfum Vana menguar dan terendus di hidung Dirga, ia menghirupnya dalam.
"Aroma parfum mu sangat candu buatku Dokter, aku sangat merindukanmu setiap hari." batinnya.
💜💜💜
@Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
@Bersmbung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Santy Listyana Dewi
makin seru nih bunda.... Dirga sudah jatuh cinta kepada vana sejak awal bertemu 🤭🤭🤭
2022-11-07
1
Arisha Putri
nungguin Nathan 🤭🤭🤭.....kok lom muncul y
2022-10-02
0
Sri Wahyuti
Ya dirga moduus.
2022-09-10
1