"InsyaAllah Dev akan selalu berada di sisi Vano, selama di butuhkan."
"Ya sudah Opa dan Oma mau istirahat di hotel dulu, besok akan kembali ke Jerman."
"Jaga diri Opa dan Oma, nanti sore Vano ke hotel."
Andini dan Ramon meninggalkan tempat itu. Kini Vano dan Devan meneruskan momen bahagia dengan foto bersama Dosen dan teman-teman satu kampusnya.
"Vano... Dev..."
"Bella... sini foto bareng.." seru Devan melihat Bella datang berbalut dress panjang berwarna crem semata kaki, terlihat cantik dan elegan.
Bella hanya tersenyum di tempatnya berdiri. Devan berjalan mendekat dan menarik tangan Bella. "Ayo kita foto bersama buat kenang-kenangan."
"Tidak Dev? kita beda jurusan. Mereka itu teman-teman kalian satu fakultas. Sudah aku tunggu di sini ajah."
"Beneran nggak mau gabung?
Bella hanya menggelengkan kepala. Devan berlari bergabung kembali. Setengah jam Bella menunggu dan duduk di sebuah pohon besar. Kebetulan ada bangku panjang terbuat dari kayu.
"Hey Bell.." sapa Vano dan duduk di bangku kayu bersebelahan dengan Bella.
"Selamat ya akhirnya kau lulus S1, sebentar lagi kau seorang businessgirls." imbuh Vano
"Terima kasih Van, kau juga selamat ya, sudah lulus S1, apa kau akan meneruskan S2."
"Iya, aku akan meneruskan kembali, aku akan pulang ke Indonesia dulu selama dua bulan, Lalu lanjut ke S2, hanya dua tahun tidak terlalu lama bukan? setelah itu aku akan fokus di perusahaan kelurgaku."
"Aku tidak lanjut ke S2, aku bisa lanjutkan kapan saja, aku harus pulang ke Polandia dan meneruskan usaha kelurga ku dan ada kemungkinan aku akan buka bisnis di Jakarta."
"Serius? Wah selamat ya Bell.. kau pasti berbakat di bidangnya. Aku yakin kau pasti akan jadi orang sukses."
"Terima kasih Van, aku berharap semoga kita masih bisa bertemu lagi."
"Tentu saja.. tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, kita pasti akan kembali bertemu lagi. kapan kau akan pulang ke Polandia."
"Seminggu lagi, setelah urusan disini selesai."
Vano menoleh kearah Bella, dan di tatapnya wajah cantik Bella.. Entah apa yang Vano rasakan sekarang.
"Ada apa Van...? kenapa melihat aku seperti itu?
Vano tersenyum seraya menyugar rambutnya, walau sebenarnya dia malu telah kepergok mencuri pandang. "Ma'afkan aku Bell kalau aku belum bisa__
"Mencintai ku! ucap Bella spontan dan memotong ucapan Vano
Vano gelengkan kepala "Kau jangan selalu berprasangka, karena hati bukan lah mainan. Aku selalu menjaga hatiku untuk orang yang tepat mendapatkannya. Jangan menilai aku dari sudut pandang dan pikiran mu sendiri."
Bella menarik nafas dalam-dalam dan di hembuskannya perlahan. Ada perasaan sakit dan luka dalam hatinya. Namun ia sadari Vano pria dingin yang tidak mudah jatuh cinta. Pria itu selalu memakai logika daripada perasaannya. Sedari dulu seharusnya dia menyadari kalau Vano tidak pernah memilih atau menganggap nya special. Semua Pria yang datang mendekat dan ingin menjadi kekasih Bella selalu ia tolak, karena sudah ada yang mengisi hatinya, Namun sayang... semua itu seakan sia-sia.
"Bel... Bella..." seru seorang wanita dan berjalan kearahnya.
"Karin..?
"Aku mencarimu kemana-mana? Ayah dan ibu mu mencari keberadaan mu."
"Ohh maaf, ku pikir mereka sudah tahu aku pergi sebentar."
"Bell? apa ibumu kembali bersama Ayahmu?. tanya Vano. Karena Vano tahu belut siapa ibu kandung Bella, dulu yang membongkar kasus kejahatan Kaka tirinya adalah vano, bahkan saat bertemu ibunya di rumah sakit untuk membantu pemulihan Bella adalah vano. "Ma'af, kalau pertanyaan ku menyinggung?
Bella tersenyum "Bukan ibu kandung ku. Tapi dia ibu sambung ku, Papah ku sudah menikah lagi setelah perceraian dengan Mama ku."
"Kalau begitu salam untuk kedua orangtuamu Bell..?"
"Tentu.. akan aku sampaikan." Bella berdiri dan mengulurkan tangannya pada Vano, dengan tatapan teduh Vano menerima uluran tangan Bella. "Semoga ini bukan pertemuan terakhir, suatu saat aku akan datang padamu." imbuh Vano tersenyum lebar.
"Iya.. semoga Tuhan pertemukan kita kembali Van, dan aku akan menunggu mu." balas Bella, membalas senyuman Vano.
Tiba-tiba Vano memeluk tubuh Bella. Seketika Bella bergeming seiring jantungnya yang berdetak hebat. Namun itu hanya sebentar, hanya pelukan perpisahan sementara. Sebab Empa tahun sudah mereka kuliah di universitas yang sama walau jurusan berbeda. Bella tahu pelukan itu hanyalah rasa persahabatan yang Vano miliki, walau ia tidak tahu kedepannya bagaimana, tapi perasaan Bella terhadap Vano belumlah memudar.
"Bella..." Devan mendekat dan memeluk temannya "Jaga dirimu baik-baik, kau bisa hubungi aku kapan pun, aku akan selalu ada untukmu."
Mereka mengurai pelukannya "Terima kasih Dev.. aku pasti akan menghubungi mu dan jangan menolak kalau aku butuh bantuan mu." Bella terkekeh.
"Tentu saja tidak, aku merasa bangga bila kau yang meminta." balas Vano tertawa kecil
"Baiklah aku pergi dulu, sampai jumpa."
Vano dan Devan melepas kepergian Bella. Dengan perasaan masing-masing.
"Hey! apa kau masih egois?
"Maksud mu?
"Kenapa tidak mengungkapkan perasaanmu pada Bella.."
"Entahlah, aku sendiri belum yakin dengan perasaan ku sendiri."
"Ya sudah ayo kita pulang."
****
Cuaca di Eropa begitu bagus. Musim panas berangsur hilang karena akan tergantikan dengan musim semi. Hari ini Vano dan Devan bertolak pulang ke Jakarta. Delapan belas jam perjalanan dari Bandar Udara Heathrow, juga dikenal sebagai London Heathrow (IATA: LHR, ICAO: EGLL), adalah bandara utama yang melayani Kota London, dan Britania Raya.
Pukul sepuluh pagi mereka sudah berada di Bandara internasional Sukarno-Hatta. Supir kelurga Reno sudah menunggu di depan lobby.
"Mas Vano..." sapa seorang supir.
"Pak Yanto ya..."
"Iya Mas.." pak Yanto bersalaman dengan Vano dan Devan. "Tujuh tahun tidak melihat Mas Vano, sangat pangling." pak Yanto menelisik dari atas sampai bawah Pria tampan berkacamata hitam didepannya. "Tubuh mas Vano tinggi besar, Atelis, putih bersih dan sangat tampan, hampir mirip Tuan Reno muda." puji pak Yanto tergelak.
"Ahh, biasa sajalah Pak! saya masih Vano yang dulu, hanya lebih berisi ajah." jawab Vano sekenanya.
"Ya sudah ayo kita pulang, Nyonya sudah menunggu di rumah."
"Biar saya bawakan tas dorongnya."
"Tidak usah Pak, saya bisa bawa sendiri."
Mobil melaju dengan kecepatan normal, membelah jalanan ibu kota yang tampak lengang. Satu jam kemudian mobil berhenti di depan pintu gerbang. Satpam membuka pintu besi yang menjulang tinggi. Mobil terparkir sempurna di depan halaman luas.
"Kak Vano datang..." teriak seorang anak kecil dan berlari kearah mobil.
Vano keluar dari mobil dan menggendong Pria tampan yang hampir mirip dengannya. "Zidan sudah besar dan berat sekarang. Pasti makannya banyak ya."
"Iya.. Zidan makannya banyak sama minum cucu juga."
"Sekarang Zidan umurnya berapa? tanya Devan yang ikut bicara keseruan dua kakak beradik itu.
"Kata Mommy Delapan tahun."
"Kenalin dulu ini temen Kakak."
Zidane kecil mencium punggung tangan Devan.
"Ayo Dev kita masuk."
Mereka masuk kedalam mansion dan sudah di sambut sang Ibu, wanita pertama yang Reno sayangi.
"Vano..."
"Mommy..."
Vano menurunkan tubuh Zidan dan memeluk wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. "Vano kangen Mommy, tujuh tahun kita berpisah."
"Iya Mommy juga, nggak terasa tujuh tahun kita nggak bertemu, hanya lewat video call kita seringkali melepas rindu." Delena mencium kening anaknya yang berperawakan tinggi tegap dan besar.
"Kau sangat mirip dengan Daddy mu saat masih muda. wajahmu, tubuhnya pun nggak ada bedanya." ucap Delena kagum
"Makanya Mommy jatuh cinta sama Daddy." seloroh Vano terkekeh.
"Awalnya Mommy tidak jatuh cinta pada Daddy mu, karena menurut Mommy waktu itu, Dia pria dingin seperti es balok, angkuh dan galak!'
"Sama persis dengan Vano Tante, Sangat dingin dan cuek sama Ciwi-ciwi dan terkesan angkuh." Devan ikut menimpali.
"Ada bedanya donk, kalau Vano terlihat penyayang dan tidak galak seperti Daddynya." Delena begitu membanggakan anaknya.
"Buktinya sampai sekarang pesona Daddy tidak memudar kan Mom? masih tampan dan awet muda." seloroh Vano terlihat kagum pada sang Ayah.
"Kau benar sayang..." Delena mengusap pipi Vano.
"Mom ini Dev, Mommy sudah pernah lihat di Vidio call kan?
"Oh-iya, Devan juga sangat tampan, tinggi dan besar. Menurut Mommy mirip Tyler Lee Hoechlin pemeran film Superman."
"Astaga Mommy ada-ada ajah! jauh banget lah Mom! celetuk Vano, diiringi suara gelakan dan tawa Vano dan Devan.
"Sudah-sudah sekarang istirahatlah dulu baru nanti kita makan bersama."
"Oiya Mom! di mana Vana dan Shafira, sejak aku datang tidak melihatnya."
"Vana mulai aktif di rumah sakit. Dia sangat peduli dengan kegiatan program sosialnya."
"Savira...?
"Anak itu mirip ibunya dulu, si kutu buku. Tiada hari tanpa membaca dan suka puisi. Anak yang cerdas dan sopan." puji Delena terlihat bangga.
"Dimana Savira sekarang Mom? aku ingin bertemu dengannya." Vano begitu penasaran dengan sosok Savira, yang hanya bisa melihatnya melalui video call.
"Dia berada di taman belakang atau di danau. paling lagi membaca buku dan berpuisi."
"Ya sudah nanti Vano temuin."
"Sudah sana kamu istirahat dulu dan mandi. Nanti Mommy panggilkan Safira."
Vano dan Devan masuk kedalam kamar di lantai dua, kamar yang sudah Delena siapkan.
💜💜💜
@Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
"Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
LENY
MAAF SYAFIRA SIAPA YA LUPA ADA YG BISA JAWAB MKSH
2023-06-25
0
Alexandra Juliana
Atletis Thor
2023-01-26
0
Nailott
sama2 kasian ,bella dudah lama menungu.dan shavira gk punya orsng tua,terserah aurhoor
2022-08-11
0