Vana menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan, seketika perasaannya mulai lega. Semua di dalam ruangan sudah di bawa petugas medis.
"Ya sudah, ayo kita pulang, kau harus istirahat."
Vano merangkul pundak adiknya dan pergi meninggalkan ruangan itu bersama Devan yang mengekor dari belakang.
Mereka bertiga menuju ruangan Vana.
"Kak aku cuci muka dulu ya, Sebenarnya Ingin mandi, badanku sangat lengket."
"Jangan Dek! tidak baik mandi malam, basuh wajahmu saja biar segar. Setelah itu kita harus secepatnya pulang, Daddy dan Mommy pasti khawatir."
"Iya Kak!
"Tok! tok! tok!
"Siapa!
"Krekkk!
"Dokter! maaf menganggu. Tuan Dirgantara mengalami kejang-kejang."
"Apa__?
Di ruangan UGD sudah ada Dokter Fadly dan Dokter Irfan sedang menangani Tuan Dirga, dan saya di suruh memberitahu Dokter Vana."
"Baiklah saya segera kesana."
Suster itu berlalu. Vana mulai sibuk merapikan alat-alat bedahnya, ia memiliki khusus alat bedah sendri untuk operasi tanpa memakai milik rumah sakit.
"Dek kau akan menangani operasi hari ini juga
"Iya Kak! Maaf aku tidak bisa pulang secepatnya karena Tuan Dirga membutuhkan operasi hari ini juga."
"Sakit jantung apa dia?
Sepertinya penyakit penyakit jantung bawaan dan disebabkan oleh pembuluh darah yang menyempit dan mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas bahkan sedikit pasokan udara dalam tubuhnya dan mengakibatkan jantung berhenti berdenyut karena lemah, bila tidak secepatnya di tangani."
"Apa tidak ada Dokter lainnya di rumah sakit ini? Maaf Dek, kakak tidak tega melihatmu seperti ini, kau baru saja mengalami tragedi yang mengakibatkan empat orang lumpuh setelah kau habisi, tiga orang luka-luka dan satu orang mati tertembak. Apa kau tidak trauma? baru saja mengalaminya."
"Kak! ini masakan nyawa manusia, tidak ada salahnya aku melakukan tindakan sekarang, karena ini udah urgent banget. Kakak tidak usah khawatir ya? aku baik-baik saja." ucap Vana memberikan pengertian pada kakaknya.
"Apa kau tidak lelah, Dek? bukan tidak boleh menolong, kakak sangat khawatir dengan kondisi mu sekarang?
"Tidak ada kata lelah untuk membantu orang sakit, mereka membutuhkan pertolongan Dokter."
Vano menghela nafas panjang, ia tahu kalau adiknya itu keras kepala."Baiklah kakak akan menunggu mu disini sampai selesai."
'Hah! Vana bernafas lega "Kalau begitu kakak dan Devan istirahat di ruangan Vana ajah. Aku pergi dulu."
"Dek! kalau ada kepolisian biar Kakak yang urus, kau tenang saja ya."
Vana mengangguk sebagai respon dan meninggalkan ruangannya menuju ruangan UGD.
KREKK!
Bagaimana keadaannya? tanya Vana disela langkahnya masuk kedalam ruangan UGD.
"Jantungnya melemah, apa kita harus beri tindakan secepatnya? tanya Dokter Fadly khawatir.
"Iya, kita bertiga akan mengadakan operasi sebelum terlambat. Apa Dokter Fadly dan Dokter Irfan bersedia?
"Saya setuju! ujar Dokter Fadly.
"Tunggu dulu, kita jangan langsung mengambil tindakan dan gegabah sebelum ada keluarga pasien yang menandatangani surat persetujuan dan memberikan kuasa pada Dokter untuk melakukan tindakan operasi. Maaf Dokter Vana dan Dokter Fadly, Saya tidak mau nantinya kita di salahkan bila operasi ini gagal dan tidak berhasil."
"Masalahnya keluarga pasien sedang tidak ada disini. Entah mereka semua kemana? sejak tadi aku tidak melihatnya. Dan Ini masalah kemanusiaan, kita harus mengambil tindakan sebelum terlambat. Masalah berhasil atau tidaknya nanti kita bisa bicara pada keluarga pasien."
"Aku setuju dengan apa yang dikatakan Dokter Vana."
"Kalau dokter Irfan ragu dan tidak ingin ikut bersama kami, tidak apa-apa. Biar saya dan Dokter Fadli saja yang akan menangani operasi Tuan Dirga."
"Ayo Dok, kita tidak ada waktu lagi untuk berdebat!" ujar Dokter Fadly bicara pada Vana.
"Baiklah, aku ikut kalian. Tidak mungkin aku membiarkan kalian tangani operasi ini berdua, apa lagi rumah sakit ini milik keluarga Dokter Vana."
"Jangan lebay! sindir Vana dan berjalan kearah Dirga yang sudah di suntik oleh Dokter Fadly sebelumnya.
Ketiga Dokter dan tiga orang suster sudah memakai seragam scrub atau yang dikenal sebagai seragam ruang operasi berwarna hijau. Merupakan jenis pakaian sanitasi yang dikenakan oleh dokter bedah, maupun perawat sebelum memasuki ruang operasi.
"Sudah siap semua? tanya Vana menatap kedua Dokter dan tiga orang Suster yang tertutup masker. Mereka mengangguk, Sorot lampu meja operasi sangat terang dan menembus ke jantung Dirga yang akan di berikan tindakan.
Waktu terus berjalan seiring detak jam yang terus berputar. Keringat terus menetes peluh ketiga Dokter, para suster membantu mengusap keringat di dahi sang Dokter. Dua jam telah berlalu dan mereka mengakhiri aktivitas membedah jantung Dirgantara.
"Akhirnya selesai." Vana bernafas lega dan berjalan kearah wastafel yang berada di dalam ruangan, lalu ia mencuci tangan.
"Suster tolong cuci dengan Alkohol semua peralatan medis saya."
"Baik Dok!"
"Semoga Kita berhasil menyelamatkan Tuan Dirga." Vana berharap.
"Tadi di pertengahan operasi, kondisi Tuan Dirga sempat mengalami penurunan, untung saja secepatnya bisa ditangani." ujar Dr Irfan sedikit takut.
"Kita satu tim dan sudah berusaha maksimal, insyaallah semua akan baik-baik saja." Dokter Fadly mengomentari.
"Ya sudah ayo kita keluar!"
Dokter Vana, Dr Fadly dan Dr Irfan, keluar dari ruangan operasi. Saat pintu terbuka dua orang paruh baya datang mendekat.
"Bagaimana keadaan Dirga Dok?! tanya seorang wanita paruh baya, Namun masih terlihat cantik dan segar, ia menangis terisak. Ada raut ketakutan dan kecemasan di wajah cantiknya.
"Anda siapanya Dokter Dirga? tanya Vana
"Saya kedua orang tuanya. Maaf saya baru pulang dari Spanyol, dua hari yang lalu asisten anak saya mengabari Dirga masuk rumah sakit, Esoknya saya langsung berangkat ke sini bersama istri saya." ucap pria paruh baya itu yang ternyata Ayah dari Dirga.
"Besok pagi kita bicarakan diruangan saya saja Tuan, Kami baru selesai operasi dan perlu istirahat dulu." ucap Dokter Fadly.
"Baik Dok! apa saya bisa menemui anak saya?" tanya Ayah Dirga.
"Dokter Vana? apa Anda yang menolong anak saya dari orang yang ingin mencelakainya? wanita itu meraih tangan Vana. "Tadinya saya ingin menuntut rumah sakit ini karena anak saya dalam bahaya dan pengawasannya kurang memadai, Namun setelah anak saya selamat dari penjahat itu, lalu mendapat kabar kalau Dokter Vana yang sudah menyelamatkan Dirga. saya sedikit tenang." ucap wanita paruh baya itu masih terisak.
Vana menarik nafas dalam dan dihembuskan perlahan "Kewajiban seorang Dokter adalah menolong pasien, saya akan lakukan semampu yang saya bisa. Untuk masalah keamanan akan kami perbaiki lagi."
"Tolong berikan pengobatan yang terbaik untuk anak saya Dok!" wanita paruh baya itu menggenggam tangan Vana lembut.
"Pasti Bu.. kami akan berikan yang terbaik untuk semua pasien, Maaf tadi kami mengambil tindakan untuk operasi Tuan Dirga, karena tidak ada Keluarga dan asistennya."
"Tidak apa-apa Dok, saya justru berterimakasih, Dokter sudah menangani anak saya dengan tepat, kalau operasi adalah jalan yang terbaik untuknya saya ikhlas. Dan kebetulan Asisten anak saya sedang menjemput saya dan suami di Bandara, dan kami telat karena pesawat transit dulu." ucap wanita itu bijak. Vana mengusap punggung wanita itu lembut untuk memberikan ketenangan.
"Van, Tuan Dirga akan ditempatkan di ruangan yang mana? Tidak mungkin diruangan yang sekarang kan? tanya Dr Fadly
"Tempat kan di ruangan Edelweis, tidak jauh dari ruangan saya."
"Bukankah ruangan itu khusus Keluargamu."
Vana tersenyum "Tidak apa-apa, ku rasa disana lebih aman dan aku bisa lebih cepat memantaunya."
Terlihat wajah Dr Fadly tidak senang, sebab Dirga mendapat perhatian dari Vana, Dokter cantik pemilik rumah sakit yang baik, ramah dan rendah hati. Fadly tentu saja cemburu yang sudah tiga tahun mengejarnya.
"Dokter Irfan, tolong bisa bantu Dr Fadly untuk mengurus ruangan Tuan Dirgantara."
"Baik Dok! Kalau begitu saya suruh perawat langsung membawa tuan Dirga kerungan rawat inap Edelweis."
"Ya sudah saya mau keruangan saya dulu, ini sudah jam dua dinihari."
"Sekali lagi terima kasih Dok! ucap kedua orang tua Dirga.
Kedua orang tua Dirga mengucap terima kasih seraya berjabat tangan pada Ketiga Dokter yang sudah menangani anaknya.
Vana berjalan meninggalkan ruangan operasi menuju ruangannya. Tak jauh dari ruangan operasi, Vana melihat kakaknya dan Devan sedang berbicara dengan kepolisian yang sudah datang untuk menangani kasus pembunuhan Dirgantara.
🔥🔥🔥
@Ada satu bab lagi ya All.. hari ini doubel Up.
@Jangan lupa terus dukung karya Bunda dengan cara: Like, Vote/gift, Rate bintang 5 dan sertakan komentar kalian 😍😘
Follow IG Bunda 😍 @bunda. eny_76
@Bersmbung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Yus Warkop
lanjuuut
2024-05-12
0
Dewi Kijang
lanjut
2022-08-16
0
Nailott
hebst dokter vana, diw jwgoan membelw kebenaran dan yg lemah
2022-08-11
0