Penawaran ku berhasil dan kami pun melanjutkan permainan. Namun tidak bisa diragukan kami kehabisan waktu.
"Bareta kau tidak apa-apa?" tanyaku sambil membantu nya berdiri
"Heh, aku tidak apa-apa. Sialan orang itu"
"Sudahlah Bareta jangan buat masalah lagi" Agus membantu Bareta untuk pergi duduk
"Gus bantu dia istirahat"
"Oke"
Aku mendekati Bobi untuk bicara, namun Bobi terlihat menyedihkan. Pucat dan takut seakan telah gagal memimpin, ia duduk menyendiri di bawah pohon.
"Bob" aku duduk di dekat Bobi
"Kenapa Ferdi? Maaf tapi kau bisa duluan memanah, aku terakhir saja"
"Begitukah?, Kalau begitu sayang sekali"
"Hah?"
"Aku yang akan memanah terakhir, jadi kau tidak ada kesempatan lagi"
"Apa semua nya juga ingin mencoba?, Kalau begitu kita akan kehabisan waktu. Ini sudah jam 1, waktu kita tinggal sedikit"
"Tentu saja, dari yang aku lihat semua di kelompok kita itu egois. Tidak pernah mendengar perkataan orang lain dan susah diatur"
Bobi menunduk kembali,
"Jadi kita akan kena hukuman, sama seperti tadi"
"Entahlah, tapi jika kau ingin menang kau harus menjadi egois. Dan kita memiliki semua itu"
"Hah?" Bobi melihat ke arahku dan berusaha mengerti ucapan barusan
"Kalau mau memimpin orang-orang egois, kau juga harus menjadi egois. Lihatlah mereka, wajah mereka tidak berubah meski ada masalah tadi"
"Mereka masih ingin bermain, mereka masih ingin menang. Tapi tidak ada yang memulai karena malu, itulah tugasmu Bob...sekarang"
"Apa aku harus menjadi egois?"
"Apa maksudmu, bukan kah kau sejak awal sudah egois dan tidak ingin mendengar siapapun" kataku
"Begitukah? Apa kau juga egois Ferdi?"
"Tidak"
"Eh?"
"Aku tidak egois, aku...serakah...sangat serakah"
Pandangan kami bertemu, Bobi terlihat lebih baik dan kurasa api mulai menyala.
"Kau ingin kita menang bukan? Aku tahu caranya, kemari..."
Aku membisikan rencana pada Bobi, lalu selanjutnya biar dia dan mereka yang memutuskan.
...***...
Sudah sepuluh orang mencoba namun tidak ada satupun yang mengenai target. Memakai busur yang sudah lama dengan jarak cukup jauh sangat sulit dilakukan.
Apalagi berada di suasana hutan, arah angin dan sinar matahari menjadi faktor juga.
"Teman-teman dengarkan aku, aku punya rencana. Tolong dengar"
Bobi memulai memimpin kelompok untuk kemenangan. Meski penampilan begitu dia sangat cakap bicara untuk mengambil hati orang lain.
"Kita akan bagi 3 kelompok, kita akan pergi ke 3 titik permainan lainnya. Jadi waktu kita tidak terbuang percuma dan kita bisa menikmati semua permainan"
Tidak ada yang menolak, tidak ada yang keberatan karena melihat suasana di ujung tanduk.
"Kita pasti menang!" tegas Bobi membuat semua melihat padanya
"Jadi...kita harus menang!"
"Puft....hahahaha" semua tertawa
"Kita pasti menang jadi kita harus menang, aneh"
"Woi jangan ketawa!" malu Bobi
"Jadi kita harus bagaimana ketua?" tanya Bareta
"Untuk yang sudah memanah tapi gagal, kalian pergi ke permainan lempar bola, lalu untuk sepuluh lainnya...apa ada yang mau ke jalan diatas tali?"
"Aku bisa" tawar Bareta
"Aku juga" Ibra maju ke depan
"Lebih baik cowok yang main kesana, cewek fokus ke main bola saja"
Sepuluh orang terpilih untuk lempar bola langsung menuju ke tempat, lalu untuk di permainan tali masih kurang satu orang.
"Siapa satunya?" tanya Ibra
"Bagaimana dengan Ferdi?"
Aku tidak keberatan di bagi kemanapun, karena dengan begini cukup menjadi peluang untuk menang.
"Tidak, biar aku saja yang ikut" ujar Bobi
"Eh, kok kau?" Ibra keberatan
"Kenapa? Memangnya tidak boleh?"
"Yah gimana mau boleh, berat kau saja sudah over. Gimana bisa lewati permainan itu?"
"Hahahaha, bener juga. Belum satu langkah sudah jatuh si Bobi"
"Hahh, kalian meremehkan aku ya. Lihat saja nanti, ayo!"
Ikut serta Bobi menjadi lengkap dan kelompok itu menuju ke tempat permainan.
"Ferdi, aku sudah membiarkan kau memanah yang ke terakhir!"
Aku terkejut ternyata dia serius soal ucapan ku tadi,
"Yah baiklah"
...***...
"Mereka membagi jadi beberapa kelompok. Apa kita juga perlu begitu?" tanya Rendi pada Mifta
"Tidak perlu, kita sudah memiliki 4 huruf. Waktu kita cukup, tapi kita harus menyelesaikan permainan ini"
"Begitukah? Biar aku yang mencoba"
Rendi mengambil busur dan mencoba memanah.
"Huuhhh" mengambil nafas
Dengan bidikan dan kekuatan dia menembakan panah.
"Sepp" bidikan nya berhasil mengenai target namun sayang hanya berada di pinggiran
"Woahh hebat sekali Rendi"
Semua teman-teman nya merasa takjub dengan Rendi. Meski penampilan begitu dia cukup baik jika bersama Mifta.
"Hahahaha, tentu saja" sombong nya
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments