Setelah mengantar Wangi ke kampus, Galih langsung kembali ke Batalyon dengan mambawa mobil milik Wangi. Sebenarnya dia ingin mengembalikannya kembali ke garasi rumah komandannya, tapi kata sang komandan itu nanti akan merepotkan jika Galih harus bolak balik untuk mengambil mobil saat menjemput Wangi, jadi terpaksa Galih harus membawanya ke Batalyon dan memarkirkannya dekat kantor sang komandan. Setidaknya sang komandan mengetahui jika dirinya mengantar putri kesayangan komandannya dengan selamat dan mengembalikan mobil milik Wangi dengan keadaan baik.
"Itu mobil siapa yang kamu bawa Lih?" Tanya Wahib yang kebetulan melintas disekitar sana dan tidak sengaja melihat Galih keluar dari mobil.
"Mobil anaknya komandan." Jawab Galih apa adanya.
"Pantesan seperti pernah lihat waktu di rumah komandan, ohh ya... Kok bisa kamu yang bawa Lih?" Wahib kembali bertanya karena merasa heran saja, tumben-tumbennya sang komandan menyuruh Galih karena biasanya Komandan Rendra lebih sering menyuruhnya lantaran dia adalah salah satu ajudannya.
"Karena mulai saat ini aku diperintahkan untuk menjadi sopir pribadi putrinya." Galih kembali menjawab dengan jujur.
"Hahh?! Serius? Kok bisa?" Wahib lagi-lagi bertanya setelah mendengar jawaban Galih yang sangat mengejutkan baginya. Ini berita besar untuk kalangan prajurit di Batalyon itu jika mereka mendengar kabar itu. Pasalnya baru-baru ini berita tentang sang komandan yang punya anak gadis cantik dan seorang dokter pula sudah menjadi perbincangan hangat diantara mereka. Banyak dari mereka yang penasaran dengan paras cantik putri komandan mereka.
"Memangnya aku kelihatan bohong? Memangnya ada apa?" Galih balik bertanya.
"Bukan apa-apa sih Lih... Cuma akhir-akhir ini banyak yang pada penasaran dengan anak perempuannya komandan." Ujar Wahib.
"Bukannya rasa penasaran mereka itu gara-gara kamu yang buat Hib." Ujar Galih membalikkan kata.
"Kok gara-gara aku?" Wahib bertanya dengan bodohnya.
"Karena pertama kali berita itu menyebar saat kamu bercerita pada mereka jika sudah melihat anak perempuan Komandan Rendra beberapa hari yang lalu." Jawab Galih yang langsung menohok.
"Ya... Itu memang benar sih, tapi aku juga tidak habis pikir kalau bakalan jadi bahan gosib begini. Ya pokoknya kamu hati-hati saja Lih." Kata Wahib memperingatkan Galih.
"Justru kamu yang harus hati-hati jangan sampai kepeleset lidahmu, jangan sampai kamu dipecat jadi ajudannya komandan jika mengatakan hal yang aneh-aneh tentang putrinya." Galih memperingatkan balik dan Wahib pun langsung tidak bisa berkata apapun, karena membayangkan dia harus dimarahi komandannya saja sudah membuatnya merinding, bagamana jika dia mendapatkan hukuman?
"Ya sudah, aku mau balik lagi ke kompi." Pamit Galih dan pergi begitu saja meninggalkan Wahib yang masih berdiri di sana.
🍁🍁🍁🍁
Dilain tempat, di dalam perpustakaan kampus Wangi sedang sibuk menyalin catatan medis seorang pasien VIP yang dia rawat bersama Elias dan dokter senior lainnya ke dalam laptopnya. Pasien itu bernama Ridwan Admaja. Sejenak Wangi berhenti mengetik dan menatap tulisan nama tersebut yang ada di laptopnya. Dahinya berkerut seakan memikirkan sesuatu, lebih tepatnya dia mengingat-ingat sesuatu yang ia lupakan.
"Ridwan Admaja. Hmm... Dimana ya aku mendengar nama itu? Seperti gak asing dehh." Gumam Wangi mencoba terus mengingatnya namun tetap saja dia tidak ingat.
"Duuhh... Kok tetap gak ingat ya? Aku yakin pernah mendengar nama itu entah dimana." Geramnya sampai-sampai dia menjambak sendiri rambutnya sehingga terlihat berantakan.
"Apa nanti saja aku tanyakan ke Dokter Elias ya?" Gumamnya lagi.
"Hei Wang!" Wangi yang begitu serius menatap laptopnya langsung terperanjat kaget ketika ada sebuah tangan menepuk bahunya dan suara memanggil namanya.
"Astaga Erika! Gak bisa apa elegan sedikit waktu nyapa orang? Kaget tahu!" Gerutu Wangi kesal.
"Sstt... Berisik! Ini perpustakaan, pelan dikit napa?!" Sahut Erika setengat berbisik seraya mengambil tempat duduk di depan Wangi.
"Kamu sih tiba-tiba ngagetin orang saja!" Desis Wangi yang masih saja menggerutu.
"Habisnya kamu serius banget, aku sudah panggil-panggil juga dari tadi.
"Lagi sibuk, jadinya suara-suara goib macam itu mana bisa kedengeran." Sahut Wangi sekenanya.
Erika memutar bola matanya jengah, mempunyai teman yang unik seperti Wangi ini memang harus dikuat-kuatin hati dan imannya. Kadang Erika heran sendiri bagaimana cara Tuhan saat membagikan kelebihan dan kekurangan seseorang. Mungkin ketika mengantri soal wajah dan otak, Wangi mendapat jatah paling awal sehingga mendapat paras yang cantik dan otak yang cerdas. Namun ketika mengantri saat pembagian akhlak, mungkin Wangi dapat jatah paling akhir. Ckckck....
"Untung ya Wang kamu itu lumayan baik orangnya meski akhlakmu itu minus." Ucap Erika setengah miris.
"Enak aja... Aku baik hati tahu... Kalau tidak mana mungkin aku bantuin kamu biar deket sama Dokter Sandy." Ungkap Wangi merasa bangga.
"Tapi bantuinnya gak harus lewat dokter Elias juga kali Wang." Protes si Erika.
"Lha... Apa salahnya? Dokter Elias kan teman dekatnya dokter Sandy, minta tolong lewat Dokter Elias itu lebih praktis daripada ngomong langsung ke Dokter Sandy, paling tidak kalau dapat rekomendasi dari Dokter Elias bisa langsung diterma. Buktinya sekarang kamu masuk ke timnya Dokter Sandy kan?" Kata Wangi.
"Ya masalahnya Dokter Elias sempat mengintrogasi aku Wang, emang dia polisi apa?" Sungut Erika.
"Lha kamu penjahatnya dong! Haha..." Ledek Wangi.
"Sialan!" Maki Erika.
"Pfftt... Emangnya Dokter Elias nanya apa ke kamu?" Tanya Wangi yang masih mengulum senyumnya.
"Masa dia nanya, 'Kamu serius mau masuk timnya Dokter Sandy? Apa alasannya? Kamu suka sama dia?' Gitu Wang..." Adu Erika sambil menirukan gaya bicaranya Elias.
"Pfftt... Bhahaha..." Tanpa sadar Wangi langsung ngakak begitu saja sehingga beberapa mata yang ada di perpustakaan itu memelototinya dan beberapa dari mereka menegurnya.
"Ihh Wangi jangan berisik! Bikin malu tahu?!" Desis Erika geram setengah berbisik pada Wangi. Wangi langsung membungkam sendiri mulutnya namun bahunya terlihat bergetar menandakan jika dia masih menahan tawanya.
"Trus kamunya jawab apa ke Dokter Elias?" Tanya Wangi setelah tawanya reda.
"Adalah pokoknya, malas aku ingat-ingat itu, ada yang lebih penting dari itu, di timnya Dokter Sandy ada Wulan si uler keket!" Ada rasa muak saat Erika menyebut nama itu.
"Trus hubungannya apa?" Tanya Wangi sambil tetap fokus mengetik di laptopnya.
"Kamu kaya gak tahu aja, di sana tuh dia kecentilan sama Dokter Sandy." Sahut Erika.
"Ohh... Ceritanya kamu cemburu gitu dengan si uler keket?" Tebak Wangi begitu saja.
"Bukan! Ya... Sedikit sih." Wangi memutar bola matanya setelah mendengar jawaban Erik dan kemudian fokus kembali pada laptopnya.
"Tapi bukan itu saja Wangi... Dia juga ngomongin kamu di belakang." Ujar Erika yang membuat tangan Wangi berhenti mengetik.
"Kenapa aku dibawa-bawa? Apa hubungannya?" Tanya Wangi heran.
"Itu karena sebelumnya si uler keket itu mengajukan masuk ke timnya Dokter Elias tapi langsung ditolak sama Dokter Elias, dan dia bawa-bawa nama kamu katanya kamu guna-guna Dokter Elias karena angkatan kita yang satu tim sama beliau cuma kamu saja." Ungkap Erika dengan berapi-api.
"Ihh amit-amit! Dia itu bego atau apa ya? Masa dokter masih percaya yang begituan, lagian kalau bisa silahkan saja rolling tim sama aku, aku sih suka-suka saja kalau tukeran tim sama dia, kamu kan tahu sendiri kan Ka gimana gedeknya aku sama Dokter Elias." Kata Wangi yang jadi ikut sebal sendiri karena dicurigai yang tidak-tidak.
"Nahh itu dia... Semua teman kita juga tahu soal itu, emang Wulan-nya aja yang kegatelan! Gak bisa deketin Dokter Elias sekarang mau coba ngerayu My San San." Ujar Erika merengut sebal.
"Eeiyyuu... Jijey amat panggilanmu." Wangi bergidik geli mendengarnya.
"Biarin, suka-suka aku dong..." Balas Erika cuek.
Ting!!
Sebuah pesan masuk di phonsel Wangi, dan itu sukses membuat Wangi mendesah pelan.
Senior Setan:
Sepertinya waktu kamu luang ya, cepat selesaikan tugas dari saya dan segera kirimkan ke email saya!
Wangi lansung terperangah ketika membaca pesan dari Elias dan seketika dia celingukan, tengok kanan kiri, depan belakang namun tidak menemukan sosok Elias sama sekali. Itu membuat Wangi langsung bergidik ngeri.
"Kamu kenapa Wang seperti orang bingung gitu?" Tanya Erika yang heran dengan tingkah laku teman absurdnya itu.
"Sstt... Kamu diem dulu Ka! Aku ngerasa ada yang ngawasin kita." Kata Wangi seraya berbisik.
"Siapa?" Tanya Erika yang ikutan berbisik pula.
"Setan dari bedah umum!" Jawan Wangi ambigu.
"Hahh?!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments