Di sepanjang koridor fakultas kedokteran...
"Ya Allah... Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tolong kasihanilah hamba, jauhkanlah hamba hari ini dan hari-hari selanjutnya dari raja setan, raja iblis, raja jin yang ada di fakultas kedokteran ini, tolong jangan biarkan dia menggangguku, kali ini saja Tuhan... Kabulkanlah do'a hambamu yang teraniyaya ini. Amin." Wangi langsung mengusap wajahnya setelah melantunkan do'a disepanjang dia berjalan sambil kepalanya tengok sana tengok sini.
"Kamu ngapain sih Wang? Do'a gak jelas gitu?" Erika heran dengan kelakuan Wangi yang selalu bikin gedek kepala itu.
"Gak jelas gimana? Aku lagi berdo'a agar dijauhkan dari makhluk astral yang akhir-akhir ini mengganggu hidup aku Erika... Jelas dong..." Sahut Wangi.
"Hadwehh... Emangnya ada setan di pagi cerah gini? Ini masih jam sembilan pagi lho Wang." Ujar erika tak habis pikir dengan pemikiran Wangi yang gak jelas itu.
"Justru di jam-jam segini ini dia seringan muncul begitu saja tanpa diundang, pulangpun gak diantar." Ujar Wangi yang mulai ngelantur.
"Wahh... Ni anak mulai ngelawak." Erika hanya bisa geleng-geleng kepala saja kalau sudah gini. Masih untung dia bisa bertahan sampai sekarang berteman dengan Wangi yang unik ini, karena meski kelakuannya agak diatas rata-rata namun sebagai teman dia itu selalu bisa diandalkan dan dia termasuk dokter yang cerdas dikalangan teman dokter seangkatannya.
Tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol lengan Wangi saat berjalan.
"Upss! Gak kelihatan, tapi untung bahu aku gak apa-apa jadi gak perlu minta maaf." Kata perempuan yang menyenggol Wangi itu dan sudah pasti dari kata-kata perempuan itu barusan, dia memang sengaja menyenggol lengan Wangi untuk cari gara-gara.
"Wahh... Tadi aku lupa gak berdo'a biar gak ketemu uler keket buta." Seloroh Wangi dengan santainya.
"Apa kamu bilang?!" Wulan langsung meninggikan suaranya dengan memelototkan matanya.
"Aduhh... Sudah gak bisa lihat, budek lagi, ckckk... Kasihan." Ujar Wangi berdecak.
"Ckckk... Kasihan..." Erika ikut membeo.
"Kalian kurang ajar ya! Apa sih yang Dokter Elias sukai dari kamu? Penampilan biasa-biasa saja, kelakuan gak jelas, bagusan juga aku kemana-mana." Celotehan Wulan yang menghina Wangi itu hanya membuat Wangi mengorek-ngorek telinganya.
"Duhh telingaku tiba-tiba gatel." Ujar Wangi sambil mengorek telinganya yang terasa gatal.
"Ihh... Jorok pula!" Ujar Wulan dengan mengernyit jijik. Sementara Erika yang melihatnya hanya terkekeh menikmati pemandangan.
"Ehh Wulan! Aku tahu kamu cantik, modis, bohay, tapi mau gimana lagi kalau Dokter Elias-nya gak milih kamu? Mau protes? Protes saja sana sama yang bersangkutan. Aku sih oke-oke saja kalau Dokter Elias mau nukerin tempat aku sama kamu. Syukuuurr...banget akunya." Ucap Wangi dengan sejuta harap andai saja beneran dia dirolling dengan Wulan si uler keket maka dia akan terbebas dari siksaan tugas Elias yang menguras tenaga, hati, jiwa dan pikirannya itu. Biarlah Wulan si uler keket itu yang menggantikan kelelahan yang dia rasakan selama dirinya bersama Elias.
"Tapi saya-nya yang gak oke! Dan saya bersyukuuurr...banget kamu ada di tim saya Wangi."
Jedderr!!
Bak disambar petir, tiba-tiba Elias datang dari arah belakang mereka dan langsung menimpali omongan Wangi barusan. Kedatangan Elias sukses membuat ketiga perempuan yang adu mulut itu terkejut.
"Ya Tuhan... Apa salah dan dosaku sehingga tidak Kau kabulkan do'aku? Bener dahh Raja Setan tiba-tiba muncul." Wangi merutuki nasibnya dalam hati.
"Ha.. Hallo dok, dokter baru datang?" Sapa Wangi dengan pertanyaan konyol bercampur rasa canggung yang begitu terasa.
"Ya... Lumayanlah untuk sekedar melihat ketika kamu mengorek telangamu yang sedang gatal." Sahut Elias dengan nada datarnya.
"Pfftt..." Erika tanpa sengaja hampir mengeluarkan tawanya namun langsung berhenti setelah mendapat pelototan dari Wangi.
"Hehe... Iya dok, tadi telinga saya tiba-tiba gatal setelah mendengar suara desisan tanpa rupa." Seloroh Wangi sekaligus menyindir Wulan, dan itu membuat Wulan geram seolah-olah ingin mencakar-cakar Wangi dengan kuku-kukunya yang baru saja dipedicure.
Elias hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan junior absurdnya itu.
"Dok, sepertinya Wangi tidak begitu ingin masuk ke timnya Dokter Elias, bagaimana kalau diganti dengan saya saja dok? Saya sangat ingin bergabung dengan timnya Dokter Elias." Kata Wulan mencoba bernegosiasi dengan Elias.
"Wangi tidak begitu ingin bukan berarti dia tidak mau, lagian tim saya sudah penuh dan saya tidak berniat mengganti tim saya dengan anggota dari tim lain." Jawab Elias tegas.
"Kenapa sih Dokter Elias lebih memilih Wangi daripada saya? Saya juga gak kalah pintar dengannya." Protes Wulan.
"Saya tidak perlu orang yang pintar dalam tim saya, saya butuh orang yang cerdas, cekatan, bertanggung jawab dan mau disuruh-suruh. Dan satu hal lagi saya tidak suka ruangan tim saya berubah jadi ruangan fashion show." Ucap Elias datar namun menusuk. Wangi dan Erika langsung ingin tertawa namun harus mereka tahan karena tidak ingin tanduk iblis Elias keluar dari kepalanya.
"Lagian bukannya sekarang tim Dokter Sandy sedang berkumpul di auditorium?" Ucap Elias sambil melihat pada jam tangannya.
"Aataga! Hampir lupa!" Erika seketika tersadar dan langsung pamit pada Wangi dan Elias.
"Terimakasih Dok sudah mengingatkan, Wang aku duluan ya..." Erika mengangguk sekilas pada Elias dan menepuk bahu Wangi sebelum dia pergi. Sementara Wulan mendengus sebal lalu melangkah pergi setelah berpamitan pada Elias dengan hati yang gondok.
"Bhuahaha...." Wangi sudah tidak bisa menahan tawanya dan langsung mengeluarkannya begitu saja.
"Ehmm..." Elias berdeham sambil melirik ke arah Wangi dan perempuan itu seketika menghentikan tawanya.
"Kelihatannya kamu senang sekali." Sindir Elias.
"Ehh.. e enggak kok dok!" Jawab Wangi tergagap.
"Karena hari ini kamu terlihat senang sekali berada di tim saya, maka ada tugas untuk kamu sekarang dan nanti selepas makan siang kita akan mengunjungi pasien VIP yang sedang kita tangani." Kata Elias yang langsung melangkahkan kakinya setelah ucapannya selesai. Ada senyum smirk disela langkah kakinya.
"Ya ya ya... Aku sudah tahu apa arti kata disuruh-suruh yang dia katakan tadi." Gerutu Wangi dalam gumamannya.
"Wangi... Kamu tidak bisa jalan?!" Seru Elias sarkas ketika dia menengok ke belakang namun Wangi masih diam terpaku di tempatnya berdiri.
"I iya ini mau jalan dok." Jawab Wangi terbata ucapan Elias memang selalu membuat orang lain langsung kicep dibuatnya.
🍁🍁🍁🍁
Dilain tempat, seorang lelaki paruh baya sedang terbaring di sebuah ranjang dengan selang infus di lengannya. Dia ditemani seorang wanita yang terlihat seperti istrinya. Wanita itu duduk di kursi bersebelahan dengan ranjang sang suami. Tangannya menggenggam jemari suaminya.
"Pa... Papa mau sampai kapan menyembunyikan penyakit papa pada Galih?" Tanya sang istri. Ternyata lelaki yang sedang terbaring sakit itu adalah papa Galih. Ridwan Admaja. Sedangkan wanita yang bersanya adalah Ratna, mamanya Galih.
"Nanti ma, papa pasti kasih tahu Galih." Jawab Ridwan.
"Nanti kapan? Jangan sampai Galih mengetahuinya sendiri dari orang lain, papa kan tahu sendiri perangai anakmu satu-satunya itu. Dan masalah perjodohan dia dengan anaknya mas Rendra bagaimana kita harus memberitahuinya? Papa kan tahu selama ini dia menutup hatinya rapat-rapat pada wanita setelah kepergian Sinar." Ucap Ratna yang mencoba mengeluarkan keluh kesahnya pada sang suami.
"Kalau masalah perjodohan, aku dan Rendra tidak ingin langsung mengatakannya, Rendra kini sudah mencoba mendekatkan mereka dengan cara yang sealami mungkin agar mereka berdua bisa saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Seperti kata mama, Galih anak kita hatinya masih terkunci oleh masa lalunya. Jadi kita harus lebih hati-hati membawa perasaannya." Jawab Ridwan.
"Ya sudah, kalau itu keputusan papa dengan mas Rendra, mama ngikut saja karena ini demi Galih juga karena mama ingin melihat Galih bahagia, bisa menikah dan punya anak. Mama kan pingin gendong cucu." Ungkap Ratna dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, papa ngerti... Sebentar lagi Rendra akan ke sini, nanti kita bicarakan sama-sama." Ucap Ridwan sambil mengelus punggung tangan istrinya.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pada pintu kamar inap Ridwan.
Tok..tok..tok...
"Sepertinya itu Rendra yang datang." Kata Ridwan.
"Masuk." Ucap Ratna.
Ternyata benar, Rendra papanya Wangi yang merupakan sahabat lama Ridwan datang dari balik pintu dan masuk ke ruang inap Ridwan.
"Assalamu'alaikum Wan, bagaimana kabarmu?" Sapa Rendra setelah mendekatkan diri pada ranjang sahabatnya itu.
"Wa'alaikumsalam, seperti yang kamu lihat, aku masih terlihat seperti orang yang malas, haha..." Jawab Ridwan dibarengi dengan tawanya. Meskipun dalam keadaan sakit namun semangat hidupnya sangatlah tinggi sehingga dirinya masih bisa bercanda seperti tadi.
"Haha... Bisa saja kamu, aku yakin suatu saat nanti penyakit malasmu ini bakalan sembuh." Balas Rendra dengan candanya pula.
"Jeng Ratna bagaimana kabarnya? Saya harap jeng selalu sehat agar kuat merawat pemalas yang keras kepala ini." Ucap Rendra pada Ratna sambil sedikit melirik ke arah Ridwan yang sedang terbaring.
"Haha... Alhamdulillah, terimakasih sudah datang menjenguk mas Ridwan, dari tadi dia mengeluh bosan karena menunggu mas Rendra datang. Ini mbak Rina apa kabarnya?" Jawab Ratna dibarengi dengan pertanyaan.
"Alhamdulillah mamanya anak-anak sehat, maaf tidak bisa iku karena harus mengurus Dino anak bungsuku, jam segini anakku pulang sekolah, kasihan kalau pas pulang tidak ada orang di rumah. Anak itu kebalikan dari Wangi, penakut meski laki-laki." Terang Rendra sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkin nanti kami akan cari waktu yang pas buat ke sini lagi, soalnya ini tadi aku berangkat dari kantor juga dan nanti masih balik lagi ke kantor." Lanjut Rendra menerangkan.
"Iya gak apa-apa Ren, kami mengerti, terimakasih sudah menyempatkan waktumu. Ohh ya... Bagaimana perkembangan Galih dan calon mantuku?" Tanya Ridwan dengan mata yang berbinar.
"Kamu ini... Aku tahu dari tadi yang kamu tunggu itu bukan aku tapi kabar anak-anak kita kan?" Ledek Rendra.
"Haha... Kamu memang selalu mengerti aku Ren, jadi bagaimana?" Tanya Ridwan penasaran.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nana_Ratna
Galih dan Ratna😁
2022-08-28
1