Hosh... hoshh...
Napas Wangi terdengar ngos-ngosan, maklum dia baru saja lari terbirit-birit untuk menghindari amukan kanjeng papa dan kanjeng mama karena ulahnya yang sembarangan mengambil sangkur papanya untuk mengupas mangga. Dia berlari ke luar rumah rumah dan berhenti di kedai warung bu Win yang tidak jauh dari rumahnya. Kebetulan anak lelaki sulung bu Win adalah temannya sendiri. Namanya Riko Mahendra atau biasa Wangi panggil Koko, mereka berteman dari kecil dan bersahabat sampai sekarang.
"Slamet...slamet..." Wangi bergumam sambil mengelus dadanya.
"Ehh ada Wangi... Kamu kenapa sampai ngos-ngosan gitu? Sebentar ibu ambilkan minum." Ujar bu Win seraya mengambil gelas yang ada di meja warungnya dan mengisinya dengan air putih.
"Nih minum dulu!" Bu Win menyodorkan segelas air putih yang langsung diterima Wangi dan diteguknya hingga tandas.
"Terimakasih bu Win." Ucap Wangi seraya mengusap ujung bibirnya yang basah karena air yang diminumnya.
"Memangnya kamu habis ngapain sampai nampasmu kembang kempis begitu?" Tanya bu Win.
"Habis lari dari kenyataan hidup bu, ternyata capek banget." Jawab Wangi sambil mengusap peluhnya dengan tissue yang baru ia sambar dari meja warung bu Win.
"Paling juga lari dari amukan orang rumahnya, nih bocah pasti baru bikin masalah." Tiba-tiba seorang lelaki muda seumuran Wangi keluar dari dalam rumah bu Win dan langsung menyela obrolan Wangi dan bu Win. Dialah Riko anak sulung bu Win sekaligus sahabat Wangi dari orok.
"Hebat kamu Ko, bisa langsung bener tebakan kamu. Belajar jadi cenayang dari mana?" Sahut Wangi sambil mengacungkan kedua jempol jari tangannya.
"Dari mak Perot!" Jawab Riko asal dan Wangi pun langsung ngakak dibuatnya, sementara bu Win yang mendengar obrolan unfaedah dua bocah sableng itu hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
"Kali ini kamu buat ulah apalagi sih Wang?" Tanya Riko sambil mengunyah jajanan chiki yang ia ambil dari warung ibunya.
"Tadi aku ngupas mangga langsung dari pohonnya dan makan di sana." Jawab Wangi mulai bercerita.
"Wihh... Kamu cewek apa monyet? Pantesan kena semprot bu komandan." Sahut Riko setengah mengejek.
"Masalahnya yang ngamuk bukan cuma bu komandan tapi juga pak komandan Ko..." Ujar Wangi.
"Lha kok bisa?" Tanya Riko heran.
"Soalnya aku ngupas mangganya pakai sangkur pak komandan yang baru saja dibersihkan." Riko pun langsung ngakak terpingkal-pingkal mendapat jawaban Wangi. Sementara gadis itu hanya bisa cemberut melihat Riko menertawakan kesialannya.
"Ketawa saja Ko sampai kamu keselek chiki yang kamu makan!" Ucap Wangi menyumpahi Riko.
"Uhuk...uhukk...!" Riko pun keselek juga akhirnya.
"Mampus kau!!" Seru Wangi puas.
"Kamu sih do'anya jelek banget, sampai nyumpahin segala." Sungut Riko dengan muka yang merah antara kesal dan rasa sesak karena habis tersedak chiki yang ia makan.
"Makanya kalau lihat teman kesusahan itu dibantu kek... Jangan malah diketawain, gini kan jadinya." Sahut Wangi sok kalem tapi mulut masih tetap saja pedes.
"Iya, iya... Maaf." Sahut Riko. "Lagian masih ada pisau kenapa musti pakai sangkur segala sih? Pantas saja pak komandan marah." Lanjut Riko.
"Trus aku harus gimana dong Ko?" Tanya Wangi sambil menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya.
"Ya minta maaflah... Pulang gih sana!" Jawab Riko setengah mengusir. Kebiasaan Wangi, pagi-pagi pasti sudah ngerusuh di rumahnya.
"Takut aku ngadepin bu komandan, seremnya ngalah-ngalahin pak komandan." Ungkap Wangi sambil bergidik ngeri membayangkan bagaimana mamanya yang sedang marah seakan mengeluarkan tanduk dari atas kepalanya dan mengeluarkan taring dari bibirnya. Oh ya, Riko dan Wangi ini biasa memanggil mama dan papanya Wangi dengan sebutan bapak dan ibu komandan. Maklum papa Rendra adalah komandan di Batalyon TNI AD tempat papa Rendra mengemban tugasnya.
"Makanya... Jangan bikin ulah kalau ujung-ujungnya juga takut." Ujar Riko yang sudah lelah menghadapi kebiasaan teman kecilnya itu. Tapi meski rada-rada badung gitu, Wangi adalah salah satu temannya yang dapat diandalkan, dapat dipercara dan setia kawan. Maka dari itu persahabatan mereka awet sampai sekarang ini.
"Mahunya gitu sih... Tapi gak tahu kenapa ujung-ujungnya selalu begini." Ujar Wangi merutuki nasibnya yang selalu sial.
"Hallahh... Kamunya saja yang suka jahil!" Skak mat Riko. Sementara Wangi hanya bisa nyengir saja.
"Hehe... Bawaan orok Ko." Jawabnya asal.
Beberapa saat Riko tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Wangi setengah kelabakan.
"Duhh gak terasa ya liburan semester ini sudah berakhir." Riko mendesah panjang seakan tidak terima berpisah dengan kehidupan santainya beberapa minggu ini.
"Ohh iya! Besok kita bakalan balik lagi ke kampus ya? Aku nebeng kamu ya besok?!" Pinta Wangi yang terdengar seperti sebuah perintah di telinga Riko.
"Ogah! Aku sudah janji sama Mayang buat jemput di rumahnya." Tolak Riko mentah-mentah karena sudah janji dengan pacarnya, yaitu Mayang.
"Yaelah Ko... Rumah Mayang kan dekat kampus juga Ko... Aku nebeng sampai pertigaan dekat rumahnya Mayang aja, ntar aku bisa jalan kaki dari sana sampai ke kampus." Yang namanya Wangi itu memang pantang menyerah, pantang ditolak.
"Okey! Tapi ada syaratnya." Ucap Riko dengan tersenyum smirk yang terlihat mencurigakan.
"Apa? Awas saja kalau aneh-aneh!" Ancam Wangi.
"Belum juga apa-apa masa takut duluan?" Ujar Riko meremehkan.
"Udah, cepetan... Apa?" Tanya Wangi tak sabaran.
"Kamu harus nerima tantangan dari aku yaitu kamu harus bilang 'I Love You' sama orang yang pertama kali masuk ke warung ibuku ini." Tantang Riko dengan senyum liciknya.
"Wahh... Cari perkara ini anak. Gak, gak, gak mau!" Tolak Wangi. Dia tidak mahu cari gara-gara lagi, urusan dengan papanya saja belum selesai mahu cari gara-gara sama orang lain.
"Ck... Cemen kamu, gitu saja takut! Kan lumayan siapa tahu ketemu jodoh beneran." Ledek Riko.
"Iya kalau yang datang pas ganteng orangnya, kalau pas yang peot kan aku yang rugi, kepalang malu juga. Pokoknya gak!!" Wangi tetap kekeh menolak tantangan dari Riko.
"Gini aja deh... Kalau itu orang bales 'I Love You Too' aku bakalan jadi ojek kamu selama satu bulan ke kampus. Gimana?" Tawar Riko dengan pongahnya. Sementara Wangi sedang menimbang-nimbang tawaran Riko yang terdengar menggiurkan. Lumayan kan uang jatah naik angkotnya utuh.
"Okey! Tapi kalau itu orang gak mau bales, kamu harus tetap barengin aku ke kampus besok." Ujar Wangi.
"Okey deal!" Keduanya lalu melakukan tos sebagai tanda persetujuan.
Lima menit kemudian datanglah dua pria muda berpakaian seragam TNI AD yang sepertinya akan memesan sarapan di warungnya bu Win. Terlihat mereka berdua sedang melihat-lihat menu yang terpampang rapi di meja etalase makanan di warung itu.
"Koko, itu ada dua orang gimana? Mana yang musti jadi target kita?" Tanya Wangi sembari berbisik pada Riko.
"Gampang... Yang pesan duluan, itu yang jadi targetnya." Jawab Riko sambil mengamati kedua tentara prajurit muda itu. Dan tidak lama kemudian salah seorang dari mereka sedang memanggil si pemilik warung.
"Permisi bu Win, saya mau pesan sarapan." Seru tentara muda itu dan bu Win yang kebetulan sedang menggoreng tempe di dalam rumahnya segera keluar tergopoh-gopoh setelah mengangkat tempenya dan mematikan kompornya.
"Ya... Sebentar!" Seru bu Win menyahuti.
"Ehh om Galih dan om Jarno to ternyata... Mau pesan apa?" Tanya bu Win sambil menyambar piring yang ada di rak piring tak jauh dari tempatnya berdiri. Ternyata kedua tentara muda yang akan jadi target duo sableng itu adalah Galih dan Jarno.
"Nah Wang, kamu perhatikan baik-baik pria yang di sebelah kiri itu yang pesan makanan duluan, berarti dialah target kamu." Ujar Riko berbisik sambil tak hentinya memperhatikan dua orang targetnya.
"Lumayan Wang... Ternyata dia ganteng juga meski kulitnya gak seputih oppa-oppa yang biasa kamu lihat di drama itu." Lanjut Riko tak berhenti nyerocos.
"Diam Ko! Ini aku lagi menata hati, situ malah nyerocos terus! Empet aku dengernya." Sengak Wangi.
"Sudah sikat sekarang saja sana... Buruan ketimbang nanti terlanjur banyak orang, terlanjur malu juga kamu." Cerocos Riko yang tak berhenti memanas-manasi Wangi.
"Iya bentar! Kamu diam saja!" Sergah Wangi geram.
Dengan mengambil napas panjang berkali kali untuk menenangkan degup jantungnya, akhirnya Wangi memantabkan tekatnya untuk melakukan tantangan dari Riko. Dia pun melangkahkan kakinya pelan menuju di mana Galih yang kini sedang duduk bersama Jarno.
"Permisi om... Maaf ganggu waktunya." Sapa Wangi dengan perasaan was-was pada Galih. Ada sedikit rasa takut dalam hatinya, maklum ini pertama kalinya dia akan berurusan dengan orang asing, apalagi seorang laki-laki.
"Iya dek, ada yang bisa kami bantu?" Tanya Galih dengan memandang langsung wajah Wangi. Seakan terhipnotis, Wangi pun menatap Galih. Meneliti setiap sudut wajah pria itu. Garis rahang yang kokoh, hidung mancung, iris mata hitam yang tajam dan alis yang tebal serta bibir yang... Wangi langsung menggelengkan kepalanya sekilas, membuyarkan segala apa yang ada di dalam otak cantiknya dan akhirnya dia kembali fokus pada tujuan pertamanya.
"Saya cuma mau bilang sesuatu, tapi jangan marahi saya ya om?" Pinta Wangi pada Galih.
"Kenapa saya harus marah? Memangnya adek mau bilang apa?" Tanya Galih dengan suara tegas namun lembut.
"Saya cuma bilang, 'I Love You' om." Ucap Wangi dengan sekali tarikan napas, seraya memejamkan matanya.
"Pfft... I Love You Too dek." Wangi yang mendengar jawaban itu membuka matanya, tapi sayangnya yang menjawab itu bukannya Galih melainkan Jarno.
"Pfft... Maaf kawan saya ini terlalu gugup jadi saya yang mewakili jawabannya." Ujar Jarno seraya menahan tawanya. Sementara Wangi hanya bisa ketap ketip matanya, tidak tahu harus merespon apa. Galih? Jangan ditanya lagi, pria tampan itu hanya bisa menatap heran pada wajah Wangi dan selang beberapa saat ia mengatakan sesuatu diluar perkiraan Wangi.
"Dek... Sebaiknya adek sekolah dulu yang benar, rajin belajar biar semua cita-cita adek terwujud. Adek kan masih kecil jangan mikirin masalah cinta dulu." Wangi yang mendengar penuturan tak terduga itu langsung membulatkan matanya dan melongo seperti orang linglung.
"Hahh??"
Bersambung...
.
.
.
Haiii... Apa kabar para readerku tercinta? Semoga kalian sehat dan bahagia selalu.
Terimakasih sudah membaca novel terbaruku ini, terimakasih sudah setia dan mendukungku selama ini. Untuk kalian yang baru gabung dan baru mengenalku, aku ucapkan selamat bergabung di karya-karya Shira Sirius. Jangan luapa tinggalkan like, komen, vote dan dukungan kalian. Dan baca juga karya aku sebelumnya yang berjudul "Jully Mahardika"
Terimakasih... Author Shira Sirius lope lope 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Devi Handayani
lanjut yhor... aku suka jalan ceritanya😍😍😍😍
2023-05-31
0
M Khan
seneng bacanya Thor senyum sendiri
2023-02-23
0
Tiara Golby
ceritanya bagus lucu,semoga ceritanya gak berbelit2 dn jangan terlalu banyak komplik
2022-10-30
1