Tidak terasa hari sudah sore namun hari ini bagi Wangi adalah hari yang panjang dan melelahkan. Bagaimana tidak jika seharian ini dia harus mengikuti kemanapun Elias pergi dan tentunya mendengarkan kata-kata Elias yang pedas itu tidak dapat dihindarkan dari pendengarannya sepanjang hari ini. Bahkan disaat pulangpun Elias sudah menawarinya untuk memberinya tumpangan dan tentunya langsung ditolak oleh Wangi dengan berbagai alasan. Seharian melihat dan mendengar ocehan Elias sudah sangat menguras tenaga, pikiran dan juga hatinya, tentu saja dia tidak ingin di perjalanan pulang yang damai itu harus ditemani oleh iblis tampan macam Elias. Dan kini Wangi tengah tergolek lemas di atas karpet bulu ruang tamu rumah Mayang. Mayang adalah mahasiswi hukum tingkat akhir yang merupakan kekasih Riko itu memang sudah akrab dengan Wangi. Setelah seharian dipusingkan oleh Elias, Wangi harus berjalan lagi dari kampusnya ke rumah Mayang karena Riko sudah menunggunya sedari tadi di sana.
"Tahu gak Wang saat ini kamu mirip apa?" Tanya Riko sambil mengamati Wangi yang berselonjoran merasakan pegal di kakinya.
"Gak perlu aku jawab karena ujung-ujungnya sudah pasti menghina aku." Jawab Wangi dengan malasnya tanpa melihat ke arah Riko dan fokus memijit-mijit sendiri kakinya yang pegal.
"Haha... Kamu kok su'udzon duluan aih Wang? Padahal aku cuma mau bilang kamu mirip kaya anak hilang yang ketemu lagi." Ujar Riko sambil terkekeh melihat penampilan Wangi saat ini yang sudah awut-awutan.
"Tuh kan..." Sahut Wangi sambil melirik Riko sengit sedangkan Riko masih saja menertawakan Wangi.
"Salah... Kak Wangi itu mirip sama orang yang lagi depresi." Mayang menanggapinya dengan wajah polos tak berdosanya dan itu membuat Riko semakin terbahak sambil memegangi perutnya.
"Duuhh... Ayang aku lucu banget sih... Tahu saja muka-muka depresi itu macam Wangi." Ujar Riko sambil mencubit gemas pipi Mayang.
"Dasar pasangan tak punya akhlak!" Maki Wangi pada kedua pasang kekasih yang sialnya adalah sahabatnya sendiri.
"Ya Tuhan, apa salah dosa hamba sehingga dikelilingi orang-orang yang dzolim macam mereka." Lanjut Wangi merutuki nasibnya.
"Lebay..." Ujar Riko sambil melayangkan bantal sofa ke arah Wangi.
"Sialan! Emang kau ini teman gak ada akhlak ya! Sahabat lagi kesusahan juga, bukannya dihibur malah diketawain." Keluar sudah amukan Wangi.
"Sorry kak, emang mas Riko nya suka kelepasan kalau ngomong, dimaklumi saja." Sontak ucapan Mayang membuat Wangi dan juga Riko terbelalak.
"Lho yang, kok cuma aku saja yang salah? kamu juga kan..." Ucapan protes Riko terhenti seketika saat Mayang menjejalkan kue bakpia ke dalam mulutnya.
"Ini sebenarnya yang gak waras itu mereka atau aku yang gak waras punya teman mereka ya?" Gumam Wangi dalam hatinya.
"Kak Wangi mending minum dulu deh es jeruknya biar adem." Kata Mayang hati-hati karena dia melihat suasana hati Wangi sedang tidak baik.
"Aku kan sudah ngehabisin dua gelas May... Kalau minum lagi bisa-bisa perutku jadi tong air." Sahut Wangi.
"Pfftt... Auw!!" Riko langsung dicubit oleh Mayang ketika berusaha menertawakan Wangi lagi.
"Sakit yang..." Keluh Riko yang hanya mendapat pelototan Mayang saja, alhasil dia langsung mingkem dan mengusap-usap bekas cubitan kekasihnya itu yang lumayan ngilu.
"Makan kue dulu saja kalau gitu, kak Wangi pasti lapar, kita tadi sudah pesan makanan karena di rumah lagi gak ada apa-apa, gak ada siapa-siapa, jadinya pesan, mungkin bentar lagi juga datang." Ungkap Mayang.
"Memang orang tua kamu pada ke mana May?" Tanya Wangi.
"Papa kerja belum pulang, mama sejak pagi sudah ke rumah saudara karena mau ada hajatan pernikahan, makanya bantu-bantu." Jawab Mayang yang merupakan anak tunggal itu.
"Makanya Wang, kita di sini dulu sebentar sampai salah satu orang tuanya Mayang pulang, biar dia gak sendiri di rumah." Ujar Riko.
"Halahh... Itu inginmu yang ingin berdua terus sama Mayang." Sindir Wangi pada Riko yang langsung dielak lelaki itu.
"Kok berdua? Kita sekarang kan bertiga." Kilahnya.
"Iya sekarang, tadi pas aku belum datang? Kalian ngapain saja hayooo?" Goda Wangi yang seakan mengintimidasi mereka.
"Ng..nggak kok, gak ngapa-ngapain, ya kan sayang?" Jawab Riko yang terlihat gelagapan membuat Wangi semakin ingin menggodanya, apalagi mengingat bagaimana kemarin dia dipermalukan karena ide gila Riko.
"Masa sih? Trus itu kenapa bibir kamu merah-merah gitu? Habis ditonjok orang?" Tanya Wangi sambil menahan ekspresinya agar tidak tertawa. Sedangkan Riko dan Mayang sudah terlihat gelagapan.
"Ya ampun sayang... Aku baru sadar lho kalau bibir kamu merah, kamu beneran habis ditonjok orang?" Ujar Mayang bertanya sambil memeriksa bibir Riko seakan tidak tahu apa-apa.
"Iya, ditonjok bibir kamu eh...bukan! Maksud aku tadi kan baru makan pakai saos, mungkin bekasnya masih ada." Sahut Riko gelagapan dan langsung ditabok lengannya oleh Mayang.
"Pfft bhuahahaha...." Wangi sudah tidak bisa lagi menahan tawanya dan meledak begitu saja.
"Asem tenan bocah iki! Kamu sengaja kan Wang?!" Tuduh Riko langsung.
"Ihh su'udzon, tadi itu cuma nebak-nebak ehh malah ketebak." Jawab Wangi santai tanpa dosa.
"Kamu sih mas, makanya bersihin dulu itu bibir." Nah kan Riko lagi juga yang salah. Mayang langsung membersihkan bibir Riko dengan tissue dengan wajah merona menahan malu.
"Kamu itu emang usil ya Wang, kelamaan jomblo ya gini ini, makanya sana cari pacar atau sekalian saja rayu itu senior yang kamu certitakan tadi pagi biar gak nyiksa kamu terus." Cerocos Riko.
"Duhh amit-amit jabang bayi aku jadian sama dia, yang ada neraka setiap hariku!" Membayangkannya saja Wangi tidak mau apalagi itu terjadi beneran.
"Atau sama om Tara yang kemarin itu lumayan juga." Ujar Riko lagi.
"Om Tara? Siapa itu mas? Kak Wangi disukai om-om?" Tanya Mayang dengan lugunya dan Wangi pun hanya bisa tepok jidat.
"Om Tara itu maksudnya om Tentara sayang... Bukannya om-om beneran, panggilan 'om' itu hanya formalitas saja untuk kami orang awam memanggil para tentara baik tua ataupun muda." Terang Riko memberi penjelasan pada Mayang yang ditanggapi dengan 'oh' saja.
"Ohh ya Wang, dari tadi aku penasaran sebenarnya siapa sih senior kamu yang suka bikin kamu BT gitu?" Tanya Riko penasaran.
"Elias, Dokter Elias Darmawangsa." Jawab Wangi yang sudah terlihat sebal hanya dengan menyebutkan namanya saja.
"Hahh?! Serius?!" Tanya Riko lagi untuk memastikan bahwa yang dia dengar itu tidak salah.
"Kupingmu bolot ya Ko? Aku malas menyebut namanya dua kali." Jawab Wangi sarkas.
"Bukannya gitu Wang... Siapa sih angkatan kita yang gak tahu tentang dia? Dokter Elias itu lulusan S-1 Kedokteran terbaik 2018, waktu itu kita masih mahasiswa S-1 tahun ketiga saat dia lulus dokter umum. Dan karena visualnya banyak cewek-cewek di fakultas kita yang mengidolakannya. Tapi beneran dia sekejam itu sama kamu?" Tanya Riko yang masih ragu itu.
"Kamu sudah lihat keadaan aku seperti ini masih saja gak percaya Ko? Emang sebaik itu ya dia di mata kamu?" Ujar Wangi jengah ditambah emosi.
"Sebentar deh Wang... Jangan bilang cewek yang jadi gosib yang katanya selalu ngintilin Dokter Elias itu kamu Wang?" Tebak Riko tak percaya.
"What?! Ngintilin?! Justru aku yang diseret buat ngikutin dia kemana saja, aku korbannya!" Seru Wangi emosi.
"Ckck... Sebentar lagi sepertinya kamu beneran jadi calon korban deh Wang." Ucap Riko yang melihat miris ke arah Wangi.
"Calon korban apa yang?" Tanya Mayang bingung.
"Calon korban fans fanatiknya Dokter Elias." Jawab Riko datar sambil menatap kasihan ke arah sahabat barbarnya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments