Tidak terasa sudah waktunya makan siang. Wangi langsung melesat pergi ke kantin kampusnya setelah berpamitan dengan salah satu seniornya sebelum Elias kembali dari kamar mandi.
"Duhh... Slamet, slamet... Untung itu raja setan masih bertapa di kamar mandi." Gumam Wangi sembari mengelus dadanya yang sedari tadi dag dig dug der karena harus lari-larian untuk melarikan diri. Kini dia berada di depan salah satu stand makanan di kantin fakultasnya.
"Budhe, pesan ayam gepreknya satu sama es teh manis yang tidak terlalu manis satu ya." Ujar Wangi memesan makan siangnya. Pagi tadi merupakan pagi yang melelahkan baginya. Waktu berangkat sudah gondok-gondokan sama sopir barunya, ehh... setelahnya harus perang mulut sama si uler keket, ditambah pekerjaannya yang selalu diawasi terus oleh Elias membuat Wangi lelah hati.
"Iya neng, ditunggu ya..." Sahut budhe penjual di kantin.
Tidak lama kemudian makanan yang dipesan Wangi datang. Dia langsung mengambil gelas es teh manis yang tidak terlalu manis itu dan meneguknya.
"Ahh... Segernya... Serasa hidup kembali." Wangi merasa tenang dan segar kembali setelah es teh manisnya membasahi kerongkongannya.
"Woiiy!! Sudah mangkal di sini aja kamu." Seruan Riko yang datang begitu saja mengagetkan ketenangan Wangi saat itu membuat perempuan itu langsung mengelus dadanya kembali.
"Asem kamu Ko! Ngagetin aja, untung aku sudah selesai minum, kalau tidak pasti ini es teh manis sudah nyembur ke mukamu." Gerutu Wangi pada Riko.
"Haha... Sorry, sengaja." Sahut Riko cengengesan.
"Emang kamu ya dokter gesrek!" Maki Wangi.
"Lha... Sama dong sama yang ngomong, sesama doksrek, dokter gesrek harus saling membantu dan mendukung." Ucap Riko gak jelas.
"Sorry sorry to say aku gak gesrek ya, cuma agak spesial aja." Elak Wangi dengan pongahnya.
"Hallaahh... Spesial acak adulnya." Ejek Riko menyindir Wangi.
"Ngomong-ngomong soal saling mendukung dan membantu, ntar ini kamu yang bayarin ya Ko." Pinta Wangi sembari tersenyum lebar hingga menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi dan putih bak senyum pepsoden.
"Ihh ogah! Ini namanya bukan saling mendukung dan membantu melainkan usaha untuk memanfaatkan teman namanya." Tolak Riko mentah-mentah atas permintaan Wangi.
"Yaelahh Ko... Aku kan gak jadi nebeng kamu selama dua minggu, jadi gantinya traktir aku makan siang selama dua minggu." Ujar Wangi yang seenak udelnya itu.
"Eee.... Mana ada hal seperti itu?! Gak, gak bisa! Gak sesuai perjanjian awal." Riko tetap kekeh atas penolakannya.
"Yahh Ko... Teman masa gitu sih? Masa kamu tega pada temen baikmu yang teraniyaya ini?" Mulai deh Wangi melancarkan drama konyolnya.
"Enggak usah ngedrama, sudah kebal aku sama rayuan gombalmu itu! Lagian Wang, emang bener kalau mulai sekarang ini kamu dikawal pulang pergi sama anak buah pak Komandan?" Riko akhirnya mulai penasaran juga tentang Wangi yang tiba-tiba dapat sopir pribadi dari papa Rendra.
"He'em, dan parahnya lagi orang itu adalah orang yang sama dengan orang yang kita targetkan buat taruhan konyolmu itu!" Seru Wangi yang mulai nyut-nyutan kepalanya ketika mengingat hal itu.
"Serius Wang?! Kowe ora ngapusi to? (Kamu tidak bohong kan?)" Reaksi Riko ternyata sama kagetnya ketika pertama kali Wangi melihat wajah sopir barunya tadi pagi.
"Aku dudu tukang ngapusi kaya kowe Ko! (Aku bukan tukang bohong seperti kamu Ko!)" Balas Wangi sarkas.
"Trus gimana?" Tanya Riko penasaran.
"Kamu masih bertanya gimana Ko? Kamu enggak mikir gimana malunya aku?! Ini itu semua gara-gara kamu!" Gerutu Wangi.
"Lha... Kok jadi salah aku sih?" Riko berlagak cengo.
"Taruhan itu ide siapa? Ide kamu kan?! Seandainya kamu gak nyuruh aku ikut taruhan gila kamu itu, ini pasti gak akan terjadi padaku." Sungut Wangi merasa sebal sekali pada Riko.
"Tapi bukan salahku juga kan jika sopir pribadi yang pak Komandan berikan untukmu adalah dia." Ujar Riko yang kekeh jika dirinya tidak bersalah dan tidak ada sangkut pautnya dengan rencana papanya Wangi.
"Ya tetap saja aku sebel kalau ingat hal itu!" Kata Wangi merajuk.
"Sudahlah jalanin saja, siapa tahu dia beneran jodoh kamu." Ucapan Riko itu malah membuat Wangi semakin geram dan langsung menggetok kepala Riko dengan sendok makan yang ada di tangannya.
"Aduh! Sakit tahu Wang!" Seru Riko sambil mengusap-usap kepalanya yang sedikit berdenyut.
"Makanya kamu jangan asal jeplak kalau ngomong." Sahut Wangi memarahi sahabat somplaknya itu lalu dengan santainya dia melanjutkan makan siangnya.
Tidak lama kemudian pesanan yang sama dengan apa yang dipesan Wangi datang untuk Riko, dan merekapun melanjutkan makan siangnya dengan sesekali mengobrolkan sesuatu.
"Tumben kamu gak makan siang sama Mayang?" Tanya Wangi yang sedikit heran saat tidak melihat Mayang bersama Riko, padahal dua sejoli itu selalu menggunakan kesempatan sebaik mungkin apabila ada waktu untuk bersama.
"Mulai hari ini Mayang sudah mulai kerja magang, tempatnya di luar kota jadi selama satu bulan ini aku bakalan susah buat ketemu dia." Jawab Riko dengan wajah yang terlihat merana itu.
"Haha... Kasihan..." Seloroh Wangi sambil menertawakan Riko yang sudah terlihat seperti orang patah hati saja.
"Seneng banget ya kamu lihat teman yang tersiksa karena merindu." Kata Riko mendramatrisir.
"Iiuuhh... Jijik Ko, jijik! Dasar bucin." Wangi langsung bergidik geli mendengar ucapan Riko.
"Itu karena kamu belum pernah mengalami apa itu yang namanya cinta. Aku sumpahin suatu saat kalau kamu punya pacar kamu bakalan lebih bucin daripada aku!" Ucap Riko dengan sumpah serapahnya.
"Ihh mana ada hal seperti itu terjadi pada diri seorang Wangi Prameswari." Sahut Wangi dengan pongahnya.
"Ya... Kita lihat saja nanti." Balas Riko santai dan kembali meneruskan makan siangnya.
Disela perdebatan unfaedah mereka, tiba-tiba terdengar suara pesan yang masuk dari phonsel Wangi. Setelah Wangi membukanya ternyata itu dari Elias.
Senior Setan
Jangan lupa setelah makan siang kita ke Rumah Sakit, saya langsung tunggu di parkiran. Jangan sampai TELAT!
"Busyet dah... Kata telatnya sampai di caps lock segala." Seru Wangi tiba-tiba membuat Riko mengrenyitkan dahinya heran.
"Ada apa Wang? Pesan dari siapa?" Tanya Riko sedikit kepo.
"Dari mimpi burukku." Jawab Wangi asal.
"Siapa? Dokter Elias kah itu?" Tanya Riko lagi dan Wangi hanya mengangguk saja.
"Hati-hati jangan terlalu benci nanti malah jadi suka." Ucap Riko setengah mengejek, setengah menyumpahi.
"Emang ya Ko mulutmu itu dari tadi minta ditampol, tadi kamu nyumpahin aku jodoh sama Galih, sekarang nyumpahin aku sama senior setan itu!" Gerutu Wangi yang kini matanya sudah melotot ke arah Riko.
"Ohh... Jadi pak Tara yang waktu itu namanya Galih, bagus juga namanya. Ya pokoknya aku yakin saja salah satu dari mereka pasti akan membuat kamu terbucin-bucin, kikikik..." Ujar Riko sembari terkikik senang setelah menggoda sahabat bar-barnya itu.
"Sialan bener kamu Ko! Pokoknya aku gak bakalan jatuh cinta dengan salah satu dari mereka!" Kata Wangi dengan percaya dirinya.
"Sumpah?" Tanya Riko.
"Sumpah! Jika itu terjadi aku bakal kasih kado terspesial buat kamu sama Mayang jika kalian menikah kelak." Kata Wangi dengan sumpahnya.
"Okey fix! Aku setempel omongan kamu, awas gak boleh ditarik lagi!" Kata Riko memperingatkan.
"Okey, siapa takut?!" Tutur Wangi tanpa keraguan.
Dan tidak lama kemudian suara phonsel Wangi kembali berbunyi. Kali ini bukan Elias yang mengirim pesan untuknya. Sebuah nomor tak dikenal dengan photo profil yang menghadap ke belakang sehingga hanya terlihat punggungnya saja.
"Siapa ini?" Gumam Wangi lirih, namun setelah dia membukanya barulah Wangi tahu siapa yang mengiriminya pesan.
0822xxxxxxx3
Mbak Wangi ini saya Galih, nanti saya harus jemput jam berapa ya?
^^^Wangi^^^
^^^Kan saya sudah bilang, saya bukan mbak-mbak tukang jamu!^^^
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ina Yulfiana
next semngt sukses selalu
2022-07-02
1