Tiga tahun kemudian....
Hari Senin yang cerah, aktifitas kembali seperti semula setelah liburan kemarin. Orang-orang kembali menyibukkan diri dengan segara rutinitasnya masing-masing. Ada yang mulai masuk kerja, ada yang sekolah atau kualiah, ada juga yang sibuk latihan seperti prajurit TNI AD itu. Tapi ada yang tidak kalah sibuk disini. Bukan sibuk lagi... Mungkin lebih tepatnya dibilang ramai, lebih ramai dibandingkan dengan suara tentara-tentara itu latihan. Karena di balik tembok tempat tentara-tentara itu latihan terdapat sebuah rumah yang setiap paginya selalu gaduh, apalagi di hari-hari kerja seperti saat ini.
"Dino... Ayo cepat pakai sepatunya! Udah siang nih ntar terlambat masuk sekolahnya." Seru mama Rina sambil memegang sepatu anak bungsunya.
"Sebentar ma... Kaos kaki Dino hilang satu nih." Jawab Dino yang kebingungan mencari kaos kakinya yang hilang sebelah.
"Terus yang ada di kantong celanamu sebelah kiri itu apa?" Tanya mama Rina sambil menunjuk ke arah kantong kiri celana Dino.
"Hehe... Kaos kaki ma." Sambil meringis ditariknya kaos kaki yang ada di kantong kiri celananya itu. Dasar Dino, masih SD saja sudah pikun, apa kabarnya kalau dia sudah SMA? Mungkin dia lupa arah jalan pulang kali ya...? Ckckk...
Sementara itu dari dalam kamar terdengar seruan papa Rendra memanggil-manggil istrinya. Kelihatannya sang papa juga tengah kebingungan mencari sesuatu.
"Ma... Mama... Ke sini sebentar dong ma!" Panggil papa Rendra dari balik kamarnya. Mama Rina pun menghampiri suaminya.
"Ada apa pa? Papa sedang cari-cari apa?" Tanya mama Rina heran pada suaminya.
"Mama lihat sangkur papa gak?" Tanya papa yang ternyata kehilangan sangkurnya. Sangkur adalah pedang kecil yang mirip belati, biasa dibawa tentara dan diselipkan di pinggangnya. Maklum papa Rendra adalah salah seorang prajurit juga.
"Nggak tuh pa, bukannya tadi masih ada di atas meja ini?" Jawab istrinya.
"Iya, tadi sebelum papa mandi juga masih ada di atas meja ini, tapi setelah papa mandi sudah hilang." Ungkap papa Rendra yang masih bingung kemana benda itu hilang.
"Sepertinya Dino tahu deh pa." Sahut Dino menyela.
"Beneran kamu tahu kemana perginya sangkur papa yang gak punya kaki itu?" Tanya papa Rendra yang tidak begitu yakin pada anak bungsunya itu, pasalnya Dino itu kecil-kecil suka iseng.
"Suer pa! Kali ini Dino gak bakalan bohong!" Jawab Dino sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.
"Awas kamu ya kalau ngerjain papa, papa sunat lagi tahu rasa!" Ancam papanya yang membuat Dino langsung menutupi bagian bawah perutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Ehh jangan dong pa... Ntar kalau habis gimana?" Rengek Dino sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ya sudah cepetan tunjukin kemana perginya itu senjata!" Perintah papa Rendra.
"Ayo pa ikutin Dino! Sangkur papa ada di luar." Pinta Dino agar papanya mengikutinya.
"Kok bisa sampai di luar sih?" Gerutu papa Rendra heran sambil mengikuti langkah kaki anaknya.
"Bisa, soalnya ada mbak Kunti yang bawa." Sahut Dino santai sambil terus melangkah ke luar rumah.
"Yang benar kamu kalau ngomong! Masa pagi-pagi bolong gini ada mbak Kunti?" Cerca papa Rendra pada anak lelakinya.
"Benar pa... Kalau gak percaya coba papa lihat di atas sana!" Tunjuk Dino ke arah atas pohon mangga yang ada di depan halaman rumah mereka.
"Astagfirullah... Wangi!!" Seru papa Renda terkejut setelah melihat apa yang ada di atas pohon mangga gadungnya.
Nampak di atas sana seorang gadis berambut sebahu dengan setelan kaos oblong dan celana pendek selutut tengah asyik duduk di salah satu cabang pohon mangga sambil mengupas buah mangga dengan santainya. Dia adalah Wangi Prameswari, gadis cantik yang tomboy dan sedikit bar-bar, putri pertama papa Rendra dan mama Rina. Kelakuannya unik selalu membuat kedua orang tuanya geleng-geleng kepala.
"Wangi, ngapain kamu ada di atas sana?!" Teriak papa Rendra dari bawah sana, dia tidak habis pikir dengan kelakuan anak gadis satu-satunya itu.
"Ngupas mangga pa." Jawab Wangi enteng. "Papa mau?" Lanjutnya seraya menyodorkan buah mangga yang telah dikupasnya dari atas sana.
"Gak usah! Yang ada papa jadi tambah mules! Dan itu...aduuuhh..." Papa Rendra memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening, ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya setelah apa yang ia lihat. Sangkur kesayangannya yang ia cari ternyata telah dipakai untuk mengupas mangga oleh Wangi.
"Kenapa masih ramai saja sih? Papa sudah nemuin sangkur papa?" Tanya mama Rina yang datang dari dalam rumah.
"Sudah ma, ada di atas sana." Jawab papa Rendra lesu.
"Astagfirullah...! Kok ada monyet di atas sana sih pa?" Ternyata reaksi mama Rina diluar dugaan, membuat suaminya tepok jidat sementara Dino langsung tertawa cekikikan.
"Itu anak gadismu ma..." Ujar sang suami.
"Hah?! Masa sih?" Mama Rina langsung mendongak lagi ke atas pohon mangga menajamkan penglihatannya.
"Astaga Wangi Prameswari...! Ngapain kamu bergelantungan di atas pohon segala, mama kira tadi itu monyet yang lepas dari kebun binatang. Cepat turun!!" Cerocos mama Rina menyuruh anak gadisnya Wangi untuk segera turun dari atas pohon mangganya.
"Ihh mama gak asyik deh... Lha wong Wangi cuma ngupas mangga juga." Protesnya masih dari atas sana.
"Tapi gak harus di atas pohonnya juga kaliiii... Pokoknya cepat turun! Kalau gak mau uang jajan kamu mama potong!" Ancam mamanya yang berhasil membuat gadis tomboy itu turun dari tempat ternyamannya.
"Iya, iya... Ini Wangi turun." Setelah dia sampai di bawah, wangi langsung menyerahkan sangkur papanya yang belepotan penuh dengan noda mangga.
"Ini pa Wangi kembalikan pusaka kesayangan papa, terimakasih ya pa..." Ucap Wangi tanpa dosa dan itu sukses membuat papanya lagi-lagi memijat pelipisnya melihat sangkur kesayangannya yang terlihat mengenaskan.
"Tapi gak perlu pakai sangkur papa juga kali buat ngupas mangga Wangi... Padahal papa baru saja membersihkannya, mencuncinya, memandikannya pakai bunga tujuh rupa biar wangi, tapi sekarang....aduuuhh." Papa Renda langsung tepok jidat melihat penampilan sangkurnya itu.
"Wangi, pokoknya kamu sekarang harus bersihin ini sem..u..a... Lho... Mana perginya itu anak?" Papa Rendra menengok ke kanan kiri, depan belakang mencari Wangi yang ternyata sudah diam-diam melarikan diri dari amukan papanya.
"Sudahlah pa, urusan Wangi ntar biar mama yang urus. Sekarang sudah siang nanti malah terlambat lagi." Mama Rina mengingatkan.
"Ayo pa... Berangkat sekarang! Dino sudah telat nih!" Rengek Dino.
"Ya sudah kalau gitu, nih ma." Papa Rendra menyerahkan sangkurnya pada istrinya.
"Kok dikasih ke mama? Papa gak jadi bawa?" Tanya istrinya heran.
"Gak jadi, suruh Wangi bersihin! Pokoknya ntar papa pulang kerja harus sudah bersih dan harum!" Titah papa Rendra seraya berpamitan pada istrinya dan melangkah pergi bersama Dino yang hendak berangkat ke sekolah.
Kini sekarang tinggal mama Rina melancarkan aksinya untuk menangkap monyet yang kabur.
"Wangi Prameswari.....!!!
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Indry Greysha Nata
aku kasih bunga deh,tapi bunga ajah yah,hehehe
lanjut bacanya aku suka
2023-03-26
0
Indry Greysha Nata
🤭🤭😂😂😂 hampir menyerupai aku yang suka panjat pohon
2023-03-26
0
Tiara Golby
aku mampir thor,ceritanya kayanya menarik karna lucu aku suka cerita novel yg lucu dn ceritanya tdk berbelit2 dn monoton apalg kalau ada cerita perempuan ditindas cuma bs diam.
2022-10-30
3