Di kamar inap VIP milik Ridwan, Rendra papanya Wangi masih di sana sedang membahas tentang anak-anak mereka yang akan dijodohkan bersama istri Ridwan yang juga berada di sana. Di saat mereka sibuk membicarakan perihal anak-anak mereka, tiba-tiba sebuah ketukan terdengar dari luar kamar VIP itu.
Tok..tok..tok...
Setelah ketukan yang berbunyi tiga kali itu, masuklah seorang laki-laki setengah baya yang memakai jas putih layaknya seorang dokter yang diikuti oleh empat orang yang berjalan di belakangnya yang juga memakai jas putih seperti lelaki di depannya. Ternyata itu adalah Dokter Slamet, seorang profesor di dalam bidang ilmu kedokteran khususnya spesialis kanker yang merupakan dokter penanggung jawab untuk perawatan Ridwan selama berada di Rumah Sakit tersebut sebagai pasien dan keempat orang di belakangnya merupakan tim dokter yang ikut dalam proses perawatan serta operasi yang akan dilakukan oleh Ridwan nantinya.
"Selamat siang semuanya... Maaf menggangu sebentar, kami harus melakukan pemeriksaan dulu." Ucap Dr. Slamet.
Namun sebelum ada jawaban dari pasien maupun orang-orang yang menunggunya, tiba-tiba Wangi memotong pembicaraan.
"Papa? Kok papa ada di sini?" Tanya Wangi setengah terkejut setelah melihat papanya. Begitu pula dengan para dokter juga Ridwan beserta istrinya yang melihat seorang dokter muda nan cantik menyapa Rendra. Rendra sendiri juga terkejut, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan putri kesayangannya di tempat Ridwan dirawat.
"Wangi? Kamu di sini sayang?" Bukannya menjawab pertanyaan putrinya, Rendra malah balik menanyainya.
"Wangi lagi ada tugas di sini, papa sendiri?" Jawab Wangi, sementara orang-orang di dalam sana hanya bisa memperhatikan interaksi dan mendengarkan obrolan ayah dan anak itu.
"Papa sedang menjenguk teman papa." Jawab Rendra.
"Ehm... Maaf sebelumnya, sepertinya ada yang Dokter Wangi kenal di sini." Sela Dokter Slamet.
"Ohh maaf dok, perkenalkan ini papa saya, dan papa...ini Dokter Slamet ketua tim dokter yang akan menangani operasi bapak Ridwan.
"Senang berkenalan dengan salah satu orang tua kolega kami yang terbaik." Ucap Dokter Slamet dengan menyodorkan sebelah tangan kanannya.
"Saya Rendra, saya juga senang bertemu anda dokter, mohon bimbing anak saya ke depannya." Balas Rendra seraya membalas uluran tangan dokter Slamet dan merekapun saling berjabat tangan.
"Ren... Kapan kamu memperkenalkan putrimu yang cantik itu?" Tiba-tiba suara lemah Ridwan mengalihkan perhatian mereka.
"Ya ampun Wan... Maaf, ini semua kan tamu kamu, kok malah aku yang ribet sendiri di sini. Wangi, ini om Ridwan teman sekaligus sahabat baik papa semasa sekolah dulu dan ini tante Ratna istri om Ridwan.
"Siang om, tante... Saya Wangi." Sapa Wangi sembari menjabat tangan Ridwan dan Ratna bergantian.
"Cantik ya pa, pinter, dokter pula." Puji Ratna istri Ridwan.
"Jelas dong... Calon mantu siapa dulu..." Celetuk Ridwan tanpa disengaja.
"Ehh??" Wangi spontan terkejut dan juga bingung, semenatara kolega Wangi yang lainnya langsung menunjukkan ekspresi kanget yang sama dengan Wangi dan saling pandang satu sama lainnya.
"Ahh.. Ha haha... Suami saya memang suka bercanda, ohh ya dokter silahkan mulai pemeriksaannya sekarang." Beruntung Ratna langsung mengalihkan pembicaraan dan suasana kembali mencair.
"Baiklah, sebelumnya saya akan memperkenalkan tim dokter yang juga akan bekerja sama dengan saya dalam menangani pengobatan bapak Ridwan. Jadi di sini selain saya selaku dokter penanggungjawab spesialis kanker, ada juga Dokter Zidan selaku penanggungjawab di bidang bedah umum beserta dua dokter residen terbaik kami yaitu Dokter Elias dan Dokter Wangi. Serta satu orang lagi Dokter Anne selaku dokter anestesi." Ucap Dokter Slamet memperkenalkan koleganya.
"Terimakasih atas kehadiran para dokter sekalian, ke depannya saya mohon bantuannya untuk menjaga saya. Sambut Ridwan dengan senyum ramahnya.
"Tentu, itu sudah menjadi kewajiban kami." Balas Dokter Slamet seraya tersenyum ramah.
"Kalau begitu bisa kita mulai sekarang pemeriksaannya?" Ucap Dokter Zidan seraya menengok sekilas ke arah dokter Slamet dan Ridwan bergantian seakan memberi kode bahwa mereka harus segera melakukan tugas awal mereka.
"Baik dok, saya sudah meminta perawat untuk datang membantu kita memindahkan pasien ke ruang CT Scan." Ucap Elies.
"Baiklah kita tunggu sebentar lagi, ahh itu dia mereka sudah datang." Dokter Slamet langsung mengalihkan pandangannya setelah melihat dua orang perawat laki-laki masuk sambil mendorong bed stretcher.
"Maaf dok, bisa kami pindahkan sekarang?" Tanya salah satu perawat tersebut.
"Tentu saja, silahkan." Jawab Dokter Slamet.
Setelah itu kedua perawat laki-laki itu langsung membantu Ridwan untuk dipindahkan ke atas bed stretcher.
"Maaf, untuk keluarga dan penunggu mohon menunggu di sini saja, nanti kami akan kembali beserta dengan hasilnya." Intrupsi Dokter Slamet.
"Baik dok."
"Baik dokter."
Jawab Ratna dan Rendra hampir bersamaan. Lalu para dokter keluar mengikuti para perawat yang sudah keluar duluan mendorong Ridwan dengan bed stretcher.
"Pa, Wangi tinggal dulu ya... Mari tante." Pamit Wangi kepada papanya dan juga Ratna sebelum keluar mengikuti para dokter koleganya. Dan Wangi benar-benar keluar setelah mendapat anggukan dari papanya serta calon ibu mertuanya yang tidak ia ketahui.
"Aduhh... Hampir saja Wangi mengetahui kebenarannya. Maaf mas, gara-gara mas Ridwan nyeletuk sembarangan tadi hampir saja ruangan ini dibuat heboh." Ucap Ratna yang merasa tidak enak kepada Rendra.
"Tidak apa-apa jeng, untung tadi jeng Ratna segera mengalihkan pembicaraan." Ujar Rendra memaklumi.
"Memang mas Ridwan tadi kelewat senang ketemu calon mantunya, asal mas Rendra tahu setiap hari mas Ridwan selalu membicarakan Wangi. Dia selalu was-was jika Wangi tidak menyukai Galih." Cerita Ratna sambil terkekeh sendiri jika mengingat suaminya yang selalu antusias jika membicarakan tentang Wangi.
"Dasar Ridwan... Padahal baru sekarang saja dia bertemu dengan Wangi, dia belum tahu saja bagaimana sifat dan kelakuan anak itu yang sebenarnya." Kata Rendra sambil bergeleng kepala.
"Memangnya Wangi kenapa mas Rendra?" Tanya Ratna penasaran.
"Anak itu kelewat aktif, jika jeng Ratna tahu pasti bakalan pusing sendiri haha..." Jawab Rendra dibarengi dengan bercanda.
"Masa sih? Justru itu lebih baik, daripada Galih yang kelewat pendiam, kalau bersamanya dunia ini seperti tv hitam putih, mungkin kalau ada Wangi dunianya akan menjadi berwarnya layaknya pelangi." Ujar Ratna sembari tersenyum setengah miris jika mengingat anaknya Galih.
"Semoga saja, tapi jeng Ratna jangan terlalu berharap." Balas Rendra.
"Entahlah... Sepertinya feelling saya kali ini benar." Sahut Ratna percaya diri sembari tersenyum penuh harap yang dibalas kekehan dari Rendra.
"Yang terpenting sekarang Ridwan sehat dulu, baru kita bisa bicarakan lagi masalah anak-anak kita." Kata Rendra yang diangguki oleh Ratna.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Ridwan dibawa kembali ke ruang inapnya. Tentu saja para tim dokternya juga ikut bersamanya.
"Bagaimana keadaan suami saya dok?" Tanya Ratna was-was.
"Untuk saat ini keadaannya bagus dan siap untuk operasi, nanti jadwal operasi akan saya sampaikan setelah rapat dengan tim dokter saya." Jawab Dokter Slamet.
"Syukurlah... Kami mohon bantuannya dok, kami tunggu kabar berikutnya." Ucap Ratna yang merasa lega.
"Baik bu, besok akan kami kabari secepatnya. Kalau begitu kami akan undur diri." Pamit Dokter Slamet beserta tim dokter lainnya.
"Saya pamit dulu ya pa, tante dan om Ridwan jangan lupa obatnya selalu diminum." Pamit Wangi sekaligus mengingatkan sebelum keluar dari ruang VIP itu.
"Tentu saja sayang... Terimakasih, kamu juga selamat bekerja kembali." Sahut Ridwan memperlihatkan senyum bahagianya.
"Baik om, permisi semuanya... Sampai ketemu nanti di rumah pa." Setelah mendapat anggukan dari papa Rendra, Wangi langsung keluar mengikuti para koleganya yang sudah keluar lebih dulu.
"Ya ampun Ren... Calon mantuku itu benar-benar cantik dan ramah, gak sabar aku melihat dia bersanding dengan Galih anak es batu itu." Ujar Ridwan setelah Wangi pergi dari ruangannya.
"Iya cantik, tapi kamu belum tahu saja kelakuan anehnya seperti apa." Sahut Rendra.
"Kamu itu, anak sendiri kok dihujad." Sungut Ridwan.
"Ya... Lihat saja nanti." Sahut Rendra kembali.
Bersambung....
.
.
.
Hai para reader's ku yang setia... Semoga kalian dalam keadaan sehat selalu dimanapun kalian berada. Terimakasih sudah tetap memberikan dukungannya pada author yang banyak kurangnya ini. Jangan lupa beri komen, like dan klik favorit untuk novel ini ya... Terimakasih... 😄
.
.
NB: Maaf jika ada typo🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Hikmah Junaedi
Thor kalau up yang banyak dong.
2022-07-08
2