Di kediaman keluarga Rendra alias papa Rendra alias Komandan Rendra, pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya tidak ada yang spesial, hanya keributan kecil di pagi hari seperti biasanya. Hanya saja pagi ini wajah Wangi yang begitu kusut karena kurang tidur terlihat begitu jelas, dia harus begadang untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Elias padanya, ditambah pemberitahuan tiba-tiba papanya tadi malam tentang seseorang yang akan selalu mengantar jemputnya ke kampus maupun ke Rumah Sakit atau ke tempat kerjanya entah dimanapun itu membuat Wangi semakin tidak bersemangat dan itu terlihat jelas di wajah cemberutnya.
Saat ini Wangi tengah siap-siap untuk berangkat ke kampus, banyak buku yang harus ia bawa hari ini. Tugas dari senior sintingnya itu sungguh membuatnya sangat kerepotan. Keikut sertaannya dalam meninjau kasus pasien VIP sebagai asisten pribadi Elias memang memberi dirinya ilmu baru sebagai calon dokter bedah umum, karena tidak semua dokter residen seperti dirinya bisa terlibat di dalamnya. Beda lagi dengan Elias, meski Elias adalah dokter residen yang sama dengan dirinya tapi dia adalah dokter residen tingkat akhir yang merupakan anak emas para profesor karena kecakapan dan kegeniusannya. Bahkan dia digadang-gadang sebagai calon dokter bedah umum terbaik lulusan tahun ini yang akan menjadi kontribut besar di Rumah Sakit mereka kelak. Tapi tetap saja bagi Wangi ini seperti penyiksaan. Enatah dia harus berterimakasih pada Elias karena mungkin saja ini akan membantunya untuk tugas akhirnya kelak atau harus mengutuk Elias karena membuat dirinya seperti mayat hidup setiap harinya.
Di sela-sela ia berbenah dengan buku-bukunya, suara papanya terdengar meneriaki memanggil namanya.
"Wangi... Jemputan kamu sudah datang!" Seru papa Rendra dari luar rumah.
"Sebentar pa..." Seru Wangi memberi jawaban sambil bergegas memakaikan tas di punggungnya dan meraih buku-buku yang penting untuk dibawanya. Setelah memakai sepatunya dan berpamitan dengan mamanya, Wangi segera keluar rumah. Di sana terlihat papanya sudah berdiri menunggunya bersama seorang pria tinggi tegap berseragam TNI AD. Dibenak Wangi dia sudah menduga bahwa pria tersebut adalah orang yang sudah ditugaskan papanya untuk menjadi sopir pribadinya. Bagi Wangi ini sungguh menjengkelkan tapi mau bagaimana lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang papanya.
"Wangi... Ini Sertu Galih Admaja yang akan bertanggungjawab mengantar jemput kamu. Dan Ini adalah Wangi Prameswari putri saya." Kata papa Rendra alias Komandan Rendra memperkenalkan keduanya. Namun alangkah terkejutnya Galih dan Wangi saat mereka beradu pandang.
"Kamu?!" Seru Wangi sambil menunjuk ke arah Galih dengan ekspresi terkejutnya.
"Anak kecil?!" Hal yang sama juga dilakukan oleh Galih.
"Kalian sudah kenal?" Tanya papa Rendra heran dengan reaksi Wangi dan Galih di awal pertemuan mereka.
"Ah emm.. Enggak kok pa, aku belum kenal." Ujar Wangi terbata, dia sebenarnya tidak bohong, dia memang belum kenal dengan Galih kan...
"Tapi reaksi kalian kok seperti sudah pernah ketemu saja?" Tanya papa Rendra yang merasa curiga.
"Benar begitu Galih?" Tanya papa Rendra mengalihkan pandangannya pada Galih.
"Si..."
"Beneran pa, tadi itu Wangi kaget saja soalnya dia harus pakai seragam begitu untuk mengantar Wangi, kan mencolok banget pa..." Wangi langsung memotong ucapan Galih ketika pemuda itu akan membuka suaranya. Dan tentu saja Wangi akan berkilah jika mereka berdua tidak pernah bertemu sebelumnya, karena Wangi tidak ingin pertemuan pertamanya dengan Galih yang seperti cerita aib bagi dirinya itu diketahui sang papa. Mau ditaruh dimana mukanya nanti?
"Ohh begitu, ya sudah kalian berangkat sekarang jika tidak ingin terlambat." Kata papa Rendra.
"Lha... Kan papa sendiri yang mengulur waktu." Gerutu Wangi.
"Sudah... Kamu cepat masuk mobil sana! Dan kamu Galih, hati-hati menyetirnya." Pesan sang papa komandan dan Wangi pun langsung masuk ke dalam mobil.
"Siap Komandan!" Jawab Galih dengan hormat.
"Biasa saja, tidak usah terlalu formal kalau di luar." Pinta papa komandan.
"Siap! Ahh maaf, baik pak. Kalau begitu saya pamit dulu." Pamit Galih sopan lalu ia pun masuk ke dalam mobil Wangi. Namun alangkah terkejutnya dia ketika melihat Wangi yang ternyata duduk di sebelah kemudinya. Galih tadi tidak begitu memperhatikan ketika Wangi masuk ke dalam mobil, dia pikir tadi Wangi akan duduk di bangku belakang layaknya seorang tuan. Bukankah Galih saat ini berperan sebagai sopir Wangi?
"Ada apa?" Tanya Wangi sedikit ketus melihat keterkejutan Galih.
"Bukan apa-apa mbak, cuma kaget saja." Jawab Galih merasa canggung.
"Kaget? Memangnya saya setan?" Sahut Wangi ketus.
"Lebih ngagetin daripada setan sih." Gumam Galih lirih.
"Barusan kamu bilang apa?" Tanya Wangi yang hanya mendengar samar-samar suara Galih.
"Gak kok mbak, saya gak bilang apa-apa, kita berangkat sekarang ya mbak." Ujar Galih mengelak dan langsung menjalankan mobil Wangi.
Hanya ada kesunyian di dalam mobil itu disepanjang perjalanan menuju kampus Wangi. Tidak ada suara yang keluar dari kedua mulut mereka, baik Wangi maupun Galih memilih untuk diam hingga mobil itu berhenti di salah satu lampu merah Galih membuka percakapan.
"Maaf." Kata Galih.
Wangi yang mendengarnya tercengang, matanya yang tadinya fokus saat mengutak atik phonselnya langsung berpaling melihat ke arah Galih.
"Apa kamu bilang?" Tanya Wangi memastikan jika apa yang dia dengar itu benar.
"Maaf." Galih mengulangi ucapannya dan kali ini dia menengok ke arah Wangi. Pandangan mereka beradu.
"Maaf untuk waktu itu, saya tidak tahu jika mbak putrinya Komandan Rendra." Kata Galih serius.
"Maksud kamu, sekarang kamu baru tahu jika saya ini bukan anak kecil begitu?" Ujar Wangi menyindir Galih.
Galih mengangguk pelan, dia sedikit malu mengakui kesalahan matanya yang tidak bisa membedakan antara wanita dewasa dan anak-anak.
"Maaf, soalnya waktu itu mbak benar-benar terlihat seperti anak remaja sekolahan." Jawab Galih merasa canggung dan tidak enak hati.
"Berarti kamu mengakui jika wajahku ini imut begitu?" Tanya Wangi dengan percaya dirinya dan itu sukses membuat Galih tercengang. Dia tidak percaya jika perempuan yang duduk di sampingnya itu mempunyai kadar percaya diri yang tinggi. Ya... Tidak heran sih jika mengingat ketika Wangi dengan beraninya mengucapkan kata cinta kepadanya waktu itu.
"Ehmm... Maksud saya waktu itu penampilan mbak terlihat seperti anak SMA?" Kata Galih sedikit tidak yakin dengan ucapannya.
"Kok ngomongnya gak yakin gitu sih? Jangan bilang kamu waktu itu mengira aku seperti bocah SMP." Melihat Galih yang diam saja membuktikan bahwa tebakan Wangi tepat sasaran.
"Astaga... Mana ada anak SMP yang sebesar ini?" Lanjut Wangi kemudian. Namun tidak disangka Galih justru menjawab diluar dugaan.
"Itu, bukankah anak itu masih SMP?" Galih menunjuk seorang anak perempuan memakai seragam SMP yang sedang berhenti tepat di depan mobil mereka dengan sepeda motor yang dikendarai anak itu sendiri.
"Hahh?!" Seru Wangi.
Melihat apa yang kini ditunjuk Galih, Wangi langsung molongo dan menepuk jidatnya sendiri.
"Gila! Sejak kapan anak SMP jaman sekarang tumbuh begitu cepatnya? Emaknya ngasih makan apa?" Seru Wangi dalam hati.
"Ya...kan gak semua anak SMP setinggi itu, lagian mana ada anak SMP yang bilang 'itu' ke orang yang jauh lebih dewasa daripada dia." Ujar Wangi yang tidak mau kalah.
"Itu? Maksudnya itu apa ya mbak?" Tanya Galih yang kurang paham apa yang dimaksud Wangi.
"Itu... Itu yang 'itu', kamu jangan pura-pura lupa deh! Lagian tidak mungkin aku mengulangi kata-kata itu lagi." Ungkap Wangi.
"Ahh maksud mbak soal pengakuan perasaan itu?" Kata Galih setelah tahu apa yang Wangi maksudkan dengan ekspresi yang biasa saja.
"Tolong kamu jangan salah paham, saya tidak bermaksud mengatakan itu kepada orang asing yang tidak saya kenal. Itu karena saya harus melakukan tantangan konyol yang diberikan teman saya. Maaf jika membuatmu salah paham." Kata Wangi meluruskan kesalah pahaman mereka berdua.
"Ohh, syukurlah." Balas Galih merasa lega dan ia pun kembali menjalankan mobilnya setelah lampu hijau menyala.
"Waahh... Kenapa kamu terlihat begitu lega seakan jika itu yang sesungguhnya kamu merasa mendapat pengakuan seperti itu dari orang sepertiku adalah hal yang sangat mengganggu." Kata Wangi yang entah mengapa jadi merasa tersinggung setelah melihat reaksi Galih yang seakan terlepas dari masalah.
"Maaf jika mbak merasa tersinggung, tapi sejujurnya saya merasa kurang nyaman jika ada wanita yang berusaha mendekati saya." Ungkap Galih.
"Kenapa? Kamu tidak suka dengan wanita?" Tanya Wangi sedikit sarkas.
"Bukan, saya normal tapi untuk saat ini berurusan dengan wanita akan sangat merepotkan." Jawab Galih berterus terang.
"Ohh... Sepertinya kita sependapat, karena aku juga tidak ingin berurusan dengan lelaki jadi kamu tidak usah takut karena aku tidak akan jatuh cinta padamu." Balas Wangi merasa yakin. Mereka berdua tidak tahu saja hal menarik apa yang akan menunggu mereka kedepannya.
"Kita sudah sampai mbak, nanti saya harus jemput mbak jam berapa?" Tanya Galih sebelum Wangi turun dari mobil.
"Nanti aku kabari." Jawab Wangi.
"Mbak tahu nomor telpon saya?" Tanya Galih lagi.
"Tidak, tapi saya yakin papa sudah memberikan duluan nomor phonsel saya kepadamu, jadi hubungi saya duluan nanti." Jawab Wangi seraya membuka pintu mobilnya.
"Ohh ya, jangan panggil saya mbak karena saya bukan mbak-mbak tukang jamu." Lanjut Wangi sebelum benar-benar turun dari mobilnya. Galih ingin mengatakan sesuatu namun tertahan karena Wangi sudah turun dari mobilnya dan berlalu pergi begitu saja setelah menutup pintu mobil dengan keras.
"Aduuhh, aku malu banget kenapa harus dia orang yang dipilih papa, mana tadi aku sudah marah-marah lagi. Itu karena sebenarnya aku malu banget. Ini semua gara-gara si Koko sialan, kalau bukan karena dia aku gak akan semalu ini tadi." Gerutu Wangi disepanjang langkahnya memasuki area kampusnya.
Bersambung....
.
.
.
Hai para reader tercinta... Jangan lupa dukungannya ya... Tinggalkan like, komen dan klik favorit untuk mendukung Bang Galih dan mbak Wangi ya... Terimakasih 😘😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Raihan Nurul Hakim
kapan lanjut ny Thor cerita ny bagus bnget
2022-06-26
1
Wiwit Wilowati
lanjut thor ceritanya bagus banget
2022-06-24
1
Norlida Othman
aps yang harus ku katakan
2022-06-24
1