Dara Dan Dosen Tampan

Dara Dan Dosen Tampan

Awal mula pertemuan

Tertatih aku berjalan di lorong rumah sakit, semua tungkai ku terasa lemas. Pria satu-satunya yang aku punya di dunia ini sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan berbagai macam alat medis melekat di bagian tubuhnya. Pria tangguh tempat aku mengadu keluh kesah serta tempat aku bersandar selama ini sedang kritis di dalam sebuah kamar rumah sakit.

''kamu mau ke mana?" Sapa seorang Pria dengan suara bass nya yang membuat aku kaget, aku menoleh kebelakang ternyata pria itu mengikuti langkahku di belakang tanpa aku sadari, aku terus terisak memikirkan hidup ku dan Ayah ku ke depannya. Aku benar-benar takut Ayah meninggalkan aku seorang diri di dunia ini.

Aku tak menjawab, aku lanjut membawa langkah ku kedepan tanpa memperdulikan nya.

Aku mendengar Pria bertubuh tegap itu menghembuskan nafas kasar.

"Ayah mu akan baik-baik saja, aku jamin itu,'' dia bersuara lagi.

Aku menghentikan langkahku "Semua gara-gara kamu!" Teriakku protes dan marah, aku menoleh ke arahnya, mendongak dan menunjuk wajahnya.

"Maaf, aku tidak sengaja." Jawabnya datar.

"Percuma ribuan maaf kamu ucapkan, kalau Ayah ku sampai meninggal 'kan aku sendiri di dunia ini, aku tidak akan pernah memaafkan kamu seumur hidup, pria ceroboh!'' umpat ku lagi, aku memukul-mukul dada bidang pria itu, meluapkan semua rasa kesal ku terhadap dirinya. Dia hanya diam berdiri mematung tanpa protes, dia membiarkan aku memukul nya hingga aku puas.

***

Dara mahaswari namaku, usiaku 19 tahun. Hari-hari aku jalani hanya berdua bersama Ayah, Ayah adalah pria tangguh dan pahlawan satu-satunya bagiku. Apapun akan dia lakukan untuk membahagiakan aku. Kami tinggal di sebuah rumah kecil dan sederhana di sebuah Desa di Bandung. Meskipun begitu, kami hidup dengan bahagia. Ayah adalah seorang petani, dan aku, sepulang sekolah aku selalu mengurung diri di rumah.

Sepulang sekolah makanan sudah tersedia di meja makan disiapkan Ayah dan rumah sudah dalam keadaan rapi di bersihkan oleh malaikat tanpa sayap ku. Aku tidak di perbolehkan mengerjakan pekerjaan rumah apapun, Ayah sangat memanjakan aku. Meskipun begitu aku selalu mencuci piring bekas makan aku dan pakaian aku sendiri, aku tidak mau merepotkan Ayah terlalu banyak, karena aku tahu Ayah sudah sangat lelah bekerja mencari sesuap nasi untuk makan kami sehari-hari.

Ayah selalu berpesan agar aku belajar yang giat, supaya aku bisa sukses dan menjadi orang yang berguna suatu hari nanti. Semua pesan Ayah selalu aku dengar baik-baik dan aku patuhi, hingga aku selalu mendapat juara umum di sekolah.

Hingga hari kelulusan tiba pun aku mendapat nilai tertinggi, yang membuat senyum Ayah terukir di wajahnya lelah nya dan membuat dia bangga karena prestasi yang aku capai.

Aku juga mendapat 'kan beasiswa dari sekolah ku untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama di Ibukota, aku merasa sangat bahagia. Aku semakin semangat belajar karena hanya satu mimpiku, yaitu: bisa membuat Ayah bahagia dan bangga dengan semua hasil yang aku peroleh di hari tuanya nanti. Ayah tidak perlu repot-repot lagi menggarap lahan orang untuk mencari makan. Aku bertekad akan menjadi orang sukses dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Akan aku buat orangtua ku satu-satunya itu bahagia di sisa-sisa usianya.

***

Sebelum peristiwa naas itu terjadi.

Siang hari yang terik, aku dan Ayah tiba di Jakarta. Untuk beberapa hari kami akan tinggal di Ibukota, kami akan mencari sebuah kos-kosan yang harganya terjangkau untuk tempat kami berteduh selama kami berada di Jakarta.

"Ayah, kita istirahat di sana dulu ya,'' aku menunjuk ke arah Halte. Aku dan Ayah berada di seberang jalan. Tadi kang angkotnya menurunkan kami di pinggir jalan yang berhadapan dengan Halte.

Ayah mengangguk dengan senyum simpul yang terlukis di wajahnya, aku dan Ayah berjalan beriringan. Kedua tanganku memeluk maf yang di dalamnya terdapat formulir pendaftaran mahasiswa baru yang telah di isi dan rencananya setelah ini kami akan mengantar ke Kampus dan setelah itu kami baru akan mencari kos-kosan.

Kami menyebrang jalan dengan hati-hati, aku berada di depan dan Ayah di belakang aku.

Tiba-tiba saja saat belum sepenuhnya kami berada di tengah jalan sebuah mobil sport bewarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Aku kaget bukan main, dengan repleks aku menarik tangan Ayah agar Ayah berjalan lebih cepat kepinggir, tetapi Ayah malah mendorong tubuh ku.

''awas Dara,'' teriak Ayah.

''Ayah ....''

Brak!

Aku terpelanting kepinggir jalan, sementara Ayah. Aku menoleh kebelakang.

Ayah telah terkapar di jalan dengan darah berlumuran di bagian kepalanya. Ayah tidak sadarkan diri, tertatih aku berjalan ke arah Ayah. Dada ku terasa sesak melihat keadaan Ayah yang tak kunjung membuka mata, berulang kali aku berteriak memanggil nama nya.

Terpopuler

Comments

bunda Akram/Aqilah

bunda Akram/Aqilah

bagus cerita'nya

2022-07-25

0

Mawar

Mawar

haa

2022-07-22

0

Arya Weni

Arya Weni

keren critanya

2022-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!