Menyatakan secara langsung

Pagi telah lama menyapa, bahkan jarum jam sudah menunjuk angka sebelas siang. Tapi Jessica masih saja betah berada di bawah selimut tebal di Apartemen miliknya, dia menutup seluruh anggota tubuhnya. Tubuh Jessica menggigil hebat, dia sedang tidak baik-baik.

''Bara.''

''Bara.'' gumam nya lirih. Kedua tangannya mendekap dada.

Selama seminggu ini dia selalu berusaha untuk menghubungi Bara. Akan tetapi Bara sudah memblokir dirinya dari WA maupun sosial media lainnya.

Pernah juga waktu itu Jessica menyusul Bara ke Kampus, tapi Bara malah bersikap acuh. Tak memperdulikan nya.

Jessica merasa begitu prustasi, hingga ia jatuh sakit.

''Sungguh menyedihkan sekali nasibku, dari dulu aku selalu di tinggalkan oleh orang yang aku sayang. Pun kini, aku kira Bara selama ini begitu mencintai aku tapi aku salah menduga. Di suguhkan wanita muda sebentar saja dia malah berpaling. Mama, Papa. Jemput aku.'' racau Jessica. Kondisinya cukup memprihatinkan. Jessica begitu patah hati. Jessica bahkan beberapa kali harus menolak job pemotretan karena dirinya yang tidak bisa fokus untuk bekerja.

Seseorang masuk ke Apartemen milik Jessica tanpa mengabari terlebih dahulu.

''Jess.'' panggil orang itu sedikit berteriak.

Orang itu terus berteriak tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Hingga dia memberanikan diri masuk ke kamar Jessica.

''Oh Jessica, apa yang terjadi?!'' kaget nya. Dia menghampiri tubuh Jessica yang di tutupi selimut, lalu membuka nya pelan.

''OMG! Tubuh kamu panas banget Jess.'' Ucap Milla lagi, tangannya berada di atas kening Jessica. Milla adalah Asisten pribadi Jessica. Dengan cepat Milla mencari handuk kecil hendak mengompres kening Jessica, dia juga mencari Paracetamol.

Milla begitu khawatir, karena baginya Jessica adalah teman, sahabat dan juga sumber pundi-pundi rupiahnya. Kalau Jessica sakit, dari mana aku bisa dapat duit. Pikirnya.

Setelah semuanya dapat, Milla meletakkan handuk kecil lembab di atas kening Jessica. Tangannya yang satu membuka tablet Paracetamol.

''Ini, duduk lah. Kamu perlu meminum ini biar panasnya turun.'' kata Milla membujuk Jessica.

''Ngapain kamu kesini Mill? Aku 'kan sudah bilang, selama tiga hari ini aku pengen istirahat, aku enggak kepengen kerja.'' Jessica berbicara dengan suara sedikit serak, dia bangun lalu menyandarkan punggungnya pada sofa.

''Aku cuma pengen melihat keadaan kamu. Aku begitu khawatir. Kamu susah banget di hubungi. Ini minum'' Milla menyodorkan satu butir tablet, dia sedikit memaksa.

''Aku belum sarapan. Kata Mama aku dahulu, kalau belum sarapan belum boleh makan obat.'' ucap Jessica lesu dengan senyum getir. Wajahnya nampak pucat.

''Pantasan sakit, kamu kok lalai banget. Kamu itu seorang model papan atas Jess. Kamu harus selalu menjaga kesehatan dan penampilan kamu. Kamu enggak boleh gini.'' ucap Milla kesel.

''Aku juga manusia biasa. Terkadang aku merasa sangat capek, dan tidak mau melakukan apapun. Terkadang aku juga merasa sakit. Tapi sakit yang kali ini beda, sakit yang aku rasakan itu di sini. Sakit banget tauk enggak.'' kata Jessica sedih seraya memegang bagian dada.

''Ya ampun, Bara lagi'' ujar Milla.

''Begitulah, aku tidak bisa di perlakukan seperti ini. Aku sangat membutuhkan nya.''

''Hey sadar! Kamu itu cantik, seksi, sempurna. Banyak yang suka sama kamu, sudah lupakan Bara.'' Milla semakin kesel mendengar penuturan Jessica.

''Kalau bicara emang mudah. Kenyataan nya enggak segampang itu.'' sahut Jessica lagi.

''Ah sudahlah. Beristirahat lah. Aku mau mencari makanan dulu di luar untuk kamu.'' Milla berlalu dari hadapan Jessica. ''dulu aja sok jual mahal enggak mau di ajak nikah, sekarang di tinggalin , mewak'' gumam Milla, yang masih bisa di dengar oleh Jessica. Jessica melemparkan kertas majalah kearah Asistennya itu, kertas majalah yang ada di nakas. Jessica merasa tersindir mendengar gumaman Milla.

Setelah itu Jessica menatap ponselnya, dia manatap nomer baru yang masuk di pesan WA. Seseorang telah mengirimkan kepada nya.

''Tidak ada pilihan lain lagi, aku harus menghubungi Dara secara langsung. Akan aku pinta anak bauk kencur itu untuk menjauhi Bara secara langsung. Uhm ... uhm.'' gumam Jessica terbatuk.

****

Di tempat berbeda, Dara dan Bara lagi makan siang di kantin kampus. Ini hari pertama Dara kembali ke kampus. Tadi Dara mendapatkan sambutan yang meriah dari teman-teman nya. Bahkan ada juga beberapa orang Mahasiswa semester enam yang memberi Dara buket bunga.

Bara yang mengetahui itu merasa tidak suka. Dia tidak suka Sang Adik angkat di deketin sama siapapun.

Setelah berpikir panjang dengan menimbang sebab dan akibatnya, akhirnya Bara memberanikan diri untuk berbicara sesuatu ke Dara. Ini atas perintah sang Mama yang terus saja mendesak.

Bara menatap Dara lekat lalu mulai berbicara.

''Dek, kata Mama, Kakak dan kamu harus segera menikah, kare ...'' ucapan Bara terhenti karena Dara terbatuk. Dara yang sedang menyantap mie instan yang sedang mengepul asap merasa kaget mendengar ucapan Bara.

''Uhk, uhk.'' Dara mendadak batuk setelah mendengar ucapan Bara. Bara menyodorkan minuman dengan cepat ke Dara.

''Apa Kak?'' tanya Dara bingung. Wajah Dara nampak seperti orang linglung. ''ini aku yang salah denger, apa Kak Bara yang salah ngomong'' batin Dara.

''Kamu enggak usah kaget gitu ya.'' Bara melihat sekeliling, keadaan kantin sedikit sepi. Lalu Bara mulai berbicara lagi dengan lirih.

''Mama pengen Kakak segera menikahi kamu. Katanya Kakak harus bertanggung jawab sama apa yang Kakak lakukan dulu. Dan Kakak pun menyetujui itu. Kamu mau tidak menikah sama Kakak?'' kata Bara begitu lirih dan pelan.

''Kakak enggak usah becanda gitu. Ini masih siang lho.'' lontar Dara tidak percaya.

''Kakak beneran.'' ucap Bara penuh penekanan.

''Kak Jessica?'' tanya Dara. Sekarang dia sudah sedikit mengerti arah pembicaraan sang Kakak.

''Kakak udah selesai sama dia, Kakak udah putusin Kak Jessica.'' jelas Bara seraya meneguk minuman dingin.

''Iih Kakak kok tega, jahat banget'' Dara mengerucutkan bibirnya. Dara merasa kasihan sama Jessica.

''Itu karena kamu.'' lontar Bara.

''Kok Aku sih?''

''Iya karena kamulah'' jawab Bara enteng.

''Kakak suka sama aku?'' tanya Dara lirih seperti orang berbisik.

''Enggak!'' jawab Bara protes.

''Kalau begitu aku enggak mau menikah sama Kakak.''

''Iya, Kakak suka sama kamu.'' ucap Bara pasrah. Bagaimana pun cara nya dia harus menikahi Dara secepatnya.

''Sejak kapan?'' tanya Dara polos. ''ini anak kok polos amat yak. Ini anak memang harus segera aku ikat dengan pernikahan. Bisa-bisa Dara di manfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab karena kepolosan nya.'' batin Bara.

''Sejak pertama kali kita bertemu.'' Bara berbohong.

''Oh ya?''

''Iya. Kalau kamu, kamu suka enggak sama Kakak?''

''Eng ... Enggak! Tapi, aku mau kok menikah sama Kakak kalau itu atas permintaan Mama. Lagian selama ini Kalian udah baik banget sama aku. Walaupun sekarang aku enggak suka Kakak tapi tidak tau ke depannya bagaimana 'kan. Lagian aku pasti bangga banget bisa punya suami tampan seorang Dosen seperti Kakak.'' oceh Dara begitu percaya diri.

Bara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. ''Aih dasar bocah.'' gumam Bara. Untungnya Dara tidak mendengar.

''Kata Ayah aku dulu, bagusnya sih emang langsung menikah saja kalau udah ketemu sama orang yang cocok. Mudah-mudahan kita cocok ya, Kak.'' ucap Dara lagi dengan mulut masih sibuk menyantap mie.

''Iya. Mudah-mudahan saja.'' jawab Bara dengan senyum simpul. Bara mengambil tissu, lalu membersihkan sudut bibir Dara yang sedikit belepotan. Dara pun merasa begitu tersentuh sama perlakuan lembut sang Kakak, yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Terpopuler

Comments

Sriyanti Anjar

Sriyanti Anjar

lanjt thor

2022-07-20

0

Rizna Madina

Rizna Madina

Lanjut thor..

2022-06-24

0

Sinah Izul

Sinah Izul

semangatt 💪💪

2022-06-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!