Aku membiarkan gadis mungil dengan wajah cantik beralis alis tebal melampiaskan segala rasa kesalnya terhadap ku. Bagaimana pun juga semua memang salahku.
''sudah?'' lontar ku lembut, saat dia berhenti memukul ku. Kepala nya menunduk, wajah cantiknya tertutup oleh rambut panjang. Isakan kecilnya terdengar sendu. Membuat rasa bersalah kian membuncah di hati ku.
Dia tidak menjawab pertanyaan ku, dengan langkah lebar dia meninggal kan aku menuju di mana tempat Ayahnya terbaring tak sadarkan diri karena kelalaian ku.
*****
Bara anggara nama ku. Usiaku 28 tahun. Aku adalah seorang Dosen di universitas ternama di Ibukota.
Siang itu, aku mengendarai mobil sport ku dengan kecepatan tinggi. Aku harus cepat sampai ke Kampus karena ada jadwal mengisi jam pelajaran di Kampus. Tadi, sebelum ke Kampus aku harus menemani tunangan ku dulu untuk nyalon. Permintaan Jessica tunangan ku adalah perintah, aku tidak bisa menolaknya. Kalau sampai aku membantah permintaan dan ucapannya sekalipun dia akan ngambek hingga berbulan-bulan lamanya. Dan aku tidak bisa di perlakukan seperti itu olehnya, aku sangat mencintai nya. Dan aku sangat-sangat bucin, begitu yang aku tahu, belajar bahasa anak-anak zaman sekarang.
Karena terlalu fokus dengan tempat tujuanku, aku tidak memikirkan resiko apa yang bisa aku akibatkan karena kelalaian ku berkendaraan.
Di depan, aku melihat seorang Pria paruh baya dan gadis seusia mahasiswi ku sedang menyebrangi jalan. Dan tiba-tiba.
Brak!
Aku menginjak pedal rem dengan repleks dan terlambat.
Mobil ku berhenti seketika menabrak pembatas jalan. Aku merasa keningku nyut-nyutan karena terbentur bagian depan mobil.
Aku melihat kebelakang, aku mendengar suara wanita berteriak memanggil nama Ayah.
Aku keluar dari mobil dan berjalan cepat kearah gadis kecil yang menangis histeris memangku kepala pria paruh baya yang berlumuran darah.
Aku syok bukan main melihat darah yang begitu banyak. Dengan cepat aku membawa tubuh pria itu kedalam mobil. Aku melihat ada kemarahan besar di mata bening gadis kecil itu.
''ayo masuk, Ayah mu harus segera di tangani,'' perintahku, saat gadis itu masih diam mematung di depan pintu mobil.
Dia menurut, dan mobil aku lajukan dengan kecepatan tinggi lagi menuju rumah sakit. Beruntung nya tadi jalanan sangat sepi, hanya ada kami bertiga di tempat itu, tidak ada saksi lain yang melihat. Tapi, meskipun seperti itu aku merasa sangat bersalah dan berdosa juga atas peristiwa ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika nyawa Ayah dari Gadis kecil ini tidak dapat di selamatkan.
*****
Aku dan gadis itu menunggu di kursi tunggu. Berulang kali ponselku berdering, Jessica terus menghubungi. Tadi sudah aku katakan apa yang terjadi dengan ku, tapi dia terus mendesak agar aku malam ini bersedia menemaninya makan malam bersama rekannya yang sama-sama model ternama. Kepalaku sangat pusing memikirkan hal ini, tetapi Jessica sama sekali tidak mengerti. Dia semakin menambah beban pikiran ku saja.
''Bara ...'' aku menoleh ke arah sumber suara, Mama dan Adikku satu-satunya berjalan cepat ke arah ku dan gadis kecil yang tidak aku tahu namanya dengan cepat. Tadi aku sudah menghubungi Mama agar segera ke rumah sakit untuk menemani aku.
''dasar ceroboh!'' Mama bersuara, sembari tangannya memilin perutku. Mama mencubit perutku cukup sakit.
''hey gadis cantik, maafkan anak Tante, ya'' lembut Mama berucap. Mama jongkok, mensejajarkan dirinya dengan gadis itu, Mama menangkup kedua tangan di pipi gadis kecil lalu memeluk gadis itu. Isakan gadis itu makin terdengar jelas. Mama mengelus punggung nya berulang kali.
''bagaimana keadaan korban yang Kakak tabrak?'' lontar adikku, Shaki.
''masih kritis'' jawabku lesu.
''Ayah, huhuhuhu .... '' gadis itu bersuara di sela-sela isakannya.
''Tanggung jawab lho,'' Shaki menyiku lenganku, dia terkadang memang suka kurang ajar dengan kakak nya ini. Dia sudah duduk di samping aku. Aku dan adikku Shaki hanya terpaut usia dua tahun.
''sudah nangisnya ya, nanti kamu sakit. kamu udah makan?'' tanya Mama menatap manik berair gadis itu.
gadis itu menggeleng.
''Bara!'' Mama protes ke arah aku.
''dia nggak mau Ma'' jawabku jujur.
''aku nggak butuh makan, aku cuma butuh Ayah saat ini,'' Gadis itu bersuara lirih,
''kita doa 'kan bersama-sama ya sayang, semoga saja Ayah kamu bisa melewati masa kritisnya.'' Mama menghapus jejak air mata yang membasahi pipi gadis yang masih belum aku tahu namanya.
gadis itu mengangguk kecil.
''oh ya, nama kamu siapa?'' tanya Mama.
''Dara'' jawab gadis itu dengan suara serak.
''Dara? nama kamu sungguh cantik, secantik wajah mu sayang. Perkenalkan nama Tante Arum. Tante adalah Mama nya Bara.
''Bara?'' ulang gadis itu dengan kening berkerut.
''iya, Bara Anggara. kalian belum berkenalan dari tadi?''
Aku dan Dara menggeleng bersamaan.
Setelah itu terdengar suara derit pintu terbuka, seorang Dokter keluar dari ruang Ayah nya Dara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Dari semua novel yg gw baca.. kenapa hampir 90% yg berprofesi model itu egois, mau menang sendiri, sombong dan angkuh.
walau dia terlihat lembut di depan mata kekasihnya, tapi selalu angkuh dgn orang lain.. dan menganggap si kekasih itu ATM berjalan dan memanfaatkan kebaikan maupun kesetiaan pasangannya.
2022-07-25
1
Marwah
lanjut dong aku penasaran nih
2022-06-04
1
Patrica Anita Siagian
lanjut Thor, seperti nya seru ini
2022-06-04
1