Pedal gas di injak cepat, Bara keluar dari kendaraan roda empat miliknya dengan begitu terburu-buru.
Dia berlari langsung mencari keberadaan Allia. Semua orang yang berada di area kampus merasa heran melihat wajah Bara yang terlihat begitu panik.
Allia duduk di bangku kelas dengan perasaan was-was. Sedetik kemudian sesosok Dosen tampan itu datang menghampiri nya.
''Katakan, Dara di mana? Apa yang terjadi?! Desak Bara, dia mengguncang tubuh Allia. Seketika Mahasiswa beserta para Dosen sudah mengerubungi tubuh Allia dan Bara.
''Hiks! Dara, Dara di culik, Pak.'' kata Allia di sertai isakan kecil. Dia menunduk.
''Bagaimana bisa?'' netra Bara menatap Allia lekat. Sorot matanya tersimpan kemarahan yang amat.
''Ta tadi, aku dan Dara ingin keseberang jalan Pak. Aku minta Dara menemani aku untuk fotocopy tugas dari Pak Anwar. Tapi, saat kami hendak menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan kami. Dua orang bertubuh kekar, seperti preman keluar lalu membekap mulut Dara. Seketika Dara jatuh pingsan. Dan aku ... Aku takut! Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jalanan tadi juga lagi sepi banget. Maafkan aku, karena aku enggak bisa jaga Dara.'' jelas Allia dengan suara serak. Semua orang yang ada di tempat itu kaget mendengarkannya. Mereka semua juga ikut merasa prihatin dan mencemaskan keadaan Dara. Sebagian ada yang mendoakan Dara. Berharap tidak terjadi apa-apa sama Dara.
Brak!
Bara memukul meja cukup keras, kedua tangan nya mengepal kuat, urat-urat nampak menonjol di sana. Setelah itu Bara berlalu pergi, dia keluar dari kelas. Dia akan mencari keberadaan Dara.
Di dalam mobil, Bara menghubungi sang Mama. Mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Mama Arum yang tengah berada di butik memilih gaun pengantin untuk Dara, seketika menjatuhkan ponselnya saat dia mendapat kabar Dara yang di culik.
Begitu juga Shaki dan Papa Handoko. Mereka berdua bergegas pulang. Mereka akan ikut membantu mencari keberadaan Dara.
***
Di jalan raya, sebuah mobil bewarna hitam melaju pesat. Di dalamnya seorang wanita terus berteriak minta tolong.
''Hahahaha ... Berteriak lah sesukamu, sepuas yang kau mau. Hingga suaramu habis sia-sia.'' Jessica berkata dengan di sertai gelak tawa. Jessica merasa amat puas karena telah berhasil menculik Dara.
Jessica duduk di samping Dara. Kedua tangan Dara di ikat kebelakang, pun kedua kakinya juga di ikat.
''Kakak, kenapa Kakak tega?! Lepaskan aku, Kak!'' teriak Dara dengan suara serak.
''Heh wanita kampung! Berhenti memanggilku dengan sebutan Kakak. Aku tidak sudi di panggil Kakak oleh wanita ******, perusak hubungan orang seperti mu!'' kata Jessica penuh penekanan. Kedua tangan Jessica menekan pipi Dara. Membuat Dara mengaduh kesaksian.
''Ka kalian mau bawa aku kemana?'' Tergagap Dara berucap. Air mata membasahi pipinya.
''Aku akan kembalikan kamu ke tempat asal mu. Gara-gara kamu Bara memutuskan aku!''
''Aku mohon jangan lakukan itu Kak. Aku sebentar lagi akan menikah sama Kak Bara. Kasihan Kak Bara dan Mama Arum. Mereka sudah mempersiapkan segalanya. Mereka pasti sangat mengkhawatirkan aku.'' Dara mengiba, sorot matanya memohon agar dilepaskan.
''Heh bocah! Kamu enggak usah pikirkan masalah itu. Karena aku lah yang akan menggantikan posisimu, aku yang akan menikah sama Bara.''
''Huhuhuhu ... Ternyata Kakak jahat! Aku tidak menyangka! Pantas saja Kak Bara bosan dan memutuskan Kakak!''
''Diam!''
Plak!
Jessica merasa begitu murka mendengar perkataan Dara. Dia melayangkan tamparan yang cukup keras ke pipi Dara.
''Aw.'' Dara merasa pipinya begitu perih. Sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.
''Perban mulut kotor wanita ini!'' perintah Jessica kepada orang suruhan nya. Orang suruhan nya mengangguk, lalu dengan cepat menempel perekat ke bagian mulut Dara. Membuat Dara tak bisa bersuara lagi.
Mobil yang membawa mereka terus melaju, ucapan Jessica tak main-main. Dia benar-benar akan mengantarkan Dara pulang ke Kampung, ketempat Dara berasal.
Jessica tersenyum kecut menatap benda pipih yang ada di tangan nya. Benda pipih milik Dara, di depan layar ponsel tersenyum terdapat foto Dara dan Bara yang sedang berpelukan layaknya sepasang kekasih yang begitu romantis, Foto itu sengaja Bara pasang waktu itu.
Jessica menonaktifkan ponsel milik Dara. Lalu melemparkannya keluar.
***
Bara terus saja mencari keberadaan Dara tanpa petunjuk. Dia seperti orang bodoh, hilir mudik tak tahu tujuan. Saat dia melapor ke kantor polisi, polisi menolak laporannya karena belum satu kali dua puluh empat jam.
Karena sudah merasa lelah, akhirnya Bara memilih pulang. Wajah Bara nampak begitu kusut.
Saat sudah sampai di rumah, Mama Arum bertanya antusias.
''Bagaimana Bara, apa sudah ada petunjuk?'' tanya Mama Arum tak sabaran, mata Mama Arum sembab, karena dari tadi ia terus saja menangis. Mama Arum merasa tidak mampu menjaga Dara dengan baik. Mama Arum juga merasa begitu bersalah terhadap almarhum Ayahnya Dara.
''Belum, Ma.'' jawab Bara lesu. Bara duduk di sofa ruang tamu dengan tangan berada di kepala nya.
''Kak Bara apa sudah menemui Kak Jessica?'' tanya Shaki yang sedang duduk di sebelah sang Kakak.
''Jessica?'' gumam Bara.
''Iya. Cuma Kak Jessica orang satu-satunya yang patut kita curigai.'' tambah Shaki lagi seraya melonggarkan dasi Kantor nya.
''Shaki, kamu enggak boleh ngomong gitu.'' kata Mama Arum.
''Tunggu! Kamu ada benarnya Shaki. Selama ini Jessica memang kurang suka sama Dara.'' ujar Bara mengangguk-angguk kepala.
''Kalau begitu ayo kamu temani Kakak ke Apartemen milik Jessica.'' lanjut Bara mengajak sang Adik.
''Baiklah Kak.'' balas Shaki.
Kemudian dua Kakak beradik itu berdiri, berjalan berdampingan, dan melaju cepat ke Apartemen Jessica dengan kendaraan roda empat. Mereka berharap di sana mereka akan menemukan petunjuk.
***
Shaki dan Bara menaiki lift menuju lantai lima. Karena Apartemen Jessica ada di lantai lima. Lift terbuka, mereka keluar cepat. Begitu sampai di depan pintu Apartemen, Bara memencet bel berulang kali. Tapi pintu tak kunjung di buka.
''Bagaimana ini Shaki? Sepertinya Jessica sedang tidak ada di sini.'' ucap Bara putus asa.
''Coba Kakak hubungi nomer Kak Jessica.'' saran Shaki.
''Kakak sudah menghapus dan memblokir kontak Jessica. Tapi ... Kakak akan mencoba menghubungi Asisten pribadinya.'' Bara mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu dengan cepat menghubungi Milla.
''Hallo Milla.''
''Jessica lagi ada di luar kota?''
''Oh ya sudah. Maaf mengganggu waktunya.''
***
Pukul sebelas malam, Jessica dan rombongan sudah sampai di tempat tujuan. Karena rumah Dara yang ada di sudut Desa, membuat mobil kesulitan masuk dan memakan banyak waktu. Jalanan masih berbatu, selama dalam perjalanan berulang kali Jessica mengumpat kesal. Dara terpaksa menunjukkan jalan pulang kerumahnya, karena Jessica mengancam akan menghabisi nyawa nya.
''Buka pintu! Cepetan mumpung lagi sepi.'' perintah Jessica.
''Baik Bos.'' kata orang suruhan Jessica.
Pintu mobil terbuka, lalu pria bertubuh kekar itu mendorong tubuh Dara yang masih di ikat kejalan berbatu di depan rumah Dara. Dara terjatuh, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menangis dalam diam.
Setelah itu mobil Jessica melaju di kegelapan malam, meninggalkan Dara yang terbaring di jalan, dengan posisi kaki dan tangan masih terikat. Mulutnya pun masih di perban.
''Sepertinya malam ini aku akan tidur di jalan. Dingin sekali ya Allah. Ayah .... Huhuhu'' batin Dara pilu. Masyarakat Desa biasanya memang tidur lebih cepat, jalan begitu sepi. Sepertinya tidak akan ada orang yang akan menolong Dara malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sriyanti Anjar
jaht si jesika,,awas kamu nanti kalo bara tau
2022-07-20
0
Adila Ardani
nga nyangka Lila sejahat itu sama dara di bayar brp sama jesica
2022-07-20
0
Endang Winarsih
makin seru.. lanjut
2022-07-19
0