Berulang kali Bara terjatuh saat di gandeng Jessica, tetapi dengan sabar Jessica menuntun sang kekasih.
''Berat banget sih kamu Beib,'' gerutu Jessica saat mereka sudah berada di kamar. Bara berbaring terlentang di kasur dengan gumaman-gumaman yang tak jelas.
Dengan perlahan Jessica melepas sepatu Bara, setelah itu naik ke atas, Jessica membuka kancing kemeja Bara satu persatu dengan bersemangat.
''Jangan sentuh aku Jess, kita udah putus!'' ucap Bara seraya menyingkirkan tangan Jessica dari dada bidangnya. Matanya terpejam tapi dia masih sedikit sadar. Jessica kaget mendengar ucapan Bara.
''Iihh, putus apaan sih?! Kamu membuat aku kesel aja!'' gerutu Jessica dengan wajah cemberut.
''Iya, kan tadi aku udah mutusin kamu. Kurang jelas apa? Atau mau aku ulangi? Hehehe ...''
''Makin ngaco aja kamu Beib'' protes Jessica. Jessica menimpuk wajah Bara dengan bantal. Bara duduk, dia merasa perutnya begitu mual.
''Aku beneran. Karena nanti setelah Dara berhasil melewati masa kritisnya aku akan segera menikahinya. Hahaha, kamu jangan marah ya. Lagian Dara jauh lebih cantik dari kamu'' lagi-lagi Bara berbicara dengan disertai tawa sumbang. Lalu setelah itu dia muntah, lantai kamar basah karena cairan yang keluar dari mulutnya.
Wajah Jessica memerah setelah mendengar perkataan Bara. Hatinya terasa sakit mendengar pengakuan dari sang tunangan. Tidak dia peduli kan lagi Bara yang muntah-muntah.
Tangan Jessica terkepal erat. ''terkadang omongan orang mabuk lebih jujur dari apapun.'' batin Jessica berkecamuk geram.
Usai muntah Bara terkapar lagi di kasur.
''Apa kamu tidak mencintai aku lagi?'' tanya Jessica dengan dada turun naik.
"Entahlah.'' jawab Bara enteng.
''Entahlah kata mu. Bukankah dulu kamu begitu mencintai aku dan berulang kali meminta agar pernikahan kita segera dilaksanakan. Lantas apa ini?! Kenapa kamu memutuskan aku seenak jidat mu tanpa memikirkan perasaan ku!'' teriak Jessica.
''Aku merasa perlahan rasa cintaku ke kamu semakin memudar. Aku bosan dengan sikap egois mu dan penolakan kamu dulu. Kamu selalu menolak untuk segera aku nikahi. Hingga kita sering berpacaran melampaui batas, berhubungan suami istri tanpa ada nya ikatan pernikahan. Kita sudah banyak berbuat dosa. Aku rasa Dara lebih baik, dia masih suci. Dia pasti masih perawan. Berbanding terbalik dengan diri mu, aku rasa aku bukan pria pertama yang menyentuh mu.'' racau Bara yang setengah sadar.
Perkataan Bara sungguh membuat emosi Jessica naik sampai ke ubun-ubun. Dia repleks menimpuk wajah Bara dengan bantal berulang kali. Tapi tidak sedikit pun Bara berusaha untuk menepis. Malahan Bara kembali bersuara.
''Sekarang aku baru menyadari dan memikirkan. Yang di butuhkan pria saat menikah adalah mencari pasangan yang baik, yang bertutur kata lembut, dan yang pasti masih segel. Karena wanita kelak akan menjadi seorang Ibu yang akan menjadi guru pertama untuk anak-anak nya. Aku rasa itu semua tidak ada di dirimu. Aku sudah memikirkan nya dengan matang-matang. Kau wanita tidak benar!''
Perkataan telak dari Bara membuat air mata Jessica menetes. Pecah sudah tangis nya.
''Aku memang kotor! Memang! Aku begini karena keluarga mu!'' teriak Jessica dengan suara serak. Dia terisak menangis dengan kedua tangan menutupi wajah. Tangisannya terdengar pilu.
Sedangkan Bara, Bara sudah mengeluarkan suara merdu. Dia sudah terlelap dengan dengkuran kecil tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Bayang-bayang masalalu memenuhi otak Jessica. Bayang tentang sang Papa yang meninggal seketika karena jantungan mendapat kabar bangkrutnya perusahaan. Bayang sang Mama yang rela menjadi wanita malam untuk tetap bertahan hidup menghidupi dirinya yang baru tamat sekolah menengah pertama. Setelah itu hancur masa depan Jessica, sang Mama stress karena memikirkan hutang yang menumpuk. Dan Jessica terpaksa menjual diri di usia cukup belia untuk membiayai pengobatan sang Mama. Tapi naas nya nyawa sang Mama juga tidak bertahan lama.
Setelah kematian sang Mama, hidup Jessica benar-benar kacau. Tertatih dia bangkit seorang diri. Jessica bertekad dalam dirinya untuk menjadi orang sukses dengan cara apapun, dia juga bertekad membalas dendam sama keluarga yang menghancurkan keluarga nya, keluarga yang membuat perusahaan sang Papa bangkrut.
Setelah mencari tahu identitas tentang keluarga Handoko. Jessica yang sudah menjadi model terkenal itu berusaha mendekati Bara. Gayung bersambut, usaha nya membuahkan hasil hingga ia bisa masuk ke dalam keluarga Handoko. Niatnya ingin menghancurkan keluarga Handoko terbuka lebar. Tapi sekarang sepertinya dia sudah terjebak akan cinta seorang Bara. Tapi di sisi lain rasa dendam masih terus membara.
Jessica menatap lekat ke arah Bara yang terlelap. Jessica berbaring di samping Bara, tangis nya sudah reda.
Jessica menatap wajah Bara yang paripurna, hidung mancung, alis tebal, bibir tipis menggoda dengan rahang di tumbuhi bulu-bulu kecil.
''Aku bukan wanita lemah. Aku tidak akan jatuh setelah mendengar perkataan mu yang sungguh menyakitkan.'' Jessica membelai lembut pipi Bara. ''Dara, aku tidak akan tinggal diam. Sekarang wanita kampung itu sedang koma, tidak sulit bagiku untuk mengakhiri hidupnya, menyingkirkan nya dari keluarga mu. Semua rencana ku seketika hancur karena kehadiran nya.'' batin Jessica tersenyum getir. Setelah itu dia memeluk tubuh Bara erat. ''Jangan katakan ini yang terakhir, aku ingin tidur di samping mu untuk lebih lama lagi'' gumam Jessica seraya mencium aroma tubuh Bara yang begitu dia rindukan.
***
Di rumah sakit, Mama Arum khawatir memikirkan Bara. Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi Bara tak kunjung kembali.
Penyesalan menyelusup di hati Mama Arum, dia merasa menyesal karena tadi telah berkata kasar kepada Bara.
''Aku sebenarnya akan sangat senang kalau Bara yang menikahi Dara. Tapi bagaimana dengan Jessica? Jessica pasti tidak akan terima. Rumit sekali Ya Allah.'' gumam Mama Arum dengan memijat kecil keningnya.
''Ma, sudah. Ayo istirahat sebentar, matahari sebentar lagi akan keluar kembali. Tapi Mama belum ada sedetik pun memejamkan mata, nanti Mama sakit. Kan repot kalau sudah sakit semua nya.'' kata Papa Handoko lembut seraya membelai punggung sang Istri.
"Baiklah Pa.'' jawab Mama Arum menurut. Setelah itu mereka berbaring di sofa yang ada di rumah sakit. Rasa sayang terhadap Dara membuat pasangan suami istri itu rela tidur di rumah sakit, menemani Dara hingga 24 jam penuh.
Papa Handoko ikut menemani Mama Arum di rumah sakit. Shaki sudah pulang karena besok dia akan kembali di sibukkan dengan pekerjaan yang tiada sudah nya.
Sedangkan Dara masih terbaring kaku dengan alat medis yang menempel di sebagian tubuhnya.
****
Keesokan paginya, Bara terbangun dengan wajah kaget. Alarm subuh dari ponselnya berbunyi membangun nya. Dia kaget karena melihat Jessica yang ada di sampingnya, Jessica yang masih tidur nyenyak.
Bara melihat dirinya dan juga Jessica. ''Alhamdulillah masih aman'' batin Bara, dia merasa lega karena melihat pakaiannya dan Jessica masih melekat sempurna di tubuh. Bara bangun dengan diam-diam. Dia takut membangun kan Jessica.
Bara merasa kepalanya begitu sakit, dia berjalan menuju laci, lalu mengambil kertas dan bulpen yang ada di laci. Bara menulis sepucuk surat untuk Jessica. ''Mungkin ini pertemuan terakhir kita, aku harap kamu selalu bahagia dan bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari aku. Jaga diri baik-baik. Aku pergi. Maafkan aku yang banyak salah.'' tulis Bara dengan perasaan sedikit berat. Setelah itu dia meletakkan surat di atas tas Jessica yang tergeletak di kasur. Bara pergi dengan diam, meninggalkan Jessica yang masih terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sriyanti Anjar
lanjut
2022-07-20
0
Rizna Madina
Lanjut thor, makin seru..
2022-06-20
3