Sahabat yang tak setia

Pagi hari yang cerah. Suara burung-burung berkicauan, ayam-ayam berkokok panjang saling bersahutan. Suasana di pedesaan terasa sangat sejuk dan damai. Tak ada polusi, udara terasa begitu segar. Sangat menenangkan, berbeda sekali sama udara kota yang sudah di cemari oleh asap kendaraan dan pabrik-pabrik liar.

Gadis malang yang hanya tinggal sebatang kara itu masih terbaring di jalanan berbatu, meringkuk dengan mata tertutup, dia tak sadarkan diri. Tadi malam hujan begitu deras mengguyur bumi pedesaan, gadis itu hanya bisa pasrah saat tetesan hujan membasahi anggota tubuhnya dengan membabi buta tanpa ampun. Dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk berlindung dari hujan karena tangan dan kakinya yang terikat. Berteriak pun tak bisa, karena mulutnya masih di perban. Hanya air mata yang terus menetes, bersatu dengan air hujan.

Masyarakat Desa yang hendak pergi mengais rezeki di ladang maupun di sawah di kaget kan dengan penemuan seorang gadis muda yang tergeletak di jalan. Mereka berbondong-bondong ingin melihat siapakah gerangan.

''Ini Dara anaknya Pak Buhri. Cepat kita tolong. Nadi nya masih berdenyut.'' teriak seorang pria berusia sekitar enam puluh tahun. Pria itu merupakan salah satu tetangga Dara. Buhri adalah nama Ayah Dara.

''Astaugfirrullah, apa yang terjadi? Kenapa Dara bisa seperti ini? Siapa yang melakukan nya, tega sekali orang itu!'' ucap seorang Ibu yang berusia sekitar empat puluh tahun.

''Ayah nya Dara di mana ya kira-kira?'' timpal seorang Bapak-bapak lagi. Masyarakat Desa itu memang belum mendapat kabar tentang kematian Pak Buhri. Mereka semua merasa iba, bingung dan kaget atas musibah yang terjadi pada salah satu warga mereka.

Setelah itu tubuh Dara yang lemah dengan baju basah kuyup di bawa oleh warga setempat kerumah Mbok Darmi. Kerumah yang ada di samping rumah Dara.

Begitu sampai dirumah berdinding papan tersebut, tubuh Dara di baringkan di kasur tipis. Warga bersama-sama membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Dara. Mereka juga membuka perban di mulut Dara.

''Dara. Ya Allah apa yang terjadi sama kamu Dara.'' anak muda seusia Dara berucap lirih, dia merasa begitu prihatin. Anak muda itu merupakan salah satu teman Dara di Desa.

''Mohon kalian keluar dulu ya, saya akan menggantikan pakaian Dara terlebih dahulu. Kasihan dia.'' ucap Mbok Darmi. Mbok Darmi adalah salah satu tetangga yang paling dekat sama Dara. Ia sangat menyayangi Dara selama ini.

Setelah itu warga lain keluar. Mbok Darmi mengganti pakaian Dara dengan telaten. Beliau juga membalur minyak kayu putih serta obat-obatan tradisional ke seluruh anggota tubuh Dara.

''Cah ayu, bangun Nduk. Ayah mu di mana Nduk? Apa yang terjadi sama kalian selama kalian berada di kota.'' Mbok Darmi berbicara lirih sambil mengusap pucuk kepala Dara.

Sedetik kemudian Dara terbatuk-batuk, dia membuka matanya pelan.

''Dara, kamu sudah sadar, Alhamdulillah.'' Mbok Darmi berucap syukur dengan mata berkaca-kaca.

''Mbok, ini beneran Mbok 'kan? aku kangen.'' lirih Dara berucap dengan tatapan sayu.

''Iya, ini Mbok Sayang.'' Mbok Darmi mendekap tubuh Dara erat.

Setelah itu warga yang ada di luar tadi kembali masuk ketika mereka mendengar suara Mbok Darmi.

Mereka semua juga mengucapkan Alhamdulillah melihat Dara yang sudah sadar.

Dara duduk bersandar pada dinding, dan warga mulai bertanya kepada nya dengan pelan.

''Apa yang sebenarnya terjadi Dara? coba ceritakan sama kami di sini, insya Allah kami akan membantu. Dan juga Ayah mu di mana Dara? dari tadi kami tidak melihat keberadaan beliau.'' kata Pak RT.

''Ceritanya panjang Pak. Dan tidak mungkin aku ceritakan. Kalau Ayah, Ayah sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, Pak.''

''Innalillahiwainnaillahirrojiun,'' ucap para warga serentak. Mbok Darmi tiba-tiba tergugu mendengar perkataan Dara. Mbok Darmi menangis pilu.

''Di mana makam Ayah mu Nduk?'' tanya Mbok Darmi dengan suara serak.

''Ayah di makamkan di Jakarta Mbok. Orang yang menabrak Ayah mau bertanggung jawab dan mereka sangat baik.'' jelas Dara apa adanya.

***

Di tempat berbeda, di rumah Bara.

Selama semalaman Bara dan anggota keluarga nya tidak tidur. Mereka begitu gelisah memikirkan keberadaan Dara yang tak tahu di mana.

Bara yang sedang di kamar berulang kali menghubungi ponsel Dara yang dia beli waktu itu, tapi dari kemarin ponsel Dara tidak aktif.

Bara melampiaskan kekesalannya dengan menonjok dinding kamarnya. Seketika buku tangannya memar dan sedikit mengeluarkan darah.

''Aku tidak becus! Menjaga Dara saja aku tidak mampu. Harus kemana lagi aku mencari keberadaan Dara. Aku sangat takut seseorang mencelakainya dan berbuat tidak-tidak sama dirinya.'' gumam Bara terlihat putus asa.

Tiba-tiba Mama Arum datang menghampiri sang putra.

''Bara, udah kamu enggak boleh mencelakai diri mu seperti itu. Kita tetap berdoa ya, semoga saja ada petunjuk tentang keberadaan Dara.'' kata Mama Arum lembut. Mama Arum mengusap tangan sang putra yang memar.

''Iya Ma.'' sahut Bara.

''Iya sudah, lebih baik kamu beristirahat sebentar. Pejamkan mata mu sejenak, Mama juga akan tidur sebentar. Nanti kita lanjutkan lagi mencari Dara. Papa dan Shaki sudah tertidur tuh di ruang tamu. Mereka seperti nya juga sangat kelelahan.'' ucap Mama Arum setelah itu dia keluar dari kamar Bara. Bara pun membaringkan tubuhnya, mencoba menyelam ke alam mimpi. Dia berharap akan bertemu dengan Dara, entah kenapa rasanya Bara sangat merindukan calon istri kecilnya itu.

***

"Ini buat kamu.'' Jessica memberikan amplop bewarna kuning kepada Allia.

''Terimakasih Kak.'' Allia tersenyum sumringah menerima amplop itu. Amplop yang terasa begitu tebal.

''Iya, terimakasih juga kerja bagusnya. Kamu memang sangat dapat di andalkan. Jaga rahasia kita ini jangan sampai ada satu orangpun yang tahu.'' pesan Jessica. Saat ini Jessica sedang berada di kos-kosan Allia. Jessica menutup wajahnya dengan Hoodie dan masker.

''Itu pasti kak. Kakak tenang aja.'' sahut Allia.

''Ya sudah, kalau begitu aku pulang.'' Jessica keluar dari kos-kosan Allia dengan melirik ke kiri ke kanan. Dia takut seseorang membuntuti nya. Dia selalu bersikap waspada.

Allia mengangguk kecil, setelah Jessica keluar, Allia menutup pintu kamar kos nya cepat. Lalu dia membuka amplop, saat amplop sudah terbuka, pecah lah tawanya. ''hahahaha ... Aku banyak uang. Hore ... Aku kaya. Aku enggak perlu pusing lagi mikirin uang buat bayar kos dan buat makan.'' racau Allia disela-sela tawanya. Uang-uang itu dia lempar ke atas lalu berhamburan jatuh di lantai dan di dirinya. Hanya karena uang Allia tega mengkhianati sang sahabat, dia sungguh tidak punya hati dan rasa empati.

Terpopuler

Comments

Sriyanti Anjar

Sriyanti Anjar

nexs thor

2022-07-20

0

Adila Ardani

Adila Ardani

Deket kampus kan ada cctv meureun masa iya nga bukti

2022-07-20

0

Endang Winarsih

Endang Winarsih

Alllia jahat banget...

2022-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!