Bertemu orang tua kandung

Keesokan harinya, sekitar pukul sepuluh pagi.

Dara tengah menyapu halaman rumahnya yang dipenuhi oleh daun-daun kering, daun yang berasal dari pohon mangga yang terdapat di halaman rumah.

Tadi malam Dara sudah mulai tidur di rumahnya dengan di temani Mbok Darmi. Dara merasa rindu sama rumah itu, dia tidur di kamar sang Ayah, sepanjang malam Dara memeluk salah satu baju Ayah nya. Mencoba melepas rindu di sana.

Sedangkan Mbok Darmi sekarang sudah pulang kembali kerumahnya yang ada di sebelah. Jaraknya hanya beberapa langkah.

Selesai menyapu, Dara duduk melamun di teras, keringat membasahi keningnya. Sesekali Dara menghapus keringat yang menetes.

''Apa kabarnya ya Mama Arum, Kak Bara, Kak Shaki dan Papa Handoko sekarang? Aku kangen sekali sama mereka.'' batin Dara, wajah Dara terlihat begitu sedih.

''Ternyata orang-orang kota banyak yang bermuka dua. Di depan terlihat baik tapi di belakang jahat sekali. Apa Kak Bara sudah menikah sama Kak Jessica? Kalaupun iya, itu bagus. Kasihan juga sama Kak Jessica yang sepertinya begitu terobsesi sama Kak Bara.'' gumam Dara lagi lirih dengan tatapan menerawang ke Ibukota.

''Rasanya aku masih pengen sekali kuliah, aku kangen sama Allia dan teman-teman lain yang ada di Kampus. Kak Jessica jahat! Tega-teganya dia menghancurkan masa depan aku hanya karena seorang laki-laki. Kalau dia masih mencintai Kak Bara kenapa dia enggak ngomong baik-baik saja sih sama aku. Aku kan bisa menjauhi Kak Bara.'' Dan lagi-lagi Dara bergumam. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak habis pikir sama kejahatan yang tega Jessica lakukan kepadanya.

Saat Dara tengah melamun, tiba-tiba dia di kaget kan dengan bunyi klakson mobil. Dara menatap kearah sumber suara.

Sebuah mobil hitam mengkilap keluaran terbaru berhenti tepat di luar pagar bambu rumahnya. Mobil itu berhenti di jalanan berbatu.

''Siapa sih? Apa Kak Bara?'' jantung Dara tiba-tiba berdebar tak karuan. Dara berdiri, dia beranjak dari teras, lalu dia berlari kedalam rumah setelah itu dia menutup pintu cepat. Dara takut kalau itu Bara, Dara rasa dirinya belum siap ketemu keluarga Bara, Dara masih takut sama ancaman Jessica. Meskipun sebenarnya Dara merasa sangat rindu sama Bara. Tiap kali Dara mengingat wajah tampan Bara, Dara merasa ada yang berbeda yang dia rasa di lubuk hatinya.

Dara mengintip dari lobang kecil yang terdapat pada pintu. Pintu kayu yang sudah mulai lapuk.

Dia melihat sepasang suami istri berjalan kearah pintu tempat nya mengintip. Sepasang suami istri itu saling merangkul. Romantis sekali. Pikir Dara.

''Siapa sih?'' batin Dara. Jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan.

Kemudian setelah itu terdengar dari luar suara perempuan mengucap salam.

''Assalamu'alaikum.'' Suara wanita itu terdengar lembut seraya mengetuk pintu.

''Walaikum'sallam.'' jawab Dara dalam hati.

''Buka tidak, buka tidak, buka tidak.'' lagi Dara bergumam sambil menghitung jari-jari nya.

''Assalamu'allaikum.'' lagi, kini suara bass pria yang terdengar.

''Walaikum'sallam.'' Dara akhirnya menjawab. Dia membuka pintu pelan.

Begitu pintu terbuka, sepasang suami istri itu menatap Dara lekat, dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Dara yang hanya memakai piyama usang merasa malu di perhatikan. Dia merasa grogi dan salah tingkah.

''Ya, ada perlu apa ya Pak, Bu?'' ucap Dara sopan dengan mimik wajah sulit di artikan, cengengesan tidak jelas.

''Siapa nama mu cantik?'' tanya wanita itu dengan suara serak. Suaminya mengangguk.

''Na-nama aku Dara.'' jawab Dara sedikit gugup senyum simpul terbit di wajahnya.

''Ya Allah. Alhamdulillah, syukurlah. Putri ku.'' wanita cantik khas wanita sosialita itu lalu memeluk tubuh Dara erat. Dia tergugu, air mata jatuh begitu saja dari pelupuk. Dara yang tiba-tiba di peluk merasa kaget.

Sang pria yang masih tampan di usia nya yang sudah hampir lima puluh tahun itu juga menatap Dara dengan begitu lekat. Pria itu akhirnya juga ikut memeluk istrinya dan Dara.

''Uhuk ... Uhukk ... Uhukkk ...'' Dara terbatuk-batuk karena merasa sesak di peluk oleh dua orang sekaligus.

Dua pasang suami istri itu lalu melepaskan pelukan mereka dari tubuh Dara.

''Lihat Ma, Dara sangat mirip sama Mama waktu masih muda.'' kata pria itu.

''Iya, Pa. Hidungnya mirip sekali dengan hidung Papa. Begitu mancung. Dia sangat manis.'' kata sang perempuan itu lagi.

Sedangkan Dara yang mendengar obrolan suami istri itu merasa tersentuh. Dia juga menatap mereka lekat dengan bergantian.

''Ka-kalian orang tua aku? Mama Papa kandungku?'' tanya Dara.

''Iya Sayang, kita ini orang tua mu.''

''Beneran?''

"Iya. Hiks.'' lagi-lagi Mama kandung Dara memeluk Dara. Tangis Dara pun pecah. Mereka menangis bersama-sama dalam posisi masih berdiri di depan pintu.

''Huhuhu ... Kalian kenapa tega membuang aku saat aku bayi dulu.'' racau Dara sesenggukan.

''Kalian tidak menyayangi aku.'' lagi Dara berucap.

''Tidak, tidak seperti itu Sayang. Kamu salah. Kami sangat menyayangi kamu, kami melakukan ini hanya untuk melindungi kamu dari orang-orang jahat.'' Mama Dara yang bernama Bella berkata pelan dan lirih. Dia meraup kedua pipi Dara. Menghapus air mata Dara dengan jari tangannya. Sedangkan Ayah kandung Dara yang bernama Prasetyo atau yang biasa di pangil Pras juga merasa air matanya telah mengenangi peluk mata, dia merasa begitu terharu.

Mbok Darmi yang sedang memasak menu makan siang di rumahnya merasa terpanggil dan penasaran mendengar suara obrolan dan isakan di luar. Dia mematikan api dapur lalu berjalan dengan cepat keluar rumah menuju rumah Dara.

Mbok Darmi ikut terkejut melihat siapa yang ada di depan pintu rumah Dara. Mereka adalah orang yang sama dengan orang waktu itu. Mereka orang tuanya Dara. Pikir Mbok Darmi.

''Assalamu'alaikum.'' sapa Mbok Darmi. Lalu Dara, Mama dan Papa nya menoleh ke arah sumber suara.

''Walaikumsallam.'' jawab mereka bersamaan. Setelah itu Mbok Darmi, Dara dan kedua orang tua Dara mengobrol di dalam rumah Dara. Mereka duduk lesehan di atas lantai yang di tutupi tikar tipis.

Bella menatap prihatin kondisi rumah yang di tempati putrinya, sebenarnya rumah itu sudah sangat nyaman bagi masyarakat Desa. Tapi karena Bella yang sudah terbiasa dengan kemewahan merasa rumah itu sedikit tidak layak.

Bella dan Pras bertanya di mana Ayah Dara, karena dari tadi mereka tidak melihat Ayah Dara. Setelah itu Mbok Darmi menceritakan semuanya, semua yang pernah Dara cerita kepada Mbok Darmi waktu itu.

Bella dan Pras pun di buat terkejut, apalagi saat mereka tahu sang putri yang mereka sayangi pernah di celakai oleh orang lain. Mereka merasa tidak terima.

''Sayang, kamu ikut Mama dan Papa hari ini ke kota ya. Kamu tinggal bersama kami.'' bujuk Bella lembut.

''Mama dan Papa akan memasukkan kamu ke Kampus bergengsi di Kota.''

''Kamu akan menjadi orang hebat dan sukses, Mama jamin itu Sayang.''

Dara menatap ke arah Mbok Darmi meminta persetujuan, Mbok Darmi pun menganggukkan kepalanya.

Setelah itu Dara bersiap-siap untuk ikut orang tuanya, sebelum berangkat, Mbok Darmi mengajak Dara, Bella dan Pras untuk menyantap makan siang dulu di rumahnya. Kebetulan Mbok Darmi juga memasak banyak hari ini.

***

Di tempat berbeda, Mama Arum tengah berada di kamar yang di tempati Dara dulu. Mama Arum membuka jendela, membiarkan udara luar masuk ke kamar itu, setelah itu Mama Arum duduk di pinggir kasur. Dia mengelus lembut sprei yang ada di atas kasur, bekas Dara tidur di atasnya.

''Mama kengen.'' gumam Mama Arum. Tiba-tiba saja Mama Arum teringat sesuatu, ''Ah iya, kenapa aku tidak melihat alamat tempat Dara berasal, aku bisa melihat di ijazahnya, ijazah Dara 'kan masih tertinggal di sini. Kami belum mencari Dara ke kampung halaman, tidak tahu saja 'kan, siapa tahu Dara pulang ke kampungnya.'' Mama Arum tersenyum mengembang, setelah itu dia membuka laci, mengambil berkas-berkas penting milik Dara.

Begitu sudah ketemu sama apa yang dia cari, Mama Arum menghubungi Bara, Shaki dan Papa Handoko cepat. Meminta mereka pulang, karena setelah ini Mama Arum akan segera mengajak Bara berangkat ke kampung halaman Dara.

**

Di tempat berbeda, Jessica menyesap jus jeruk kesukaannya. Sekarang dia dan Bara sedang duduk di Cafe tempat biasa mereka ketemuan. Ini hari kedua mereka bertemu kembali setelah putus waktu itu.

''Bagaimana Dara? Apa sudah ketemu Beib?'' tanya Jessica sok baik dan peduli.

''Masih belum, tapi aku dan keluargaku akan selalu berusaha mencari keberadaan nya.'' jawab Bara. Jessica mengangguk seakan setuju, padahal yang dia inginkan Dara tidak akan pernah di temukan lagi sama Bara dan keluarganya.

Tiba-tiba setelah itu ponsel Bara yang ada di atas meja berdering. Bara melihat nya lalu mengangkat nya cepat.

''Iya Ma''

''Kamu di mana Bara? Cepetan pulang ya, Mama punya petunjuk baru, Mama baru saja melihat Ijazah Dara. Mama pikir bagaimana kalau kita mencari Dara ke kampung halamannya. Siapa tahu Dara ada di sana 'kan?!''

''Iya, Mama betul. Kalau begitu Bara pulang sekarang juga.''

Jessica yang duduk tidak jauh dari Bara bisa mendengar dengan jelas obrolan antara Bara dan Mama Arum. Tiba-tiba saja wajah Jessica berubah pucat.

Terpopuler

Comments

Sriyanti Anjar

Sriyanti Anjar

sampai disini aq suka ceritanya

2022-07-20

0

Yani Risky Yani

Yani Risky Yani

seru lanjut kakak...

2022-06-28

1

Realme Gmp

Realme Gmp

lanjut

2022-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!