Langkah kaki Dara yang penuh harap langsung tertuju ke arah Dokter yang masih berdiri di depan pintu kamar Ayah nya. Dokter muda dengan wajah rupawan itu memasang wajah lelah dan sedih.
''Dok, gimana Ayah saya, apa sudah sadar?'' tanya Dara tidak sabaran, dia berharap akan menerima kabar baik.
''mmm .... '' ucapan Dokter ragu.
''kenapa, Dok?''
''maaf, kamu harus sabar dan ikhlas ya, kamu kuat, kamu orang terpilih. Ayah kamu tidak dapat bertahan lagi, beliau sudah meninggal.'' tutur Dokter hati-hati, tatapan nya menatap lekat kedalam manik mata Dara yang sendu.
Dara menggeleng cepat tak percaya dengan tangan menutup mulut. Air mata sudah mengenangi pelupuk matanya. Rasa sesak bersarang di dada.
Bara, Shaki dan Mama-Nya turut merasa prihatin dan sedih mendengar kabar buruk itu dan melihat keadaan Dara yang kacau. Dara masuk dengan cepat ke dalam kamar menuju tempat sang Ayah terbaring kaku, saat sudah sampai.
''kalian kenapa menutup wajah Ayah aku dengan kain putih ini?!'' racau Dara protes menatap para perawat yang mengurus jasad sang Ayah dengan tatapan nyalang. ''Ayah aku masih hidup, Ayah nggak mungkin pergi meninggalkan aku sendiri di dunia ini. Ayah ... Bangun! Cuma Ayah satu-satunya yang Dara punya di dunia ini. Bukankah Ayah ingin melihat Dara sukses, Dara sudah mengisi semua formulir pendaftaran-Nya. Besok Dara sudah mulai masuk Kampus Ayah.'' Dara terus meracau, tangisnya pecah, dia menyingkap kain putih yang menutupi wajah sang Ayah, menciumi wajah sang Ayah bertubi dan mengguncang berulang kali, berharap sang Ayah akan membuka mata menatap nya dengan penuh kasih sayang seperti biasa.
Arum, Mama nya Bara merasa amat sedih dan bersalah melihat kondisi Dara yang begitu kacau. Arum memeluk Dara dari belakang, dia mencoba menenangkan Dara.
''sayang, sudah ya. Ayah kamu sudah beristirahat dengan tenang, kamu harus ikhlas.'' Arum membelai lembut bahu Dara.
''tidak! Ini semua karena anak Tante, kamu pembunuh Bara, huhuhu ....'' Dara menunjuk ke arah Bara marah.
''sudah, tidak baik sayang, semua ini musibah. Mungkin memang ini jalannya, Tante janji setelah ini Tante yang akan menjaga kamu, menemani kamu,'' bujuk Arum sabar dengan suara lemah lembut. Dan akhirnya Dara pun melemah.
Bara menunduk, dia ikut merasa terluka. ''semua memang salah ku, aku berjanji Dara, setelah ini aku akan menjaga kamu. Mengganti kan posisi Ayah mu.'' batin Bara sungguh-sungguh.
****
Setelah itu, keluarga Bara mengurus semua keperluan untuk proses pemakaman Ayah Dara. Dara berulangkali meminta agar Ayah nya di makamkan di kampung halamannya, tapi karena jarak yang cukup jauh yang tidak memungkinkan akhirnya Ayah Dara di makamkan di TPU di Jakarta.
Seminggu berlalu.
Dara tinggal di rumah mewah keluarga Bara. Keluarga Bara memperlakukan Dara dengan sangat baik, Dara pun sama, dia tidak marah lagi sama Bara. Perlahan dia sudah bisa mengikhlaskan kepergian sang Ayah. Dengan mengirimkan doa untuk sang Ayah, Dara merasa jauh lebih baik.
***
"Mama akan mengurus semua segera, agar Dara bisa tinggal selamanya bersama kita. Mama akan mengadopsi Dara. Mama sudah sangat menyayangi nya, dia sudah Mama anggap seperti anak sendiri'' tutur Arum siang hari, saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Sedangkan Dara beristirahat di kamar.
''semua biar pengacara Papa saja yang urus Ma, Mama nggak perlu repot-repot,'' timpal Papa nya Bara, Pak Handoko namanya.
''mmm ... Baiklah, tapi jangan lama-lama ya, Pa''
''Mama tenang aja,'' sahut Handoko.
''Dan kalian berdua, Bara dan Shaki. Terutama kamu Bara, besok Dara sudah mulai masuk Kampus, kamu jaga dia dengan baik. Jangan sampai Dara lepas dari pengawasan kamu. Mama nggak mau anak perempuan Mama satu-satunya sampai kenapa-napa,'' Arum menatap kedua anak laki-lakinya itu secara bergantian memberi ultimatum.
''baiklah, Ma'' jawab Bara dengan mengacungkan jempol nya.
''kakak yakin bisa menjaga Dara dengan baik?'' lontar Shaki ragu.
''maksud kamu?'' mata Bara menyipit melihat sang Adik yang tidak kalah tampan dengan dirinya.
''ahhh ... Kakak nggak takut Jessica marah? beberapa hari ini saja aku lihat wajah Jessica selalu cemberut tiap kali dia kesini dan menatap Dara,'' terang Shaki.
Bara menarik napas dalam, semua memang sudah dia pikirkan beberapa hari ini. Semua terasa berat baginya. Di satu sisi dia sangat mencintai Jessica, tapi dia tidak suka sama sikap manja dan arogan Jessica. Tapi di satu sisi dia juga ingin menebus semua rasa bersalahnya terhadap Dara.
''kalau Kakak lagi jalan sama Jessica, kamu kan bisa jaga Dara,'' lontar Bara.
''apa Kakak lupa, aku ini seorang CEO. Aku lebih sibuk dari Kakak yang hanya seorang Dosen dan tukang bucin. Mana bisa aku menjaga Dara setiap saat. Kecuali hari libur. Kakak ada-ada saja'' jawab Shaki.
''sudah-sudah. Jangan debat lagi kalian. Begini saja. Selama Dara di Kampus kamu tidak boleh pergi keluar meninggalkan Kampus Bara. Kecuali kalau Dara sudah pulang, kamu bisa bebas jalan sama Jessica,''
''aaaa siap, Ma'' jawab Bara enteng.
*****
''sayang, ayo siap-siap. Kita keluar ya, besok kamu 'kan sudah mulai masuk kuliah. Mama akan membelikan semua perlengkapan untuk mu,''
''Mama?''
''ah iya, mulai hari ini kamu panggil Tante dengan sebutan Mama aja ya. Karena Tante udah menganggap kamu seperti anak Tante sendiri''
''baiklah, Ma ...'' sebuah senyum canggung terlukis di wajah ayu Dara. Karena baru kali ini dia memanggil seorang wanita dengan sebutan Mama.
Selamanya ini Dara selalu bertanya kepada sang Ayah tentang siapa Mama nya, tetapi sang Ayah selalu mengalihkan pembicaraan dan mengatakan 'itu tidak penting. Dara tidak butuh Mama, karena Ayah yang akan selalu menjaga Dara,' ucapan sang Ayah selalu terngiang-ngiang tiap kali Dara mengingat dan menginginkan Mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Endang Winarsih
lanjut..
2022-07-18
1
Mbak Chi
mampir kesini gegara liat di fb.🤗mau tak tampung dulu yaa ka author....
semangat terus yaa kaka 😚😚😚
2022-06-07
1
yulia syafitri
bagus thor
2022-06-07
1