Melamar Kerja

Kedua kakak beradik itu cukup menyusahkannya dari siang hingga malam hari.

Kadang saat Shasa tidak bisa menahan kesalnya, ia menangis di kamar mandi agar tiada yang mendengarkan. Sesabar-sabarnya Shasa, kesabaran juga ada batasnya. Kalau sudah begitu ia kembali mengingat kedua orang tuanya dan bersedih. Seakan tak ada jalan keluar baginya dari lubang neraka ini.

Gara-gara itu ia sering bangun terlambat ke sekolah, dimarahi Rika dan anggota keluarga yang lain. Ia sudah maklum, mau bilang apa. Segera bekerja dan mencari uang itu sudah jadi keputusannya agar ia bisa pindah dari rumah itu secepatnya dan hidup bebas sesuai yang ia suka.

-------+++-------

Papa Rika menatap Bima di kursi sofa. Kenapa dia menjemput Shasa? Sebelumnya ia selalu menjemput Rika, tapi ia tidak pernah masuk ke dalam rumah dan menunggunya. Pria itu selalu menunggu di luar. Ada apa ini sebenarnya? "Jadi, Shasa melamar kerja di perusahaanmu?"

"Iya pak," jawabnya sopan.

Kenapa ia jadi pria berbeda? "Mmh ...."

Terdengar suara hak sepatu yang beradu dengan lantai. Rika keluar dengan berpakaian rapi, rok span hingga lutut berwarna hitam dan kemeja berwarna biru dengan sepatu high heels-nya. Ia membawa tas slempang dan sebuah map.

"Kenapa kamu baru mau berangkat? Bukannya interview itu pagi-pagi?" tanya Papa Rika.

"Iya, ini pagi-pagi."

Papa Rika hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Rika melirik sekilas pada Bima. Tanpa berkata apa-apa ia pamit pada Papanya. Ada rasa iri pada Shasa saat ia keluar dari pintu rumahnya, tapi ia coba menahannya. Sedang Bima menyeringai senang karena telah sama sekali tidak menawarkan tumpangan. Itupun juga membuat Papa Rika bingung. Ada apa dengan keduanya? Mereka sama sekali tidak saling sapa?

Baru saja Papa Rika ingin bicara pada Bima, Shasa muncul dengan tergesa-gesa.

"Ah, maaf ya, aku telat bangun." Wajah gadis itu terlihat khawatir.

"Shasa, kenapa kamu telat lagi bangunnya? Kan gak enak kan ... ditunggu yang sama yang punya perusahaan?"

Shasa dan Bima melihat heran pada Papa Rika. Kenapa sekarang Papa Rika seakan peduli?

Pria paruh baya itu menatap Bima. "Tolong ya, titip Shasa."

"Oh, i-iya Pak." Bima menjadi gugup. Bukankah Rika pernah bilang, Papanya galak sehingga ia sebaiknya tidak bertemu dengan orang tuanya itu, tapi sepertinya apa yang di terangkan Rika sama sekali tidak terbukti. Kini ia baru sadar bahwa sedari awal gadis itu memang berniat mempermainkannya. Ia semakin geram.

Bima pamit, begitu pula Shasa. Papa Rika mengantar mereka sampai ke pintu. Bima membukakan pintu Shasa membuat Papa Rika terkesima. Apa Shasa sekarang ....

--------+++--------

Para pegawai berbisik-bisik menatap pintu ruang kantor. Mereka sedang menggosipkan pimpinan mereka yang datang lebih pagi dari biasanya. Bahkan Sekretarisnya pun terkejut karena atasannya datang lebih dulu darinya.

"Eh, tumben bos ganteng lu ...." salah seorang pegawai wanita menanyakan pada Silvi, Sekretaris CEO dengan menggerakkan dagunya.

"Tau deh. Dia nungguin orang kali."

"Lho kok kali? Emang lu gak tahu jadwalnya Sil?"

"Lah, kalo dia buat sendiri, gue kan gak tau lagi."

"Dia gak kasih tau kamu?"

"Mungkin nanti."

Pegawai itu segera menyingkir setelah melihat atasan mereka keluar dari ruangannya.

"Pak." Pegawai wanita itu menganggukkan kepala dengan sopan.

Abra membalas dengan anggukkan. Ia mendatangi Sekretaris yang mejanya berada di depan ruangannya.

"Sil, kalau ada kandidat yang mau di interview, bilang aku ya?"

"Bilang ke semua divisi?"

"Iya."

"Ok Pak."

"Aku mau keliling dulu." Abra meninggalkan Sekretarisnya dan keluar dari ruangan itu. Yang pertama ditujunya adalah departemen HRD.

"Iya Pak?" Seorang pegawai menyambutnya karena Sekretaris bagian HRD sedang keluar.

"Aku ingin tahu tentang lowongan pekerjaan."

"Oh, sebentar Pak." Tak lama pria itu kembali lagi. "Untuk bagian program-program baru dibutuhkan banyak sih Pak tapi bagian editing, kameramen, bantu talent, pokoknya yang pelamarnya fresh graduate(baru lulus) semua Pak."

"Mmh, ini minimal S1 ya?"

"Iya Pak."

"Tapi pekerjaan ini tidak ada hubungannya dengan pendidikan mereka kan?"

"Mmh, iya Pak."

"Jadi seharusnya lulusan SMA bisa dong melamar pekerjaan ini juga?"

"Ini kami melihatnya lebih ke kecerdasan ya Pak. Yang lulusan S1 itu lebih cepat menangkap dan memahami apa yang diistruksikan atasannya dibanding yang lulusan SMA Pak. Juga bisa diberi tanggung jawab. SMA dianggap masih anak-anak Pak."

"Tapi bagaimana kalau anaknya cerdas? Apa yang diminta ia bisa dengan cepat menangkapnya. Seperti mengurus talent, seharusnya tidak perlu S1 kan, karena di agensi artis sendiri mereka-mereka ini malah keluarganya."

"Maaf Pak, kalau begitu, saya tidak bisa jawab karena ini sudah kebijakan dari atas Pak. Saya tidak berani ubah."

"Coba tolong pertemukan saya dengan GMnya, saya mau bicara."

Pegawai itu kemudian permisi, dan masuk ke dalam Ruangan Direksi.

Di tempat lain, Rika sudah mendatangi stasiun tv tempat Abra bekerja. Ia malah mendatangi kantor Abra.

"Maaf Mbak, Bapak sedang keluar," sahut Sekretaris pria itu.

"Kalau begitu saya tunggu aja Mbak."

"Silahkan."

Rika kemudian duduk di salah satu kursi sofa panjang yang ada di ruang tunggu.

---------+++--------

Bima dan Shasa sudah sampai di parkiran kantor Bima. Pria itu memarkir mobilnya di parkiran untuk direksi.

"Kak, aku harus apa?"

Melihat Shasa yang gugup membuat pria itu tersenyum. Gadis ini sangat lucu. Sedari tadi ia perhatikan, gadis ini terlihat gugup sejak naik ke mobil itu. Ia yang tadinya geram, pelan-pelan reda dan memperhatikan gadis itu yang duduk gelisah di kursinya. "Kenapa kamu harus gugup, aku kan pemiliknya."

"Oh, iya." Wajah gadis itu memerah. "Aku gugup Kak," ucapnya polos.

Bima tertawa. "Ayo turun."

Pria itu membawa mereka ke dalam gedung melewati pintu depan. Sebuah ruangan besar terpampang di depan mereka berisi banyak meja yang di beri sekat sehingga walaupun meja-mejanya saling berdekatan, mereka bisa menjaga privasi tiap meja dan bisa fokus dalam mengerjakan pekerjaan.

Namun saat Bima datang, para pegawai menoleh ke arahnya. Terlebih melihat Shasa yang berada di belakangnya.

"Siapa Pak?" Salah seorang pegawai bertanya langsung pada Bima.

"Oh, pegawai baru. Tolong ya?"

Seketika ruangan ramai oleh para pegawai yang berbicara. Mereka menatap Shasa dengan wajah ingin tahu membuat gadis itu semakin bingung.

"Ardan!" Bima menunjuk seorang pria yang duduk di salah satu sudut ruangan, membuat pria itu berdiri menghampirinya.

"Ya Pak."

"Tolong buatkan CV-nya karena dia belum buat."

"Lho kok bisa Pak?" tanya yang lain.

"Ya sudah kerjakan saja." Bima meninggalkan Shasa sendirian di sana. Ia langsung pergi ke ruangannya.

"Sini Mbak." Pria bernama Ardan itu membawa gadis itu ke mejanya. Di sana Shasa duduk di depan sebuah meja berhadapan dengan pria itu. Ardan membuka laptopnya.

"Nama."

"Shanum Andina Prawira."

"Oh namanya Shanum."

Shasa menoleh. Begitu banyak pria berdiri di belakangnya yang membuat gadis itu terkejut.

"Hai Shanum, kenalan dong!" Seorang pria dengan rambut panjang diikat ke belakang, menyodorkan tangannya.

"Saya Toto, duduknya di sana noh!" Seorang pria menunjukkan mejanya yang berada di tengah. Ia mengusap tangan ke bajunya dan menyodorkan tangannya.

"Ih, kamu lucu. Imut-imut." Seorang wanita gemuk dengan berpakaian kaos dan celana katun, menggigit salah satu kuku jemarinya dengan manja.

Shasa terperanjat. Bahkan satu-satu pegawai di sana mendatanginya karena ingin tahu. Ia baru menyadari bahwa pegawai di sana terlihat begitu santai. Bahkan pakaian mereka terlihat apa adanya sesuai dengan karakter mereka masing-masing.

---------+++--------

"Kak, eh Pak!"

Abra menoleh. "Oh, kamu." Ia menghampiri.

"Aku ingin ngelamar kerja Kak. Ini ijazahku," Rika memberikan map berisi ijazahnya pada Abra.

"Pegang saja. Kamu harus ke HRD untuk di tes," terang Abra.

"Oh, ada ya?"

"Iya. Ayo ikut aku!" Abra membawa gadis itu ke luar ruangan.

Rika bersorak dalam hati. Kesempatannya untuk mendekati pria itu terbuka lebar. Mereka melangkah bersama ke ruang HRD.

"Mmh, aku suka dengan puisi yang kamu buat waktu itu. Sejak kapan kamu mulai menulis puisi?"

Ditanya begitu Rika panik. "Eh, itu. Eh, sekitar setahun belakangan. He he he."

"Oh, setahun sudah bisa menulis begitu ya? Hebat sekali. Bisa ajarin aku dong, nulis puisi."

"Eh, oh, itu. Eh, aku sedang iseng saja."

"Iseng aja bisa sehebat itu ya?"

Rika makin salah tingkah. "Oh, bukan. Aku masih belajar. Iseng-iseng tulis punya teman."

"Punya teman? Apa itu bukan plagiat? Kamu tidak bermaksud memperbanyaknya di sosial media kan?"

"Eh? Oh bukan. Aku tadi bilang buat belajar kan?"

"Oh iya. Lain kali jangan ambil kalimat dari puisi teman. Biar sebait tapi itu sudah pelanggaran."

Wajah gadis berambut panjang itu pucat pasi. "Iya."

Abra melangkah mendahului Rika sambil menahan tawa. Benar kan, bukan dia penulisnya. Dasar pembohong!

Mereka sampai di ruang HRD. "Tolong di tes ya? Ada yang baru ngelamar pekerjaan."

"Baik Pak," jawab pegawai HRD.

"Ya udah. Aku tinggal ya?" ucapnya pada Rika.

"Eh, iya Kak, eh Pak." Rika masih canggung.

----------++++---------

Shasa menatap pria berambut gondrong di depannya. Pria itu sedang membaca CV gadis itu dari laptop temannya. Di belakang pria itu, beberapa pegawai pria dan wanita masih berkumpul dan beramai-ramai melihat CV Shasa. Gadis itu masih bingung ia harus bagaimana.

"Mmh." Kepala masing-masing mereka di miringkan secara tidak kompak membuat Shasa semakin cemas. Pria berambut gondrong itu akhirnya angkat bicara. "SMA ya?" tanyanya serius.

"Kenapa Kak, eh Pak?"

"Tidak masalah sih." Katanya tersenyum. "Mungkin kamu bisa masuk Tim Kreatif."

"Tim Kreatif? Apa itu Kak?"

"Bagian yang membuat ide untuk iklan."

Oh, gitu Kak, eh Pak."

"Tentukan, Kak atau Pak manggilnya," canda pria itu.

"Pak," pilih Shasa.

"Aku masih muda. Panggil Kak aja." Pria itu tersenyum. Senyum yang mampu mencairkan suasana.

"Ah, iya Kak." Shasa juga ikut tersenyum.

"Ah, manis juga senyumnya." Pria yang bernama Toto melihat senyum Shasa membuat gadis itu semakin tersipu-sipu.

Pria gondrong itu langsung menoleh ke belakang. "Sudah ... sudah, kembali ke tempatnya masing-masing. Teruskan kerja kalian." Ia bertepuk tangan agar pegawai yang lain bergerak ke kursi mereka masing-masing. Gerombolan orang itu mulai membubarkan diri. Kemudian pria itu menyodorkan tangannya pada Shasa. "Kenalkan namaku Pedro."

"Pedro?" Shasa menyalaminya.

"Haris!!!" jawab yang lain serempak. Shasa tak dapat menahan tawa.

_____________________________________________

Author mulai rada-rada oleng. Kasih semangat dong dengan like, komen, vote, dan dan hadiah juga koin. Ini visual Damar Artha Prawira. Salam, ingflora. 💋

Author Indah Wulandari menulis tentang mafia perempuan dengan judul Aku Mafia bukan bidadari.

Terpopuler

Comments

Ratna Dadank

Ratna Dadank

weewww...ganteng juga kak Bima😘😘

2022-08-12

2

Lempongsari Samsung

Lempongsari Samsung

ngakak boleh?

2022-07-07

3

Novi Ana

Novi Ana

semangat thor jangan oleng dong cerita mulai menarik terus semangat ya.......💪😀😆

2022-06-05

3

lihat semua
Episodes
1 Pesta Topeng
2 Pacaran
3 Pulang
4 Malam
5 Melamar Kerja
6 Mengintai
7 Makan Siang
8 Resah
9 Hubungan
10 Menyangkal
11 Kerja
12 Bertahan
13 Rencana
14 Kesempatan
15 Bantuan
16 Amarah
17 Perkenalan
18 Pergi
19 Memecah malam
20 Kecelakaan
21 Rumah Sakit
22 Kunjungan
23 Menunggu
24 Tuduhan
25 Berdua
26 Ayah Pulang
27 Apartemen
28 Pewaris
29 Foto iklan
30 Pantai
31 Sekretaris Dadakan
32 Om
33 Merawat Abra
34 Karena
35 Membuntuti
36 Syuting
37 Pernyataan Cinta
38 Keputusan
39 Makan Malam Dengan Damar
40 Kunjungan Bima
41 Keluarga
42 Aku
43 Kamu
44 Mengetahui
45 Kerja lagi
46 Pertengkaran
47 Abang
48 Sebuah Permohonan
49 Segenggam Maaf
50 Di Apartemen Abra
51 Pintu Hati
52 Mal
53 Mendadak Keluarga
54 Kelinciku
55 Perkara Cinta
56 Yang Datang Dan Yang Pergi
57 Awal
58 Mengejar Ketinggalan
59 Terbalik
60 Jebakan Panggung
61 Godaan
62 Awal Bencana
63 Dan Seterusnya
64 Berani
65 Sebuah Kelanjutan
66 Menyangkal
67 Insiden Cinta
68 Penghianatan?
69 Healing(penyembuhan)
70 Tuan Putri
71 Surat Pengunduran Diri
72 Berpisah
73 Cemburu
74 Teman Atau Pacar
75 Di Kejar
76 Perayaan
77 Kesempatan
78 Tak Pasti
79 Kucing
80 Pesta
81 Dilamar 1
82 Dilamar 2
83 Dilamar 3
84 Perjodohan
85 Rekonsiliasi
86 Berkunjung
87 Pilihan
88 Persiapan
89 Menikah
90 Rahasia
91 Sesuai Skenario
92 Tragedi Lingerie
93 Roadshow
94 Puisi Rindu Yang Terkekang
95 Makan Siang Yang Ricuh
96 Magic(Sihir)
97 Viral
98 Memulai Dari Nol
99 Pengangguran
100 Hidupku Bersamamu
101 Hari Baru
102 Hamil
103 Menjenguk Shasa
104 Kecewa
105 Belum Berakhir
106 Tak Terhentikan
107 Ujungnya
108 Kelahiran
109 Pernikahan
110 Pertemuan Meyakinkan
111 Terperangkap Kenyamanan
112 Ingin
113 Padamu
114 Aku Tanpamu
115 Ramai
116 Untukmu
117 Bertemu Kembali
118 Panggungku
119 Shasa Diculik!
120 Racun Merindu
121 Cincin
122 Ayah
123 Pengakuan
124 Yang Tersisa
125 Untuk Bahagia
126 Akhirnya
127 CEO And Twins
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Pesta Topeng
2
Pacaran
3
Pulang
4
Malam
5
Melamar Kerja
6
Mengintai
7
Makan Siang
8
Resah
9
Hubungan
10
Menyangkal
11
Kerja
12
Bertahan
13
Rencana
14
Kesempatan
15
Bantuan
16
Amarah
17
Perkenalan
18
Pergi
19
Memecah malam
20
Kecelakaan
21
Rumah Sakit
22
Kunjungan
23
Menunggu
24
Tuduhan
25
Berdua
26
Ayah Pulang
27
Apartemen
28
Pewaris
29
Foto iklan
30
Pantai
31
Sekretaris Dadakan
32
Om
33
Merawat Abra
34
Karena
35
Membuntuti
36
Syuting
37
Pernyataan Cinta
38
Keputusan
39
Makan Malam Dengan Damar
40
Kunjungan Bima
41
Keluarga
42
Aku
43
Kamu
44
Mengetahui
45
Kerja lagi
46
Pertengkaran
47
Abang
48
Sebuah Permohonan
49
Segenggam Maaf
50
Di Apartemen Abra
51
Pintu Hati
52
Mal
53
Mendadak Keluarga
54
Kelinciku
55
Perkara Cinta
56
Yang Datang Dan Yang Pergi
57
Awal
58
Mengejar Ketinggalan
59
Terbalik
60
Jebakan Panggung
61
Godaan
62
Awal Bencana
63
Dan Seterusnya
64
Berani
65
Sebuah Kelanjutan
66
Menyangkal
67
Insiden Cinta
68
Penghianatan?
69
Healing(penyembuhan)
70
Tuan Putri
71
Surat Pengunduran Diri
72
Berpisah
73
Cemburu
74
Teman Atau Pacar
75
Di Kejar
76
Perayaan
77
Kesempatan
78
Tak Pasti
79
Kucing
80
Pesta
81
Dilamar 1
82
Dilamar 2
83
Dilamar 3
84
Perjodohan
85
Rekonsiliasi
86
Berkunjung
87
Pilihan
88
Persiapan
89
Menikah
90
Rahasia
91
Sesuai Skenario
92
Tragedi Lingerie
93
Roadshow
94
Puisi Rindu Yang Terkekang
95
Makan Siang Yang Ricuh
96
Magic(Sihir)
97
Viral
98
Memulai Dari Nol
99
Pengangguran
100
Hidupku Bersamamu
101
Hari Baru
102
Hamil
103
Menjenguk Shasa
104
Kecewa
105
Belum Berakhir
106
Tak Terhentikan
107
Ujungnya
108
Kelahiran
109
Pernikahan
110
Pertemuan Meyakinkan
111
Terperangkap Kenyamanan
112
Ingin
113
Padamu
114
Aku Tanpamu
115
Ramai
116
Untukmu
117
Bertemu Kembali
118
Panggungku
119
Shasa Diculik!
120
Racun Merindu
121
Cincin
122
Ayah
123
Pengakuan
124
Yang Tersisa
125
Untuk Bahagia
126
Akhirnya
127
CEO And Twins

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!