David melangkahkan kaki menyusuri koridor Rumah Sakit. Setelah dia bertanya kepada perawat, ia mengetahui bawa Jia sedang dirawat di Unit Gawat Darurat. Napasnya hampir putus karena terus berlari agar bisa segera bertemu Jia.
Setelah sampai UGD, lelaki itu mendapati sang putri yang masih memejamkan mata di atas brankar. Liontin sedang berada di sampingnya. Ketika ia melihat perempuan itu hendak menyentuh Jia, darahnya seakan mendidih.
"Jangan sentuh putriku!" teriak David. Lelaki itu melangkah mendekati brankar kemudian mencengkeram erat pergelangan tangan Liontin.
"Tolong lepaskan tanganku,Tuan. Sakit." Liontin memelas, berharap majikannya itu berbaik hati, dan melepaskan pergelangan tangannya yang mulai terasa nyeri.
"Kamu apakan Jia?" Suara David terdengar dingin dan penuh penekanan.
"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, Tuan. Kata dokter, ini terjadi karena Nona Jia memiliki alergi udang." Liontin berusaha melepaskan lengan dari cengkeraman David.
"Apa kamu sengaja memberinya makan udang!" bentak David.
Mendapatkan tuduhan dari David sontak membuat hati Liontin seakan diremas. Matanya mulai memerah dan basah. Bibir perempuan itu bergetar.
"Tuan, ada dua hal yang perlu Anda tahu." Liontin menarik napas dalam kemudian mengembuskannya perlahan.
"Yang pertama, aku tidak tahu kalau Nona Jia memiliki alergi udang. Dan kedua, jika aku mengetahui dia memiliki alergi udang ... aku tidak akan pernah memasukkannya ke daftar menu Nona Jia!" Rahang Liontin mengeras, dia menarik lengannya dari genggaman David.
"Aku sangat menyayangi Nona layaknya anak sendiri. Jika bisa ditukar, lebih baik aku yang merasakan penderitaannya saat ini!"
David hanya mematung. Dia mencari-cari kebohongan dalam mata Liontin, tetapi gagal. Egonya juga terlalu tinggi untuk sekedar mengucapkan kata maaf. Akhirnya Liontin balik kanan, dan kembali ke rumah.
Sejak hari itu, Liontin dan David tidak pernah bertegur sapa. Dinding pemisah keduanya terbangun semakin kokoh. Keduanya tinggal satu rumah, tetapi hidup di dunianya masing-masing.
"Ma-ma-ma." Jia menarik ujung dasternya sambil menatap penuh iba.
"Ya,Sayang? Ada apa?" tanya Liontin sambil memaksakan senyum.
Hari itu dia merasa badannya begitu lemas. Nafsu makannya pun menghilang beberapa hari belakangan. Setiap rasa lapar datang, dia hanya bisa makan sedikit, kemudian memuntahkan lagi isi perutnya.
"Mamam," ucap Jia manja.
"Jia mau makan?"
Jia mengangguk dengan mata berbinar. Liontin mengusap lembut puncak kepala bayi mungil itu sebelum beranjak ke dapur untuk mengambil biskuit. Namun, tiba-tiba kepalanya seakan berputar. Pandangan perempuan itu berkunang-kunang, lalu ia kehilangan kesadarannya.
Melihat Liontin yang tak sadarkan diri, Jia menangis histeris. Tangis bayi itu terdengar hingga dapur. Tak lama kemudian Imas datang.
"Astaga! Ontin!" Perempuan berusia 35 tahun itu menghampiri Liontin kemudian menepuk pipinya perlahan.
Imas langsung meminta sopir untuk membawa Liontin ke rumah sakit. Teman kerja Liontin itu juga menghubungi sang majikan untuk memberitahukan keadaan Liontin saat ini.
"Sudah dibawa ke rumah sakit?"
"Sudah, Tuan."
"Oh, ya sudah kalau begitu."
"Ya?" Dahi Imas berkerut karena sikap dingin sang majikan.
Imas kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku sambil bergumam, "Memang kami bukan siapa-siapa, sih. Sakit bawa ke rumah sakit, selesai urusan."
"Keluarga Nyonya Liontin?" panggil seorang perawat.
"Ya, saya." Imas bangkit dari kursi kemudian melangkah masuk ke ruang UGD.
"Anda saudara Nyonya Liontin?"
"Ah, saya temannya. Bagaimana keadaan Liontin, Dok?"
"Dia ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
ratu adil
pasti cebong e davit bertunas kwkwkw
2022-06-05
2
Nur Haini
lanjooot baca y lom teratur🙏🙏🙏🙏🙏💪🏻💪🏻💪🏻💖💖💖💖💖💖
2022-06-05
3
Kurnia Yathie Nia
sekuntum mawar 🌹🌹🌹🌹 tuk othor
2022-06-04
3