Jalanan Taipei terlihat begitu sibuk pagi itu. Taksi yang mengantar Liontin dan Nyonya Oey pulang, bergerak seperti siput. Nyonya Oey menggerutu berulang kali karena sudah setengah jam lebih membelah lautan kendaraan.
"Apa tidak bisa lewat jalan pintas, Pak?" tanya Nyonya Oey kepada sang sopir.
"Kita sudah tidak bisa mengambil jalan pintas karena terlanjur terjebak, Nyonya."
Mendengar penjelasan dari si sopir taksi membuat Nyonya Oey mendengus. Liontin masih sibuk dengan pikirannya. Wajahnya terlihat lebih segar daripada ketika pertama kali masuk Rumah sakit.
"Aku sudah memastika David sedang tidak ada di rumah. Jadi, setelah mengemasi barangmu segera pergi agar tidak terbebani karena Jia."
Nyonya Oey mengerutkan dahi karena Liontin hanya terdiam. Dia memanggil nama perempuan itu lagi. Akan tetapi, Liontin masih terdiam.
"Liontin!" Nyonya Oey menarik lengan baju Liontin sambil berteriak.
Liontin menoleh, kemudian melepas AirPods yang menyumpal telinganya. Setelah menyadari bahwa Liontin tidak mendengarkannya, Nyonya Oey menepuk dahi.
"Astaga! Ternyata dari tadi aku bicara sendiri!"
Liontin tersenyum konyol sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Nyonya Oey menarik napas panjang kemudian mengembuskannya kasar. Dia kembali mengulang semua perkataannya.
"Baiklah, aku akan meminta Teh Imas untuk mengajak Jia jalan-jalan sebelum kita sampai di sana." Liontin meraih ponsel yang ada di dalam tas kemudian menghubungi Imas.
Hampir satu jam Liontin dan Nyonya Oey terjebak kemacetan. Kini mereka sudah sampai di kediaman David. Liontin mengambil napas dalam kemudian mengembuskannya perlahan sebelum memasuki rumah sang majikan.
"Aku tunggu di sini, ya?"
"Baik, Nyonya."
Liontin memasuki rumah David, dan mengambil semua pakaian dan keperluan pribadinya. Selesai mengemasi barang, perempuan itu langsung melangkah keluar kamar. Saat hendak menutup kembali pintu kamar, kaki kanannya dipeluk oleh tangan mungil Jia.
"Ma-ma-ma."
Tubuh Liontin seakan membeku. Dia perlahan balik badan kemudian meletakkan tas jinjingnya ke atas lantai. Perempuan itu mencoba untuk tersenyum, lalu meraih tubuh mungil Jia.
"Jia, apa kabar?"
Bayi mungil itu langsung memeluk erat tubuhnya sambil menangis. Tangis Jia menular, kini air mata Liontin menetes membasahi pipi.
"Bibi kangen sama Jia. Tapi bibi tidak bisa lebih lama lagi tinggal di sini." Liontin berusaha melepaskan jemari kecil Jia yang melingkar di lehernya, tetapi gagal.
Jia semakin histeris saat Liontin mencoba untuk melepaskan diri. Dia melirik Imas yang sedari tadi menyaksikan drama pengasuh dan bayi di depannya. Keduanya seakan mengirimkan telepati. Liontin akhirnya menidurkan Jia sebelum dia pergi.
Setelah Jia terlelap, Liontin menemui Imas yang sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Perempuan itu menarik kursi di meja makan kemudian mendaratkan bokong ke atasnya.
"Aku sudah meminta Nyonya Oey pulang terlebih dulu. Tasmu juga sudah dibawa oleh beliau."
Imas menyodorkan segelas jus jeruk kepada Liontin. Perempuan itu menerima jus itu kemudian meminumnya seteguk. Imas menarik kursi dan duduk berseberangan dengan Liontin.
"Terima kasih," ucap Liontin sambil tersenyum lembut.
"Kamu yakin akan berhenti dari sini?" tanya Imas.
"Iya, Teh. Aku sudah mengajukan ke agensi untuk pindah majikan."
"Bukankah hal itu tidak mudah? Lalu alasan apa yang kamu pakai untuk mengajukan pindah majikan?" Imas mengerutkan dahi. Namun, sesaat kemudian matanya melebar.
"Jangan-jangan, kamu mengajukan dengan alasan karena mendapatkan pelecehan seksual?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
ratu adil
david bneran g mau tanggung jwab...tp g papa rawat sja bwa plng indo jdilan anak ada tbungan sma dpan cintailah tanda dosa krn ia tdk berhrp untuk trcipta...
2022-06-06
3
Arie'shantie
up
2022-06-06
1