"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya David.
"A-aku buatkan susu dulu untuk Nona Jia, Tuan." Liontin terus menunduk untuk menghindari tatapan David.
"Baiklah, aku tunggu di ruang kerjaku." David bersiap balik kanan untuk kembali ke lantai dua. Namun, langkahnya berhenti karena Liontin berteriak.
"TIDAK MAU! Aku tidak mau lagi ke ruangan itu!" Mata Liontin mulai memerah, kaki dan tangannya gemetar, serta dada perempuan itu naik turun karena kembali teringat kejadian beberapa jam lalu.
"Baiklah, kita bicara di sini saja." David menarik kursi yang ada di meja makan dan mendudukinya.
Liontin beranjak ke dapur, dan mulai membuatkan susu untuk Jia. Perempuan itu menggendong Jia dengan satu tangan sambil menuangkan susu ke dalam botol. Ketika hendak menuangkan air panas ke dalam botol susu, ia sedikit kesulitan karena Jia terus meronta tak bisa diam. David yang melihat sang pengasuh dalam kesulitan, akhirnya mendekatinya.
"Biar aku yang menggendong Jia."
Liontin terkejut karena David tiba-tiba mendekat. Tanpa sengaja ia menyenggol termos yang berisi air panas. Benda itu memuntahkan isinya hingga mengalir membasahi kaki Liontin. David menunduk, berniat untuk melihat keadaan kaki sang pengasuh, tetapi perempuan itu terus menghindar.
"Jangan mendekat, Tuan! Aku tidak apa-apa!"
"Mungkin bibirmu bisa mengatakan tidak apa-apa, tapi aku yakin kakimu sedang kenapa-kenapa!" David mendongak dan menyipitkan mata saat menatap Liontin.
David merengkuh tubuh mungil Jia, kemudian mendudukkannya di kursi bayi. Setelah itu David menggendong tubuh ramping Liontin dan menurunķannya di atas kursi.
"Jangan protes. Tetap diam di sini!" perintah David sebelum berjalan cepat ke dapur.
Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa kotak berwarna putih, ember kecil berisi air, dan handuk. Lelaki itu duduk bersimpuh di depan Liontin. Ketika ia memegang pergelangan kakinya, perempuan itu berontak.
"Tolong, diamlah!" bentak David.
Akhirnya Liontin hanya bisa pasrah. Perempuan itu menatap waspada, mengamati setiap gerakan David. Lelaki itu membasahi kaki Liontin dengan air, kemudian mengeringkannya menggunakan handuk. Setelah itu, dia mengoleskan salep khusus luka bakar ke kakinya.
"Sudah, istirahatlah. Biar aku yang urus Jia."
"Tidak bisa, Tuan! Aku tidak mau makan gaji buta!"
Liontin beranjak dari kursi kemudian melangkah kembali menuju dapur. Perempuan itu menyalakan kompor, untuk kembali mengisi termos air panas. David menggendong Jia kemudian mendekat.
"hati-hati, jangan sampai ketumpahan air lagi."
Liontin hanya membisu. Dia enggan berbicara lebih banyak dengan sang majikan. Perasaan takut masih bergelayut di hatinya.
Bagaimana bisa, Tuan David bersikap biasa saja seolah terjadi apa pun diantara kami? Apa memang dia sudah biasa melakukan hubungan seperti itu dengan perempuan lain di luaran sana?
Usai membuatkan susu untuk Jia, Liontin dan David duduk kembali di meja makan. Jia si bayi mungil yang tidak tahu apa-apa itu, sedang asyik menyedot botol susunya sambil memilin ujung rok yang ia pakai.
"Aku ingin bertanya sesuatu. Mengenai ...." David mengusap wajahnya kasar.
Liontin hanya menunduk, tanpa mau menatap mata sang majikan. Dia menyembunyikan jemarinya yang sedang meremas daster di bawah meja. Perempuan itu mendongak ketika David menegurnya.
"Tolong lihat wajahku! Aku sedang bicara denganmu, bukan dengan orang lain!"
"Ba-baik, Tuan." Kini Liontin menatap wajah sang majikan sesuai perintahnya.
"Kenapa kamu masih perawan? Bukankah kamu sudah menikah?" tanya David.
"Su-sudah, Tuan. Saya sudah menikah dua tahun lalu."
"Lalu, bagaimana bisa kamu masih tersegel?" David menautkan kedua alisnya ketika menatap Liontin yang menatap lurus ke arahnya.
"Sebenarnya ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Seiko_chan
Yap aku juga penasaran kenapa masih tersegel
2022-12-20
1