Setelah punggung David menggilang di balik pintu, Liontin menciumi pipi bulat Jia. Bayi mungil itu terbahak karena merasa geli. Kemudian dia melangkah menuju kamar mandi.
Liontin mengisi bak mandi dengan air hangat, kemudian menuangkan sabun ke dalamnya. Aroma wangi khas bayi kini memenuhi kamar mandi Jia.
"Jia, ayo kita mandi dulu. Setelah itu sarapan!" Liontin melepas pakaian yang melekat di tubuh bayi itu, lalu memasukkannya ke dalam bak mandi.
Setelah Liontin selesai memandikan Jia dan mengganti pakaiannya, dia mengajak bayi mungil itu ke dapur. Liontin mendudukkan Jia ke atas kursi makan.
"Kamu, di sini dulu. Bibi akan mengambilkanmu sarapan."
Liontin melangkahkan kaki menuju dapur. Dia membuka slow cooker untuk menghidangkan makanan yang sudah dibuatkan Imas untuk Jia. Hari itu Jia dibuatkan bubur nasi dengan brokoli, wortel, dan udang. Setelah mengisi mangkuk dengan bubur, dia kembali ke kursi makan Jia.
"Ayo, kita makan dulu, Jia! Aaaa ...." Liontin membuka mulutnya sambil menyodorkan satu sendok penuh bubur ke bibir Jia.
Jia membuka mulutnya lebar, dan memakan bubur itu dengan lahap. Sesekali dia berceloteh dan tersenyum lebar. Setiap bubur dalam mulutnya habis, Jia langsung meminta Liontin untuk segera menyuapinya lagi. Belum selesai sang pengasuh menyuapinya, tiba-tiba Jia terbatuk-batuk.
Liontin langsung memberinya air minum, karena mengira bayi mungil itu sedang tersedak. Akan tetapi, napas Jia semakin cepat. Dadanya naik turun dan ruam kemerahan mulai muncul di permukaan kulit Jia.
Liontin menghubungi ambulans dan membawa bayi mungil itu ke rumah sakit. Di dalam mobil ambulans, dia menangis karena melihat Jia yang mulai tak sadarkan diri.
"Jia, kamu kenapa? Maafkan aku karena tidak bisa menjagamu dengan baik."
Setelah membelah jalanan kota Taipei, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit. Jia dibawa ke Unit Gawat Darurat, sedangkan Liontin menunggu di luar ruangan sambil terus menitikkan air mata. Dia menghapus air matanya, kemudian menghubungi David.
"Ada apa?" tanya David dari ujung telepon.
"No-Nona Jia, Tuan." Suara Markonah bergetar dan terbata-bata. Hal itu membuat David marah dan membentaknya. Mendengar bentakan dari David, justru membuat tangisnya semakin pecah. Entah mengapa nada tinggi yang dilontarkan David membuat hatinya terasa nyeri.
"Tolong jangan bentak aku, Tuan. Aku ada di Rumah Sakit, Nona Jia tiba-tiba sesak napas." Liontin berusaha bicara di tengah isak tangisnya.
Tak lama kemudian, sambungan telepon terputus. Liontin terduduk lesu di lantai dingin koridor rumah sakit. Air matanya tidak mau berhenti. Dia begitu terkejut melihat kondisi Jia yang tiba-tiba memburuk. Ditambah lagi bentakan dari sang majikan, yang membuat hatinya terasa seperti diiris sembilu.
Setelah menunggu selama lima belas menit, seorang dokter keluar dari UGD dan menghampiri Liontin. Perempuan itu langsung beranjak dan berdiri tegak. Matanya masih basah dan terlihat sedikit bengkak.
"Dok, bagaimana keadaan Nona Jia?"
"Dia alergi udang. Tapi Nyonya tenang saja. Dia akan segera membaik. Saya permisi." Dokter perempuan itu tersenyum di balik masker kemudian beranjak pergi.
Hati Liontin sedikit lebih tenang. Dia melangkah gontai menuju UGD. Setelah sampai di samping ranjang Jia, dia menggenggam jemari bayi itu.
"Maafkan aku, Nona. Aku tidak tahu kalau kamu alergi udang. Seharusnya aku tidak memberimu bahan makanan yang bisa menimbulkan alergi."
"Jangan sentuh putriku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
ratu adil
g oelh d sntuh yo wis plng indo ae
2022-06-05
0