Di kamar Jia, Liontin sedang melamun. Lingkaran hitam di area matanya terlihat semakin jelas. Dia tidak bisa tidur setelah kejadian yang menimpanya di kamar sang majikan. Jia berulang kali menarik ujung dasternya untuk mendapat perhatian dari Liontin. Akan tetapi, perempuan itu tetap bergeming.
"Ma-ma-ma!" Jia akhirnya memukul wajah Liontin dengan telapak tangan, dan berhasil membuat sang pengasuh kembali memperhatikannya.
"Eh, kenapa, Sayang?" tanya Liontin sambil mengusap pipi bulat bayi itu.
"Ma-ma-ma!" Jia kali ini menunjukkan botol kosong dalam genggamannya.
"Oh, baiklah. Ayo kita buat susu."
Liontin menggendong tubuh mungil Jia kemudian mengajaknya keluar kamar. Ketika sampai dapur, di saat yang bersamaan David sedang berdiri di depan lemari pendingin. Lelaki itu sedang meneguk air mineral dan masih memakai pakaian yang ia pakai semalam. Liontin berniat kembali ke kamar Jia, tetapi bayi mungil itu justru berteriak.
"Pa-pa-pa!" Jia terus berontak dari dekapan Liontin karena ingin digendong sang ayah.
Mendengar suara putrinya, David menoleh. Dia meletakkan gelasnya di atas meja, kemudian berjalan mendekati Jia. Lelaki itu mengambil alih tubuh sang putri.
"Pagi, Jia! Sudah makan?"
Mata Jia berbinar sambil tersenyum lebar. David pun menarik ujung bibirnya ke atas. Namun, sedetik kemudian sebuah tamparan dari tangan mungil Jia mendarat mulus di muka David. Hal itu membuat Liontin terkekeh. Mendengar tawa kecil perempuan itu, David langsung menatapnya tajam.
Liontin menunduk dalam. "Maaf, Tuan."
"Setelah Jia tidur, datang ke ruang kerjaku. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."
Setelah berhasil menidurkan Jia, Liontin datang ke ruang kerja David. Dia berpapasan dengan Barbie yang lari kocar-kacir diikuti suara benda pecah belah yang terjatuh. Suara itu berasal dari ruang kerja sang majikan. Dia bergegas masuk, takut terjadi hal buruk kepada David.
Ketika memasuki ruang kerja David, keadaannya begitu kacau. Banyak kertas berserakan di atas lantai, di sekitar meja kerja David terdapat pecahan cangkir kopi. Alangkah terkejutnya Liontin ketika melihat sang majikan duduk bersandar pada rak buku.
"Tuan! Anda kenapa!" Liontin mendekati David, dan berusaha membantunya berdiri. Akan tetapi, lelaki itu selalu menepis tangannya.
"Menjauhlah!"
"Anda kenapa, Tuan?"
"AKU BILANG PERGI!" teriak David.
Telinga Liontin seakan tuli. Dia justru terus berada di samping David. Perempuan itu takut sang majikan sakit atau terluka. Terlebih lagi saat kulit mereka saling bersentuhan, Liontin merasakan suhu tubuh David yang panas. Dia menempelkan punggung tangannya ke dahi lelaki itu.
"Tuan, Anda demam. Bisa berdiri? Ayo ke kamar, aku akan menelepon dokter Chow."
Ketika jemari lentik Liontin menyentuh lengan David. Tiba-tiba dia ditarik ke dalam pelukan lelaki itu. Dia terus meronta-ronta agar sang majikan mau melepaskan pelukannya.
"Aku tidak tahan lagi! Aku tadi sudah mengatakan kepadamu untuk segera pergi! Tapi kamu keras kepala!"
"Tuan, tolong lepaskan aku! Aku mohon!" Liontin memukul dada David, berharap lelaki itu berbaik hati kepadanya.
"Sudah terlambat! Jika tadi kamu segera pergi, maka aku masih bisa mengendalikan diri. Tapi kamu tidak mau meninggalkanku sendiri, dan terus menyentuhku! Ini salahmu sendiri! Aku tidak bisa mundur lagi!"
David menindih tubuh ramping Liontin dan berusaha menciumnya. Napas lelaki itu memburu karena gairah yang sudah memuncak hingga ubun-ubun. Lambat laun Liontin hanya bisa menangis pasrah. Kekuatannya sudah habis, dan hatinya hancur berkeping-keping.
Sang majikan terus memberinya ciuman hampir di sekujur tubuhnya. Meninggalkan tanda keungungan yang seharusnya ia dapatkan dari sang suami. Harga diri Liontin sebagai seorang wanita, lenyap hari itu juga. David menodai Liontin, perempuan yang tidak ada ikatan pernikahan dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Seiko_chan
Huft jangan2 ini kerjaan si barbie ya
2022-12-20
0
SyaSyi
kasihan si liontin jd kena getahnya
2022-07-16
2
ratu adil
barbi mnta di tabok
2022-06-05
2