Entah jam berapa Mas Elang pulang, saat itu Aku terbangun ketika pipiku terasa ada yang menghujani kecupan. Aku bergerak perlahan, meraba-raba dan mengerjap-ngerjapkan mata yang belum sempurna terbuka. Pandanganku memendar ke seluruh ruangan.
"Nyenyak banget tidurnya!" sapa Mas Elang mengejutkan Aku dan spontan membuat Aku merasa malu. Sejenak Aku regang-regangkan otot-otot tanganku untuk mengembalikan kelenturannya.
"Mas... maaf, tadi Aku ketiduran saat ngelon Sya! Mas sudah pulang?" ucapku menutupi rasa maluku di depan suami yang baru beberapa bulan jadi suami.
"Iya tidak apa-apa, tugas Kamu kan menjaga Sya dan melayani Mas, jadi tidak perlu merasa tidak enak seperti itu!" ujarnya seakan tahu apa yang saat ini Aku rasakan, membuat Aku bertambah malu. Terlebih Mas Elang sekarang kembali hangat, tidak datar seperti kemarin.
"Sya masih tidur, kayanya nyenyak. Ayo kita pindah!" Ajaknya seraya menarik tanganku lembut. Aku patuh, tapi dalam hatiku was-was. Sebab gelagat seperti ini sudah bisa ditebak, Mas Elang pasti ingin bermanja-manja dan melepas rindu, padahal semalam sudah dua ronde. Mas Elang tidak membiarkan sedikitpun Aku nganggur, maklum puasanya tiga tahun untuk menahan hasratnya.
Sebelumnya Aku segera beranjak ke kamar mandi, untuk menggosok gigi dan mencuci muka dulu. Sebab bagaimanapun juga, Aku tidak ingin Mas Elang mencium bau dari mulutku atau melihat belek dari sudut mataku.
Mas Elang sudah berada di ranjang dengan tatapan elangnya yang mendamba. Aku paham betul tatapan itu, tatapan maut yang sangat Aku suka walau kadang menakutkan.
Sejenak Aku berjalan ke arah pintu, memastikan pintu telah dikunci atau belum. Ternyata sudah, dua kali malah. Tapi kenapa semalam Mas Elang sengaja tidak mengunci?
"Sudah Mas kunci tadi pintunya, sayang....!" ucapnya meyakinkan.
"Aku hanya takut Mas....!"
"Kali ini Mas kunci, takut Sya tiba-tiba masuk dan mencari kamu!" alasannya.
Tanpa menunggu lama Mas Elang dengan lembut menyerangku, lalu semakin kesini semakin garang. Sehingga terjadilah perang Baratayuda Itu, diakhiri kemenangan kedua belah pihak.
Kami terkulai lemas, namun Mas Elang segera merangkulku menghujaniku dengan ciuman-ciuman nakal, Aku merasa takut Mas Elang meminta lagi. Satu ronde saja bisa bertahan 30 menit, kalau minta lagi bisa-bisa Aku yang kelelahan. Beruntung Mas Elang hanya mencium saja, setelahnya dia memelukku erat seraya membisikkan sesuatu.
"Jangan pernah tinggalkan Mas, dalam keadaan apapun, cuppp....!" bisiknya, seraya mengecup keningku panjang. Bisikkannya seakan sebuah peringatan, dan Aku tidak pernah berpikiran untuk meninggalkan Mas Elang ataupun Sya, mereka paket kumplit yang tidak akan bisa Aku tinggalkan, sebab rasa cinta dan sayangku pada mereka telah terpatri di dalam hatiku.
...****************...
Sore itu, Mas Elang mengajak kami jalan-jalan keluar kota. Tempat dimana restoran kenamaan itu berada. Usaha restoran yang masih tersisa dan berdiri tegar sejak perpisahannya dengan istri pertamanya, Mbak Mayang.
"Bi Nanti dan Mang Ujang kami pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik! Kalau ada mantan istri saya, tolong ditahan jangan sampai masuk. Nanti di depan saya perintahkan juga pada Pak Nanang untuk berjaga!" intruksi Mas Elang sebelum kami pergi.
Aku sedikit tersentak saat Mas Elang mewanti-wanti kepada Bik Narti dan Mang Ujang, supaya menahan mantan istrinya untuk tidak masuk, jika suatu saat datang. Artinya, Mbak Mayang kemungkinan besar ada niat mau mendatangi rumah ini. Tujuan utamanya ingin merebut Sya dari tangan Mas Elang tentunya, seperti yang pernah terlontar dari bibir Mbak Mayang, saat insiden makan malam di restoran itu. Dan Aku begitu khawatir mendengarnya.
Sya berceloteh gembira mendengar Mas Elang mengajak jalan-jalan. Kebetulan Sya sudah sehat dan besok Sabtu dan Minggu libur sekolah, jadi Mas Elang membawa kami jalan-jalan keluar kota. o
"Kita nginap disana Pah....?" Mas Elang mengangguk seraya mengusap kepala Sya dengan penuh kasih sayang.
"Asikkk...., kita nginap disana Bunda....!" celotehnya girang seraya memeluk leherku dan mencium pipiku. Aku begitu bahagia melihat bocah imut itu kegirangan.
"Pak Nanang, nanti jaga pos ya! Kasih tahu Usep juga supaya jangan membiarkan mantan istri saya masuk gerbang! Kami pergi dulu!" pamit Mas Elang setelah berpesan terlebih dahulu pada Satpam penjaga rumah kami. Pak Nanang mengangguk hormat dan membuka gerbang.
Mobil Pajero milik Mas Elang keluar gerbang dan perlahan membelah jalanan kota itu. Sya berceloteh terus di kursi belakang, seraya memainkan mainannya yang tadi sempat dibawa. Setengah perjalanan, Sya kemudian tidak terdengar lagi celotehannya. Rupanya dia tertidur. Alangkah baiknya Sya tertidur, sebab perjalanan keluar kota ini butuh waktu dua jam.
Aku tidak akan menyia-nyiakan perjalanan pertamaku keluar kota bersama Mas Elang ini dengan tidur. Aku ingin tetap menemani Mas Elang terjaga sampai tiba ditujuan.
Perlahan Mas Elang memperlambat lajunya kendaraan dan sengaja sedikit mepet ke lajur kiri. Tangan kirinya tiba-tiba meraih pipiku dan merabanya, sedangkan tangan kanannya masih menyetir. Lalu tangan kirinya meraih tengkukku dan membawanya mendekat ke wajah Mas Elang, dan kecupan itu tidak bisa dihindarkan, bersamaan dengan mobil Pajero yang berhenti.
Aku terkejut, dalam perjalanan Mas Elang sempat-sempatnya menciumku. Untungnya Mas Elang menghentikan mobilnya tepat di bawah pohon besar. Aku sedikit berontak untuk melepas pagutan bibir Mas Elang.
"Mas..., nanti saja disana!" ujarku menghentikan aktivitas Mas Elang. Mas Elang sepertinya tidak mendengar, dia malah semakin memperdalam cengkramannya.
"Mas kangen sama kamu Nada..., lagipula kita ini pengantin baru," alasannya lalu meraup kembali bibir ini. Untuk beberapa saat kami saling memagut dan menumpahkan rasa yang bergejolak di dalam diri kami masing-masing.
"Tidak usah khawatir, kacanya gelap kok. Jadi tidak akan terlihat dari luar!" jelas Mas Elang saat melihatku menatap ke arah luar dan khawatir ada orang yang melihat.
Perjalanan yang sempat tertunda tadi kini dilanjutkan kembali, sesekali Mas Elang melirik ke arahku dan tersenyum penuh arti.
"Sayang... kamu bahagia menikah dengan Mas?" tanyanya tiba-tiba.
"Bahagia....!" ucapku pendek. "Aku bahagia, terlebih memiliki Mas Elang dan Sya," sambungku lagi tanpa ragu. Mas Elang sejenak menatapku dan tersenyum bahagia mendengar jawabanku.
"Jika suatu hari Mas tidak berjaya lagi dan hanya mengandalkan satu usaha saja, kamu siap?" tiba-tiba Mas Elang bertanya suatu hal yang bagiku sensitif, sebab pertanyaan ini mengingatkan Aku akan perkataan pedas Ibu mertua.
"Kamu hadir dalam kehidupan anakku, hanya melihat hartanya saja dan hanya sebagai pemuas ranjangnya saja. Kalau Elang sudah jatuh dan miskin, kamu pasti lari tunggang langgang!" hardiknya tempo hari, ketika pernikahan kami baru terjadi satu hari.
"Aku menerimamu Mas apa adanya, bukan menerima kamu karena hartanya seperti yang pernah Ibumu bilang. Selama kamu berusaha dan tetap menafkahi Aku, Aku akan tetap setia menemanimu sampai bangkit kembali!" jawabku diiringi tangis. Mas Elang merasa bersalah dengan pertanyaannya tadi saat melihat Aku bercucuran air mata. Mas Elang tahu apa yang Aku rasakan. Sebab penghinaan Ibu mertuaku sering dilontarkan di depan Mas Elang.
Mas Elang mengusap pelan air mata yang kini mulai deras. "Mas minta maaf ya, Ibu memang begitu, dia kecewa berat dengan Mayang sehingga kamu kena imbasnya. Sabar ya Sayang....!" ucapnya menghiburku.
Tidak terasa mobil Pajero yang kami tumpangi sampai di pelataran luas sebuah restoran mewah ternama di kota itu. Terpampang jelas nama restorannya "Perkasya Restoran", mungkin gabungan nama panjang Mas Elang dan nama depan Sya. Sebelumnya nama restoran ini bukan itu, setelah bercerai dengan mantan istrinya barulah berganti nama dengan nama " Perkasya Restoran".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Anwa
Bisa aja tor 🤣🤣
2025-03-20
1
💞Amie🍂🍃
Healing itu penting, Udah aku fav ya mak... lanjut nanti
2022-12-21
2
@Kristin
haha kuat juga si Elang😁
2022-11-26
1