Mata Ketiga

Wening tak mempunyai banyak pilihan, apalagi tiba-tiba di kiri dan kanannya mulai bermunculan manusia-manusia berwajah aneh, dengan bibir menghitam dan mata yang memutih. Mereka berjalan pelan, tapi makin lama semakin mendekat ke arah Wening. Sedangkan di belakang, berdiri Paundra dengan kapaknya.

Kalajanggi menyeringai lebar, “Kau tidak bisa ke mana-mana lagi, Nirwasita," ucapnya seperti sebuah hembusan angin.

Dalam kondisi terdesak seperti itu, tiba-tiba Wening terbayang akan wajah kedua orang tuanya. Sang ibu yang memiliki paras cantik dan anggun, serta sang ayah yang begitu gagah serta rupawan. Kasih sayang mereka begitu melimpah untuk Wening. Tiada hari tanpa belai lembut ibu dan ayahnya. Gadis itu diperlakukan bagaikan putri raja oleh mereka berdua. Keadaan yang berbanding terbalik dengan apa yang dia alami setelah kedua orang tuanya tiada.

Sesaat kemudian, terdengar Paundra menggumamkan sesuatu yang tak Wening mengerti artinya. Gumaman itu makin lama semakin kencang, bersamaan dengan kapak yang terayun kian tinggi. Begitu pula Kalajanggi yang mulai melancarkan serangan. Kuku-kuku runcing itu bergerak memanjang. Sedikit lagi, ujungnya nan tajam akan menembus ke dada Wening.

Wening sadar, dia tidak boleh tinggal diam. Namun, gadis itu sangat bingung dengan apa yang harus dilakukan. Dia belum dapat mengendalikan semua kekuatan yang konon dimilikinya sebagai seorang titisan dari sang pembasmi.

“Saatnya membalas dendam atas apa yang kau perbuat seratus lima puluh tahun silam, Nirwasita! Kau telah merampas dan juga membakar jantungku! Sekarang aku meminta jantungmu sebagai gantinya!” suara Kalajanggi menggelegar, membuat awan putih yang berarak di padang ilalang tersebut berubah warna menjadi berwarna hitam dan menggumpal.

Wening sepenuhnya paham sekarang. Segala penampakan dan penglihatan yang dia alami beberapa hari ke belakang, adalah rekaman kejadian yang terjadi di masa lalu. “Aku bukan Nirwasita!" bantahnya tegas. “Namaku Wening!" Dia meringis saat satu kuku telunjuk si iblis menancap di dada kiri.

“Kalian semua sama!” Wajah Kalajanggi mendekat. Bau busuk menguar dari mulutnya yang bergigi runcing dan berwarna hitam. “Bedanya, kau terlalu lemah. Aku akan membunuh dan mengambil jantungmu sekarang juga!" Iblis itu tertawa lebar. Suaranya melengking nyaring, hingga membuat ilalang di sana bergoyang bagaikan terkena angin kencang.

Wening mulai merasakan kesakitan di dadanya. Darah menetes semakin banyak membasahi baju yang dia kenakan. Wening tak bisa memikirkan hal lain, selain pasrah dan memejamkan kedua mata. “Bunuh saja aku, agar bisa kembali bertemu dengan kedua orang tuaku!” serunya setengah tertahan.

“Jika memang itu maumu!” Kalajanggi menggerakkan tangannya semakin dalam.

Refleks, Wening berteriak kesakitan. Suaranya terdengar begitu keras. Bersamaan dengan teriakan itu, seketika muncul cahaya putih yang terang dari sekujur tubuh gadis tersebut. Wening bagaikan bola lampu yang memancarkan sinar menyilaukan. Teramat terang hingga Kalajanggi harus memicingkan mata, serta mencabut ujung jarinya yang sempat berhasil menembus masuk kulit dada Wening.

“Merunduklah!” Paundra berseru tepat di belakang Wening, tetapi gadis itu tak sanggup mencerna maksudnya. Dia berbalik dan melihat Paundra tengah mengayunkan kapak, melewati tubuh ramping Wening dan mendarat tepat di leher Kalajanggi.

Setengah terbelalak, Wening menatap ngeri kepada Paundra. Kapak itu tertancap sempurna di leher iblis wanita itu.

“Anak tak tahu diri!” Amarah Kalajanggi tak terbendung. Dia bergerak liar bagaikan ular terkena panas api. Demikian pula dengan manusia-manusia berwajah aneh yang sedari tadi mengelilingi Wening.

Di saat itulah, tubuh Wening seolah ada yang mengomando. Kedua tangannya bergerak membentuk lingkaran di depan tubuh gadis tersebut. Kakinya melangkah maju dengan gerakan zig-zag menuju Kalajanggi. Dari gerakan tangan itu, keluarlah tenaga tak kasat mata yang luar biasa dahsyatnya sehingga berhasil mendorong tubuh Kalajanggi dan semua sosok manusia berwajah aneh tadi hingga terpental menjauh dan terjatuh.

Wening sempat terkejut atas apa yang baru saja dia lakukan. Sejenak, dirinya mengamati telapak tangan kemudian membolak-balikan, sebelum pandangannya beralih kepada Paundra yang terkapar. “Paundra! Beri tahu aku, apa yang harus kulakukan setelah ini?” seru Wening. Namun, Paundra tak menyahut. Tubuhnya bahkan tak kelihatan bergerak. “Paundra!” panggil Wening lagi.

“Anak durhaka seperti dirinya memang layak mati!" Kalajanggi menegakkan tubuh. Kali ini dia sendirian. Sosok-sosok aneh yang mengelilingi Wening tadi tak lagi bangkit. Jasad mereka mengeluarkan asap seperti bekas terbakar.

“Nirwasita mulai bangkit rupanya. Kekuatanmu menghanguskan anak buahku,” Kalajanggi terkekeh pelan. “Majulah, Cantik! Biar kuhisap sekalian energimu!”

Kalajanggi berada pada posisi siap menyerang. Kobaran api merah yang menyelimuti tubuhnya semakin besar dan membara. Kukunya kembali bergerak memanjang dan menyasar dada Wening.

Tanpa diduga, gadis itu bergerak lincah menghindar. Tubuh ramping Wening berputar bagaikan tengah menari, lalu berdiri tegak di belakang Kalajanggi. Wening dapat melihat dengan jelas punggung iblis itu yang menyala. Dia juga melihat satu bola mata yang terbuka di tengkuk Kalajanggi. Mata itu melotot sempurna ke arahnya. Wening segera menusuk mata tadi menggunakan jari telunjuk.

Lagi-lagi, Kalajanggi berteriak. Suaranya melengking nyaring. Namun, teriakannya kali ini malah membuat suasana di sekitar berganti. Bukan lagi padang ilalang yang ada di sekeliling Wening, melainkan halaman depan rumah yang asri.

Api yang menyelimuti tubuh Kalajanggi pun berangsur padam. Sosok iblis itu sekarang tak ubahnya wanita paruh baya biasa. Dia menoleh perlahan, kemudian membalikkan badan dan menghadap kepada Wening.

“Utangmu bertambah lagi satu,” ucapnya parau. “Kau ambil mata ketigaku.” Tatapan itu berubah sendu dan pilu.

“Tolong, menjauhlah,” pinta Wening. “Aku ingin hidup normal seperti manusia pada umumnya.”

“Orang-orang sepertimu dan aku, tak akan pernah bisa hidup normal.” Tangan Kalajanggi terulur cepat, berusaha mencekik Wening. Akan tetapi, Wening segera berkelit. Dengan cekatan, dia bergerak lebih dulu mencekal pergelangan tangan Kalajanggi sebelum sempat menyentuh lehernya. Cahaya putih kembali muncul dari sela-sela jari dan merambat pelan ke tangan iblis itu.

Kalajanggi berjingkat merasakan panas yang merayap dari pergelangannya. Susah payah dia melepaskan tangan dari cengkeraman Wening, tapi gagal. Cahaya itu terus menusuk ke dalam permukaan kulit Kalajanggi, kemudian bergerak mengikuti aliran pembuluh darah.

“Hentikan!” pekiknya kesakitan. “Hentikan!” ulang Kalajanggi saat cahaya tadi menjalar ke pipi.

“Neng Wening! Sudah pulang?” Sebuah suara yang Wening kenal sebagai salah seorang tetangga, memecah konsentrasi Wening. Gadis itu tergagap dan mengalihkan pandangannya pada asal suara tersebut.

“Ada apa, Teh?” Wening memaksakan tersenyum, lalu berjalan menghampiri tetangganya yang tengah berdiri di luar pagar rumah.

“Oh tidak apa-apa. Cuma heran saja, beberapa hari ini Teteh tidak lihat Neng keluar rumah sama sekali,” sahut wanita itu ramah.

“Oh itu ....” Wening menyempatkan diri menoleh ke arah Kalajanggi. Namun, ternyata sosok tersebut menghilang. Iblis tadi tak lagi berdiri di depan rumahnya. Dengan keheranan, Wening mengedarkan pandangan ke sekeliling. Akan tetapi, sosok itu sudah tak tampak di manapun.

“Kenapa, Neng? Mencari apa?” tanya wanita itu lagi dengan heran.

“Apa Teh Imas melihat ibu-ibu berdiri di depan rumah saya?” Wening balik bertanya.

“Ibu-ibu?” ulang wanita itu. “Saya?” Dia malah menunjuk pada diri sendiri.

“Bukan. Bukan Teteh, tapi ibu-ibu yang berdiri tepat di depan pintu rumah saya,” bantah Wening.

“Neng Wening sendirian saja dari tadi," sahut wanita itu.

Terpopuler

Comments

ayularasati91

ayularasati91

baru nemu novel ini🥺 keren banget cerita horor & misteri nya 😍 mau lanjut marathon lagi💃🏽

2022-07-13

1

Fay

Fay

lanjut thor 👍

2022-07-12

0

Aurizra Rabani

Aurizra Rabani

keren thor, lanjut lah

2022-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!