Paundra

Wening berjalan mendekat ke arah paviliun itu. Sedangkan pria tadi masih berdiri, menatap ramah dan terlihat sangat bersahabat. Senyumannya pun tampak begitu tulus. "Anda siapa?" tanya Wening datar.

"Namaku Paundra. Kebetulan aku juga menempati paviliun ini. Aku senang, karena akhirnya bisa memiliki tetangga," jawab pria itu hangat. Sementara Wening masih memperhatikan pria yang tak henti memandang dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Paundra sepertinya berusia tak jauh berbeda dengan Wening. Posturnya tegap dan gagah. Dia juga memiliki paras rupawan dengan alis tegas yang tak membosankan untuk ditatap. Keramahannya terpancar dengan jelas, dari sorot mata yang berbanding terbalik dengan tatapan milik Wening yang dingin dan seakan tanpa nyawa.

"Nama saya Wening." Gadis itu memperkenalkan diri. "Permisi, saya masuk dulu." Dia segera membuka kunci pintu paviliun itu dan masuk, meninggalkan Paundra yang masih berdiri di luar.

Ruang paviliun tersebut tidak terlalu besar, tapi jauh lebih nyaman jika dibandingkan dengan kamar Wening di kediaman peninggalan orang tuanya. Wening kemudian meletakkan ransel di atas kasur. Dia lalu melihat jam dinding yang saat itu sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Gadis itu belum sempat makan dari semenjak pulang kerja tadi. Namun, dirinya tak merasakan lapar sama sekali.

Sesaat kemudian, gadis berkuncir kuda itu beranjak ke dekat jendela kaca berukuran kecil. Wening bermaksud untuk menutup tirai yang menghiasinya. Namun, seketika gadis itu terpaku ketika dia melihat sesuatu yang aneh dari dalam kamar Raline. Kebetulan, jendela kamar gadis belia tersebut juga menghadap ke arah kolam renang. Jendela yang awalnya terang, tiba-tiba berubah redup hingga menjadi sangat gelap. Entitas hitam seakan menelan cahaya di kamar itu.

Wening bergegas keluar dari ruang paviliun, kemudian menuju kamar gadis belia tadi. Langkahnya setengah berlari dengan raut wajah yang terlihat gelisah. Tak berselang lama, dia sudah tiba di depan kamar dengan pintu bercat hitam yang baru beberapa saat lalu dirinya tinggalkan. Wening berusaha untuk memutar pegangan pintu tersebut, tapi entah kenapa karena benda itu seperti kaku.

Dengan cemas Wening mengguncang-guncangkan sekuat tenaga, tapi tetap tak berhasil. Dia lalu menggedor meskipun tidak terlalu kencang. "Raline, apa yang terjadi?" serunya dari luar.

Tak ada jawaban dari dalam. Sayup-sayup, Wening mendengar Raline mengerang pelan. Hal itu membuat rasa khawatir dalam diri Wening kian bertambah. "Raline! Buka pintunya!" serunya lagi dengan kepanikan luar biasa.

Sebuah keanehan pun terjadi, ketika semua yang ada di dalam rumah itu seakan tertidur lelap dan tak mendengar kegaduhan yang berasal dari kamar Raline. Sedangkan Wening terus berusaha untuk membuka pintu itu. Sekuat tenaga dia melakukannya. Entah dorongan dari mana, tiba-tiba Wening memejamkan mata dan kembali merasakan hawa dingin yang menjalari seluruh tubuhnya. Cahaya terang menyelubungi seluruh tubuh gadis itu. Seketika pintu kamar Raline pun terbuka lebar.

Wening membelalakkan mata, ketika mendapati sesuatu yang membuatnya merasa ngeri. Dia melihat tubuh Raline terangkat cukup tinggi dari tempat tidur dan melayang kemudian berputar beberapa kali. Sedangkan dirinya hanya dapat terpaku menyaksikan itu semua. Dia tak bisa bergerak sama sekali. Namun, sepasang mata gadis itu sempat menangkap sebuah bayangan hitam berkelebat dan berpindah-pindah seakan mengelilinginya.

"Siapa kau?" Wening yang masih berdiri terpaku di tempatnya, mengikuti pergerakan bayangan hitam tadi dengan tatapan mata penuh rasa penasaran. Sementara tubuh Raline masih melayang dan bergerak mendekati jendela kaca, seakan ada seseorang yang hendak melemparkannya ke luar.

Sekuat tenaga Wening berusaha untuk menggerakkan tubuhnya. Dia ingin meraih tubuh Raline dan menariknya kembali. Sayup-sayup, terdengar suara-suara aneh yang begitu berisik. Suara seperti orang-orang yang tengah melakukan suatu pemujaan dan itu membuat Wening kehilangan konsentrasi. Gadis tersebut memejamkan mata. Dia berusaha untuk menolak semua suara yang masuk ke telinganya.

Sesaat kemudian, badan Wening seperti menggigil dan bergetar. Cahaya putih kembali muncul dari tubuhnya. Perlahan tangan kanan gadis itu terulur ke depan, sedangkan kedua matanya masih terpejam. Cahaya putih tadi mengikuti arah tangannya dan lurus tertuju kepada Raline yang masih melayang di dekat jendela.

Setelah itu, cahaya tadi membungkus tubuh Raline dengan sempurna. Ia bergerak ketika Wening memundurkan tangannya, seolah tengah menarik tubuh gadis belia itu untuk kembali. Tubuh Raline melayang di hadapannya, kemudian turun perlahan mengikuti gerakan tangan Wening hingga akhirnya gadis berambut lurus tersebut tergeletak di atas lantai.

Beberapa saat berlalu, cahaya yang menyelimuti tubuh keduanya berangsur sirna. Suasana kamar pun kembali menjadi temaram. Wening membuka mata dan mendapati Raline yang masih tak sadarkan diri di lantai. Dengan perasaan yang masih belum dapat dia pahami, direngkuhnya tubuh gadis belia tersebut. Susah payah dia memindahkan Raline ke atas tempat tidur.

Wening duduk di tepian ranjang. Ditatapnya dengan lekat wajah polos gadis lima belas tahun yang baru selesai dia selimuti. Sesaat kemudian, Wening memperhatikan kedua tangan dan membolak-baliknya dengan heran. Dia tak mengerti dengan yang baru saja terjadi. Wening sudah sering merasakan hawa dingin itu merasuki tubuhnya, tetapi baru kali ini cahaya misterius yang tadi menyelimuti dirinya muncul dengan begitu nyata. Wening seolah mendapat sebuah kekuatan yang sangat besar, tapi belum mampu untuk dia kendalikan.

Kembali ditatapnya sekeliling kamar itu. Wening lalu beranjak ke dekat jendela dan berdiri untuk sejenak di sana. Dari tempat itu, dia dapat melihat langsung ke arah kolam renang dan juga paviliun yang ditempatinya. Tampaklah Paundra yang sedang berdiri menatap ke arah kamar Raline. Wening segera menutup tirai dengan rapat. Setelah menunggu beberapa saat dan memastikan keadaan Raline telah aman, barulah dirinya keluar dari sana. Gadis itu memutuskan untuk kembali ke paviliun dan menemui Paundra yang masih berdiri di depan bangunan tersebut, dengan sikap yang terlihat sangat tenang.

"Kau melihatnya tadi?" tanya Wening tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.

"Aku selalu melihatnya setiap malam, Wening," jawab Paundra membuat gadis itu mengernyitkan kening.

"Setiap malam?" desis Wening tak percaya.

Sedangkan Paundra membalas dengan sebuah anggukan pelan, membuat rasa penasaran dalam diri Wening kian menjadi. Dia mendekat ke arah pria itu berdiri dan menatapnya lekat.

"Apakah pak Gandhi mengetahui hal ini?" tanyanya lagi.

Paundra menggelengkan kepalanya perlahan. "Gandhi tak tahu apapun. Dia bahkan tak dapat merasakan keanehan yang sedang mengintai putrinya. Gandhi seseorang yang berpikiran modern dan mungkin tak akan mempercayai hal-hal di luar nalar seperti itu," jelas Paundra datar.

"Kau melihatnya bukan? Hal itu benar-benar nyata!" tegas Wening. Dia yang biasa berbicara dengan tanpa ekspresi, kini terlihat sedikit berapi-api dan agak panik. Wening seakan ingin mempertegas kepada Paundra bahwa kejadian aneh itu memang benar-benar terjadi. Sesaat kemudian, Wening terdiam dan kembali teringat pada kekuatan aneh yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. "Apa kau mengetahui sesuatu?" tanyanya pelan.

"Tentang apa? Cahaya yang muncul dari dalam tubuhmu?" Paundra seolah dapat menebak apa yang tengah Wening pikirkan. Hal itu membuat dia kembali merasa heran.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Wening serius dengan tatapan penuh selidik.

"Aku adalah Paundra. Kita sudah berkenalan tadi saat pertama kau datang kemari," jawab pria itu kalem.

Terpopuler

Comments

Anii Anil

Anii Anil

menarik dan menegangkan

2022-08-13

1

wening

wening

asek nih ceritanya, penuh misteri

2022-07-14

1

Fay

Fay

lanjut

2022-07-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!