Hiks hiks hiks
Suara tangis itu terdengar lagi. Membuat Elgar makin gemetaran karena takut. Saking takutnya, dia sampai menjatuhkan cangkir yang dia pegang.
PYAR
Elgar hendak lari tapi sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Pak Elgar."
Biarpun takut, Elgar memberanikan diri untuk menoleh. Dilihatnya seorang gadis tengah berdiri dibelakangnya.
"Bapak ingin membuat kopi? biar saya buatkan."
Elgar memperhatikan gadis itu dari atas kebawah. Setelah memastikan kakinya menginjak lantai, dia bisa bernafas lega. Seperinya memang orang, bukan hantu.
"Kamu og yang tadi siang menumpahkan kopi di jas saya kan?"
"Iya pak." Jawab Mila sambil mengangguk.
"Jadi, suara tangis yang saya dengar tadi, itu kamu?"
Mila mengangguk malu.
"Maaf, tadi saya tak melihat ada orang masuk." Mila menangis sambil meletakkan kepalanya diatas meja. Dia terlalu larut dengan suasana hati yang kacau sehingga tak menyadari ada orang yang masuk.
"Kenapa saya tak melihat kamu tadi?" Elgar masih bingung, pasalnya dia tak melihat ada orang saat masuk tadi. Hanya mendengar suara tangis, hingga dia pikir itu suara hantu.
"Saya duduk disana pak." Mila menunjuk kursi yang ada dipojokan ruang yang segaris dengan pintu. Sehingga saat Elgar masuk dan langsung fokus pasa kitchen set, dia tak melihat Mila.
Mila mengambil panci dan segera merebus air. Mengambil kopi saset di lemari gantung lalu menuangkankan isinya kedalam cangkir.
"Kenapa kamu belum pulang?" Tanya Elgar.
"Sebentar lagi." Tadi saat hendak pulang, Mila mendapat telepon dari ibunya. Beliau mengabarkan jika rumah mereka akan disita bank karena sudah menunggak 3x cicilan hutang. Mila bingung bagaimana cara mencari uang sebanyak itu. Dia menelepon teman dan saudara untuk meminjam uang tapi tak ada yang bisa menolongnya. Dia menangis di pantry hingga tak sadar jika sudah terlalu malam.
Elgar memperhatikan Mila yang sedang membuat kopi. Gadis itu sangat cantik, bodinya bagus dan dadanya tampak membusung indah.
Elgar yang sudah lama tidak mendapatkan kepuasan biologis, mendadak berfantasi liar. Sudah lama Salsa tidak pulang ke Indonesia, dia juga terlalu sibuk bekerja hingga tak ada waktu untuk mengunjungi Salsa ke US.
"Ini Pak kopinya." Ucapan Mila membuyarkan lamunan kotor Elgar.
"Taruh dulu disitu." Elgar menunjuk dagu kearah meja kitchen.
"Berapa usia kamu?"
"20 tahun."
"Sudah menikah?"
"Belum."
"Kenapa nangis, putus cinta?"
Mila menggeleng.
"Lalu?"
"Masalah keluarga."
"Dipaksa kawin saya pria tua?"
Lagi lagi Mila menggeleng.
"Lalu?"
"Rumah saya akan disita bank."
"Karena gak bisa bayar hutang?" Tebak Elgar.
Mila menganguk.
"Berapa?"
"Tunggakan 3x ditambah denda, total sekitar 10 juta."
Elgar menyeringai, tiba tiba otak nakalnya mulai bekerja dengan baik. Dia memperhatikan sekeliling. Tak mau sampai ada yang melihat apalagi mendengar apa yang dia bicarakan dengan gadis itu.
Elgar memperhatikan name tag yang ada didada Mila.
"Nama kamu Mila?"
"Iya Pak."
"Saya bisa bantu kamu. Satu jam lagi, tunggu saya didepan halte dekat kantor." Tanpa menunggu jawaban Mila. Elgar mengambil kopinya dan keluar dari pantry.
Mila masih tertegun ditempat. Apakah dia tidak salah dengar. Pak Elgar mau membantunya. Apakah ini mimpi?
Mila mencubit lengannya sendiri. Sakit, jadi ini bukan mimpi. Mila buru buru mengemasi barangnya dan merapikan rambut ditoilet. Dia tak boleh telat. Dia harus segera sampai dihalte sebelum Pak Elgar datang.
...****...
Mila terus terusan memandangi jam di ponselnya. Ini sudah satu jam lebih dari waktu perjanjian. Tapi Elgar belum juga muncul. Tapi Mila tak mau putus asa. Dia bertekad akan menunggu bahkan sampai tengah malam. Dia sangat berharap Elgar bisa menolongnya.
Setelah hampir 2 jam menunggu, akhirnya sebuah mobil mewah berhenti didepan halte. Kaca jendelanya terbuka, tampaklah wajah Elgar disana.
"Cepat masuk." Titahnya dari dalam mobil.
Mila mengangguk dan segera masuk. Tanpa bicara sepatah katapun, Elgar langsung tancap gas.
Jantung Mila berdegup tak karuan. Ini untuk pertama kalinya, dia naik mobil mewah. Dan yang lebih membuat jantungnya terasa ingin meledak, disampingnya ada Elgar. Pria yang membuatnya jantungnya berdegup dua kali lebih cepat sejak pandangan pertama. Tapi apalah daya, dia hanya seorang office girl. Mana berani untuk menyukai seorang Elgar.
"Kita mau kemana Pak?" Tanya Mila yang tiba tiba merasa sedikit takut. Malam malam berdua dengan seorang laki laki, sedikit membuatnya membayangkan yang tidak tidak.
"Nanti kamu juga akan tahu."
Mila tak berani bertanya lagi. Dia hanya menatap jalan dan terus meremas jemarinya sendiri untuk mengurangi kegugupan. Hingga akhirnya, mobil itu berhenti. Mila mengamati dari kaca jendela. Ingin tahu dimanakah di saat ini.
Mata Mila seketika terbelalak saat membaca tulisan yang ada didepannya.
"Hotel." Gumam Mila.
"Kamu butuh uangkan? Saya bisa memberikannya."
"Maksud bapak?" Mila menoleh ke arah Elgar.
"Jadi wanita saya. Saya akan memberikan 10 juta diawal dan 5 juta perbulan. Ya, kurang lebih seperti wanita simpanan, atau baby, atau partner ranjang atau apalah istilahnya."
Mila meremas celananya. Dia tak menyangka jika pria yang sehari harinya tampak sangat berwibawa itu, menawarkan hal menjijikan padanya.
"Kamu hanya perlu memuaskan saya diranjang. Setiap bulan, saya akan memberikanmu uang. Mudah sekali bukan." Lanjut Elgar sambil menyeringai. Seolah olah yang dia tawarkan adalah sesuatu yang fantastis.
"Bisa bersenang senang dengan saya plus dapat bonus uang. Tidak ada penawaran yang lebih menarik dari itu. Kamu hanya tinggal membuka sel__"
"Cukup." Teriak Mila. Dia tak sanggup lagi mendengar ucapan Elgar yang seolah olah ingin membeli harga dirinya. Yang menganggap wanita adalah barang murah yang bisa dia beli.
Elgar mengernyit, tanggapan Mila sungguh diluar ekspektasinya.
"Sepertinya anda salah orang." Seru Mila dengan nafas naik turun karena emosi.
"Gak usah muna jadi cewek." Bentak Elgar. "Lo itu harusnya bersyukur. Lo itu hanya og, tapi karena kasihan gue mau bayar lo. Diluar sana banyak yang mau jadi teman tidur gue tanpa dibayar."
"Kalau memang begitu, kenapa bapak mau bayar saya? Bukankah banyak yang gratis?" Cibir Mila. Saat ini, rasa hormatnya pada Elgar sudah lenyap.
"Asal bapak tahu, biarpun saya hanya office girl, tapi saya punya harga diri. Bapak tidak perlu mengasihani saya."
"Berapa harga diri lo, biar gue beli."
PLAK
Sebuah tamparan saat itu juga mendarat dipipi Elgar.
"Damn." Umpat Elgar sambil memegang pipinya yang panas. Nafasnya menderu karena emosi yang membuncah.
Mila berusaha membuka pintu mobil tapi tak bisa karena Elgar menguncinya.
"Buka pintunya, saya mau keluar." Teriak Mila sambil terus berusaha membuka pintu.
"Kamu saya pecat. Mulai besok, kamu tidak perlu datang untuk bekerja lagi."
Mila terdiam, lalu dia tersenyum mengejek.
"Saya tidak menyangka jika pria seperti anda bisa menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi."
"Keluar dari mobil saya." Hardik Elgar sambil membuka kunci mobilnya.
Setelah Mila keluar, Elgar langsung tancap gas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ila Lee
murah ya 10 juta itu berapa rm wang Malaysia Thor aku ingin thu
2025-01-16
0
anie Yustiani
duh gustii iklannya lewat setiap 1 episode .
2025-02-03
0
Nuryati Yati
murah bener hanya 10 juta.. ternyata Elgar tukang anu
2024-12-14
0