Brakkk
Suara pintu yang dibanting mengagetkan Mila yang sedang tidur. Sepulang kerja tadi, karena terlalu capek, Mila langsung ketiduran saat menyentuh bantal.
Mila mengerjabkan matanya sambil melihat ke arah pintu. Tampak Elgar yang baru masuk berjalan mendekat kearahnya.
Mila meregangkan otot ototnya sebentar lalu duduk. Walaupun belum mengeluarkan kata kata, dari raut wajahnya, dia tahu Elgar sedang bad mood.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Elgar dengan nada tinggi.
Mila paham yang dimaksud Elgar. Tapi dia masih mencoba memilih kata kata yang paling tepat untuk meredam emosi Elgar. Karena salah sedikit saja, bukannya membaik, yang ada Elgar akan makin meledak.
"Budek lo." Bentak Elgar.
"Gak terjadi apa apa." Jawab Mila santai. Dia tahu seperti apa Elgar. Jika pria itu emosi, dia tak boleh ikutan emosi. Karena itu hanya akan menambah keruh masalah.
"Gak usah bohong. Lo diapain sama tua bangka itu?"
"Gak diapa apain El."
"Lo suka sama tua bangka itu?"
Mila seketika melotot mendengar pertanyaan tak masuk akal itu. Suka sama Pak Bas, amit amit.
"Ya enggaklah."
"Kalau lo gak suka, ngapain ngelindungin tua bangka itu. Gue tahu dia berbohong tadi. Dan lo kenapa iku alur kebohongan dia?"
Mila bangkit dari tempat tidur lalu memeluk El dari samping.
"Aku terpaksa El. Aku bisa kena masalah juga jika bilang yang sebenarnya."
"Maksud lo?" Elgar mengernyit bingung sambil menatap mata Mila.
"Aku.....ketiduran tadi."
"Apa?" Mata Elgar membulat sempurna mendengar ucapan Mila. Dia segera melepas pelukan Mila dan menatapnya tajam.
"Aku ketiduran di ruang meeting. Kalau aku bilang yang sebenarnya, aku bisa dipecat El. Tadi pagi gara gara telat aku dapat sp 2."
"Itu artinya, lo tidur saat tua bangka itu masuk keruangan. Jangan jangan dia udah ngegrep* lo. Udah nyium lo juga."
Mila menggeleng cepat. "Enggak El. Aku gak diapa apain. Sumpah El. Dia memang sempat mau nyium aku. Tapi keburu Reni datang. Aku itu cuma tidur El, gak pingsan. Gak mungkinlah aku gak terasa kalau dicium atau di grep*."
"Yakin?" Elgar memastikan lagi.
"Seratus persen." Jawab Mila sambil kembali memeluk Elgar.
"Kamu cemburu El sama Pak Bas?" Tanya Mila sambil tersenyum.
"Dih cemburu sama dia, amit amit. Orang butapun bisa tahu kalau gue lebih segalanya dibanding dia. Cemburu itu hanya berlaku buat orang yang tidak percaya diri. Dan jelas, itu bukan gue." Jawab Elgar sambil melepaskan pelukan Mila lalu duduk disisi ranjang.
"Terus kenapa marah?"
"Ya karena gue gak mau milik gue disentuh orang lain." Jawab Elgar sambil melepaskan kancing dipergelangan tangannya.
"Aku juga El, aku juga tak mau milikku disentuh orang lain." Ujar Mila dalam hati. Ya, hanya dalam hati, karena dia ingat sekali janjinya dulu. Jika dia tak akan ikut campur urusan pribadi El.
Mila menghela nafas lalu duduk disebelah El. Sepertinya, dia hanya terlalu berharap jika El cemburu, nyatanya pria itu sama sekali tak cemburu.
Mila membantu Elgar melepas kemeja, lalu bangkit untuk membawanya ke tempat cucian kotor. Baru berjalan beberapa langkah, Elgar sudah melemparkan koas dalam yang baru dilepasnya ke arah Mila.
"Itu sekalian." Ujarnya lalu merebahkan diri dengan santai diatas ranjang.
Mila lagi lagi hanya bisa menghela nafas. Dia berjongkok untuk mengambil kaos putih yang teronggok dilantai.
Elgar memang sering semena mena padanya. Tak mengindahkan perasaannya dan selalu memaksakan kehendak. Tapi sejauh ini, Mila masih bisa menerima, karena Elgar tak pernah melakukan kekerasan fisik. Uang bulanan juga lancar. Dan yang paling penting, dia bahagia saat bersama Elgar.
"Mil, gue laper." Ujar El saat Mila baru keluar dari kamar mandi.
"Tunggu bentar, aku masakin buat kamu." Mila memang tak pernah menyiapkan makanan lebih dulu buat Elgar. Karena pria itu tidak datang setiap hari. Dia hanya datang saat minta jatah saja. Kalau gak gitu, cuma buat nyuruh nyuruh doang.
"Gue gak mau nasi goreng, omelet, sarden. ayam, apalagi mie instan. Pokoknya yang lain. Bosen gue itu itu mulu."
Mila yang hendak memasak sarden dan tumis brokoli jadi batal.
"Telur balado?" Tawar Mila.
"Gak mau telur."
Mila mendengus. Hanya perkara makan saja, sesusah ini. Padahal kalau dia sendiri, telur ceplok sama kecap aja jadi.
"Ya udah, aku pesenin aja ya."
"Terserah lo."
Mila mengambil ponsel milik El lalu memesankan makanan sesuai permintaannya. Tak ada saldo di akun Mila, jadi dia memakai ponsel Elgar. Disaat bersamaan, sebuah pesan masuk. Tertulis nama Salsa disana.
Melihat Elgar yang sedang rebahan dengan mata tertutup membuat Mila memberanikan diri membuka pesan tersebut.
Hay Beb, What are you doing now? miss u . Vcs yuk....
Mila seketika melotot melihat isi pesan dari Salsa. Apakah selama Salsa di luar negeri, mereka sering vcs? Atau hanya sesekali untuk melepas rindu?
Mila menatap Elgar. Apakah selama menikah dengannya, Elgar masih belum cukup terpuaskan olehnya? Apa permainannya tak sehebat Salsa? Ribuan pertanyaan berkecamuk dikepalanya.
"Mil, pijitin gue." Ucapan Elgar membangunkan Mila dari lamunannya.
"Iya bentar, aku selesaiin pesan makanan dulu." Jawab Mila.
"Lelet banget sih, dari tadi gak kelar kelar."Omel Elgar tapi tak dihiraukan sama sekali oleh Mila.
Setelah urusan memesan makanan selesai. Mila menoleh lagi ke arah Elgar. Pri itu masih memejamkan mata. Cepat cepat Mila membalas pesan Salsa.
Sorry beb, gue sibuk
Mila sering mendengar Elgar dan Salsa teleponan. Jadi dia tahu seperti apa Elgar memanggil Salsa. Perbedaan waktu 11 jam antara Indonesia dan US, membuat Salsa lebih sering menelepon disaat malam.
Setelah pesan terkirim, buru buru Mila menghapusnya.
Maaf Sal. Untuk malam ini, biarkan Elgar jadi milik aku seutuhnya.
Setalah semuanya beres, Mila meletakkan ponsel Elgar diatas nakas. Dia berharap, Salsa tak mengirim pesan lagi atau bahkan menelepon. Elgar pasti murka jika tahu dia telah membajak wa nya.
Mila naik keatas ranjang lalu duduk selonjoran. Setelah Elgar berbaring di pangkuannya, Mila segera memijit kening dan kepala pria itu.
"Enak banget Mil." Gumam Elgar dengan mata tertutup sambil menikmati pijatan Mila.
"El...."
"Hem."
"Empat bulan kita menikah, apa kamu gak ada sedikitpun rasa buat aku?"
"Enggak."
Elgar bahkan tak perlu memikirkan dulu jawabnya. Seolah dia sudah sangat yakin dengan perasaannya.
"Buka mata kamu deh." Titah Mila sambil menoel hidung Elgar.
Elgar membuka mata dan langsung di hadapkan dengan pemandangan Mila yang tersenyum manis padanya.
"Aku cantikkan, masak sih gak suka sama aku?" Goda Mila sambil mengedipkan sebelah matanya.
Elgar menatap Mila beberapa detik lalu mengelus pipi dan bibirnya.
"Adalah rasa suka."
"Beneran?" Senyum Mila kian merekah dan hatinya berbunga bunga.
"Iya suka. Suka ml sama kamu. hahahaha."
Mata Mila seketika melotot. Dia mencubit perut El saking kesalnya. Bisa bisanya pria itu mengerjainya. Membuatnya baper seperti melayang, tapi kemudian dihempaskan tanpa perasaan.
Elgar terus saja tertawa terbahak bahak hingga dia mengubah posisinya menjadi duduk. Berbeda sekali dengan Mila yang memasang wajah masam.
"Lagian pertanyaan ada ada aja. Gue gak bakal suka sama lo. Lo bukan tipe gue."
"Emang tipe kamu yang gimana, kayak Salsa?" Cibir Mila dengan muka kesalnya.
"Benar sekali. Cantik, seksi, smart, dan kaya. Perempuan kayak gitu yang bisa ngimbangin gue. Yang bisa mendukung karier gue. Dan satu lagi, dia bisa membawa gue ke puncak karier tertinggi." Jawab Elgar dangan sangat yakin.
"Apa kamu yakin akan bahagia bersama Salsa?"
"Gak yakin, tapi sangat yakin. Gua bakal nguasain perusahaan jika nikah sama Salsa. Gak ada yang lebih membahagiakan selain itu."
"Materi bukan segalanya El."
"Tapi seenggaknya, dengan materi kita bisa melakukan segalanya."
"Tapi enggak dengan cinta. Cinta gak bisa dibeli dengan materi."
"Kata siapa?" Ujar Elgar dengan nada mengejek.
"Dengan materi, laki laki bisa mendapatkan perempuan seperti apapun, pun sebaliknya. Buktinya, lo juga bisa gue beli dengan uang."
Mila menggeleng tak setuju. "Aku kamu nikahi, bukan kamu beli." ralat Mila.
"Halah sama aja. Gue nikahin lo cuma buat muasin gue diranjang. Dan lo mau nikah sama gue juga hanya demi uang."
"Gak hanya demi uang. Tapi karena aku juga cinta sama kamu."
"Udah udah, males gue debat ama lo. Pijetin nih punggung sama bahu gue." Elgar segera memposisikan punggungnya dihadapan Mila.
Mila membuang nafas kasar lalu mulai memijit bahu Elgar.
"Pelan banget, sambil ngelamun lo. Atau jangan jangan lo napssu lihat punggung seksi gue?" Cibir Elgar sambil menoleh ke arah Mila. "Ngaku aja kalau napsu. Secarakan, kalau lihat tubuh gue dikit, lo langsung sangee." Lanjutnya sambil mengerling menggoda.
"Gak kebalik apa." Geram Mila sambil memijat kuat kuat kedua bahu El.
"Aduh aduh....sakit Mil."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kar Genjreng
biarlah Mill ibarat mulutmu adalah harimaumu gitu biar elgar menghina atau jahat nanti ada waktu ,,, kekayaan ternya tidak bisa mengembalikan fakta sesungguhnya ,,dan waktu tidak bisa di putar ulang,,,ada saatnya mill
2025-02-19
0
Ila Lee
Mila jgn sampai hamil nanti kau sendiri yg menanggung. nya sendiri kn ledar Audah ckp kamu hanya pemuas nafsu sahaja
2025-01-16
0
lucky gril
lagian mila udah tau posisi gitu mau serakah🙄
jangan ngerasa lebih,sadar diri dulu loe neng😞
2025-01-03
0