Senyum Mila mengembang setelah membaca pesan dari Elgar. Suaminya itu, akan datang malam ini. Tak ingin membuang waktu sia sia, dia segera membuka almari untuk memilih lingerie. Pilihannya jatuh pada lingerie warna hitam kesukaan Elgar.
Mila mengambil lingerie itu dari gantungan sambil tersenyum senyum sendiri. Mengingat ingat, kapan terakhir dia memakainya untuk menghabiskan malam bersama Elgar.
Dia meletakkan lingerie itu diatas ranjang lalu bergegas kekamar mandi. Dia tak boleh membuang waktu, karena ritual mandinya menjadi lebih lama jika Elgar mau datang.
Selesai mandi, dia terkejut saat melihat Elgar yang sudah berbaring diatas ranjang. Sejak kapan dia datang? Dan akan jadi masalah besar jika dia menunggu terlalu lama.
"El." Panggil Mila saat melihat Elgar berbaring diatas ranjang dengan mata tertutup. Entah pria itu tidur atau hanya memejamkan mata saja. Karena tak ada sahutan, Mila berjalan mendekati Elgar.
Tanpa disangka, Elgar tiba tiba menarik lengannya hingga tubuh Mila terjatuh dalam pelukannya.
"Lo tahukan, gue gak suka nunggu." Ujar Elgar dengan suara tegasnya.
"Maaf." Kata andalan yang selalu Mila ucapkan. Entah sudah berapa lali kata itu keluar sejak mereka menikah.
Elgar membalikkan posisi. Dan sekarang, dia berada diatas tubuh Mila.
"I miss you." Ujar Mila sambil menyentuh rahang kokoh dan bibir Elgar.
Seperti biasa, tak pernah ada jawaban I Miss u too. Elgar langsung mencium bibir Mila dengan rakus. Melumatt dan memainkan lidahnya dengan lihai didalam mulut Mila.
"Arghh..." Mila mulai meneluarkan lenguhan saat bibir Elgar mulai turun menyusuri cuping telinga hingga leher. Elgar sangat tahu dimana titik kelemahan Mila.
"El....." Lenguh Mila saat Elgar menarik handuknya hingga terlepas dan melemparkannya ke sembarang arah. Rencana Mila untuk menyambut El dengan lingerie hitam gagal total karena El sudah lebih dulu datang.
Tubuh Mila meliuk liuk tak karuan saat Elgar mulai mengeksplor dada dan menyentuh bagian intinya. Bermain main disana sangat lama hingga Mila tak kuasa menahan pelepassan pertamanya.
Dan sekarang , giliran Mila yang memanjakan El. Dia paham seperti apa kesukaan El. Pria itu menyukai wanita yang agresif dan pandai memanjakan pusakanya.
"Terus Mil." Racau Elgar sambil menekan kepala Mila agar lebih masuk lagi. Dia sangat menyukai servis Mila. Hingga dia benar benar ketagihan dengan wanita itu.
Keduanya terus mengarungi samudera kenikmatan. Dinginnya ac tak mampu lagi mendinginkan panas tubuh mereka. Desahhan demi desahhan tak henti hentinya keluar dari mulut mereka. Hingga akhirnya, keduanya mencapai puncak bersama.
Mila memeluk tubuh El yang basah oleh keringat. Dia sangat menyukai aroma tubuh El disaat seperti ini. Benar benar aroma yang membuatnya mabuk kepayang.
Cup, cup ,cup
Mila menghujani wajah Elgar dengan kecupan. Elgar hanya diam saja sambil menikmati perlakuan Mila. Matanya terpejam, tapi sebenarnya dia tidak tidur.
"El...." Panggil Mila sambil memainkan jari jarinya didada bidang Elgar. Dada yang ditumbuhi bulu bulu halus yang sangat disukai Mila.
"Aku dengar kabar, katanya Salsa akan pulang ke Indonesia. Apa itu benar?" Tanya Mila dengan hati tak karuan.
"Hem." Elgar hanya menjawab dengan deheman.
Dadanya Mika seketika terasa sesak. Apakah kebersamaannya dengan Elgar akan segera usai? Rasanya dia tak sanggup untuk berpisah dengan Elgar.
"Apa kamu akan ninggalin aku saat dia pulang?"
"Mungkin."
Dan saat itu juga, air mata Mila meleleh. Hatinya begitu sakit. Tidak, dia tidak siap berpisah dengan El. Elgar adalah cinta pertamanya. Dan seandainya bisa, dia tak mau berpisah dengan Elgar.
FLASHBACK 4 BULAN YANG LALU
Bruk
Elgar yang berjalan sambil melihat ponsel, tak sengaja menabrak Mila yang sedang membawa nampan berisi kopi.
"Damn." Umpat Elgar yang melihat jas nya terkena sedikit tumpahan kopi.
"Maaf pak, maaf." Ujar Mila dengan gugup. Tubuhnya gemetaran, dia sangat takut. Dia tahu siapa pria yang ada dihadapannya itu. Dia adalah anak pemilik perusahaan.
Ingin sekali Elgar memaki maki office girl didepannya itu. Tapi Elgar berusaha menahan diri demi image positifnya. Apalagi saat itu tidak hanya ada mereka berdua. Tapi ada karyawan lain yang melihat.
Elgar menarik nafas lalu membuangnya perlahan. Menekan emosinya agar tak sampai meledak. Dia lalu melepas jasnya dan memberikannya pada Mila.
"Tolong bersihkan nodanya. Satu jam lagi saya ada meeting. Jadi pastikan jas itu sudah bersih dan antar keruangan saya."
"Ba, baik Pak." Jawab Mila terbata bata.
Elgar berlalu begitu saja. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh asistennya untuk membeli jas baru. Tapi rasanya terlalu enak jika og tersebut tidak diberi hukuman.
Untung otak Mila sedang bekerja dengan baik. Dia tahu ada laundry didekat kantor. Setiap hari dia berjalan kaki dari kos ke kantor, sehingga dia hafal apa saja yang ada diarea dekat perkantoran itu.
Mila berlari seperti orang dikejar setan menuju laundry twrsebut. Meminta pegawai loundry mencuci dan menyerika secepat kilat. Beruntung jas tersebut berwarna hitam, jadi nodanya tak terlihat bekasnya. Mila terpaksa harus membayar mahal untuk jasa laundry tersebut, tapi tak apa, daripada dia dipecat.
Mila segera mengantarkan jas tersebut ke ruangan Elgar.
"Kamu terlambat 6 menit." Ujar Elgar sambil melihat jam tanganya.
"Ma, maaf pak." Jawab Mila dengan nafas yang masih ngos ngosan. Kaki dan tangannya gemetaran, antara takut, gugup, dan capek.
Elgar memperhatikan Mila dari atas kebawah. Rasanya, baru hari ini dia melihat gadis itu.
"Kamu pegawai baru?"
"I, iya Pak. Tolong jangan pecat saya pak. Saya minta maaf."
"Kali ini saya maafkan. Tapi pastikan, lain kali bekerja dengan benar."
"Baik pak, terimakasih." Mila bisa bernafas lega. Biarpun dia kehilangan uang untuk membayar laundry yang lumayan mahal, yang penting dia tidak dipecat.
Seharian Elgar disibukkan dengan pekerjaan yang menggunung. Dia sampai harus lembur karena pekerjaannya belum selesai. Elgar adalah pria yang sangat ambisius. Dia berambisi besar menggantikan ayahnya menjadi CEO. Hal itu tentu saja bukan perkara yang bisa didapat dengan mudah. Ada Devan, kakak ipar yang selalu membayanginya.
Elgar dan Devan adalah kandidat calon CEO berikutnya. Elgar yang ambisius jelas tak mau sampai kalah. Baginya, kemenangan adalah harga mutlak. Dan kekalahan, tak ada dalam kamus hidupnya. Devan yang lebih dulu terjun kedunia bisbis, jelas mempunyai pengalaman yang lebih banyak dari Elgar. Hal itu sering membuat Devan berada satu langkah didepan Elgar. Dan buktinya, saat ini Devan yang ditugaskan untuk mengurus perusahaan baru di Singapura.
Tapi Elgar memiliki kartu As yang bisa membuatnya lebih mudah menjadi CEO dan menguasai perusahaan. Selain statusnya sebagai anak kandung Pak Dirga, dia juga punya Salsa. Kekasih yang merupakan anak pemilik saham terbesar kedua setelah ayahnya. Jika dia menikah dengan Salsa. Posisi CEO akan langsung jatuh ketangannya.
Elgar yang mulai lelah, ingin istirahat sejenak. Dia menuju pantry untuk membuat secangkir kopi. Dia sengaja tak menyuruh Tari karena ingin sedikit berjalan untuk melemaskan kakinya. Sejak tadi, dia hanya duduk, membuat persendiannya terasa kaku.
Pertama kalinya masuk ke pantry, membuat El tak paham tempat itu. Dia tak tahu dimana tempat menyimpan kopi. Dibukanya satu persatu almari gantung untuk mencari kopi.
"Hiks hiks hiks."
Samar samar, dia mendengar suara tangisan perempuan. Tubuhnya seketika gemetar dan bulu kudunya meremang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kar Genjreng
awal mula nih jadi putar ulang replay,,,awal mula sama sama butuh nih
2025-02-18
0
Ahmad Zaenuri
yg nangis manusia bener apa manusia jadi jadian ya 🤔🤔
2025-03-12
0
Nuryati Yati
awal bertemu Mila sudah suka ma Elgar
2024-12-14
0