12. Dia Benar-benar Sakit?

"Kamu ... kamu sudah menikah? Apa maksudnya ini, Alara?" Dave sungguh terlihat sangat bingung; tidak mengerti dengan maksud perkataan Alara barusan.

"Nggak usah pura-pura bodoh, Dave. Gue udah nikah, artinya memang udah nikah. Dan gue mau kita putus, artinya gue mau  kita putus," tutur Alara. "Gini, deh, Dave, gue jelasin. Selama kita pacaran, gue nggak terlalu nganggep lo sebagai pacar gue. Dan, ya, gue menjalin hubungan dengan lusinan laki-laki sekaligus. Jadi, pacar gue nggak cuma lo doang," paparnya.

Pria bernama Dave itu pada akhirnya hanya bisa megap-megap; mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, tetapi justru sesuatu itu tidak mau keluar.

"Maaf kalau lo patah hati, tapi ini bisa lo buat sebagai pelajaran untuk hidup lo kedepannya. Kalau mau nembak cewek ngajak pacaran itu, ditanya dulu udah punya pacar apa belum. Kan lebih baik patah hati di awal, ketimbang hubungan udah terjalin berbulan-bulan, tapi ceweknya modelan gue. Dan dengan lo tanya status cewek yang lo suka, itu bikin dia setidaknya punya pilihan. Kalau lo tiba-tiba aja gitu nembak dia ngajak pacaran, bisa-bisa lo dilempar sendal sama dia," tutur Alara panjang lebar.

"Oke, Dave, gue pergi dulu. Lo pria yang baik, lo berhak dapat yang lebih baik dari gue," lanjutnya.

Sampai Alara menghilang dari hadapannya, Dave masih diam mematung tanpa suara. Tidak dicegah, tidak ada emosi, tidak ada makian karena marah. Entahlah, tidak tahu apa yang kini pria itu pikirkan.

Kembali lagi pada Alara. Sesaat setelah memutus hubungan dengan Dave, serasa satu beban di pundaknya menghilang. Lega. Bertambah tenang. Meski media pelampiasan gabutnya kini tinggal empat.

Tujuan Alara masih sama, hotel. Dia benar-benar capek. Dia ingin tidur. Dia sudah tidak peduli di mana keberadaan Abir. Lagi pula, pulau Bali ini luas. Siapa yang sanggup keliling Bali dalam waktu semalam? Alih-alih melakukan itu, akan lebih berfaedah jika dia tidur. Masa bodoh dengan uang yang terbuang percuma. Kalau hatinya protes, Alara bisa mengatakan, 'itu juga bukan kemauan gue'.

Alara sampai dan baru saja tubuhnya yang kelelahan itu dijatuhkan di bed, ponselnya sudah berdering nyaring menggetarkan seluruh sudut bantal.

Gadis itu berdecak, lalu malas-malasan menggapai benda pipih itu untuk kemudian dilihat siapa yang menelpon.

Seketika, kedua bola matanya melotot lebar. Tertera nama 'Dilara Aunty' di layar yang menyala-nyala. Itu bibinya—adik dari ibunya. Wanita itu kemarin tidak datang ke acara pesta pernikahannya, dan kenapa sekarang menelpon?

"Halo, Bibi," ucap Alara setelah beberapa detik.

"Kamu ini kenapa? Ngangkat telpon aja lama banget, lagi sibuk ngapain? Oh, iya, ponakanku ini kan pengantin baru. Jadi wajarlah, ya," celoteh wanita itu sambil senyum-senyum menggoda di akhir kalimat.

Alara seketika tak tahu harus bereaksi seperti apa, jadi dia hanya menggaruk-garuk kepalanya kikuk.

"Oh, iya, di mana Abir? Kenapa cuma mukamu aja yang kamu perlihatkan di layar?" tanya Dilara.

Dengar, wanita cerewet, kepo, tapi berhati baik itu sudah nyerocos duluan. Alara bahkan sampai seperti video yang diputar tapi kehabisan sinyal; loading.

"Lara, malah bengong? Mana Abir? Jangan bilang kamu ngusir dia, ya? Atau kalian habis bertengkar, jadi kamu nyuruh dia tidur di luar? Ayolah, Sayang, jangan gitu. Kalian ini masih baru aja nikah, masa iya udah main gelud aja?" oceh Dilara lagi.

"Bukan gelud, Bi. Abir lagi … emm … lagi …" Alara lagi-lagi menggaruk rambutnya yang tak gatal sama sekali. Alasan apa yang akan dia berikan sekarang?

"Kan, malah garuk-garuk. Ditanyain Abir ke mana aja kok nggak mau jawab? Marah karena Bibi kemarin nggak dateng? Bibi sebenernya juga pengin dateng, Sayang. Tapi, si kembar Ziya dan Zoya lagi sakit. Jadi, Bibi minta maaf, ya," ujar Dilara.

"Iya, Bi, enggak apa-apa. Lara juga nggak marah. Sama sekali enggak. Lagian, nggak penting-penting amat dateng ke acara Lara." Alara setengah menggerutu di akhir kalimat.

"Nggak penting? Kok bisa gitu?"

"Hehe, enggak. Maksudnya ... si Kembar lebih penting. Oke, Bi, udah dulu, ya. Ini Abir baru balik dari beli nasi goreng. Oke, bye~" Alara cepat-cepat mematikan sambungan videonya, meski ia dengar teriakan cegahan dari seberang sana. Selanjutnya, ia mematikan data seluler, dan terakhir menyalakan mode pesawat.

Huft. Napas Alara baru bisa berembus lega. Dia berhasil selamat dari kecerewetan bibinya itu, meskipun dengan kebohongan.

***

Sara terlihat sangat bahagia memandangi puluhan kunang-kunang dalam botol kaca, yang barusan mereka berdua tangkap. Ternyata gadis itu masih sama, batin Abir yang pandangannya malah terfokus pada Sara.

"Thank you banget, ya, Abir. Dari dulu aku pengin bisa nangkep kunang-kunang dan masukin ke botol kaca kayak gini. Akhirnya bisa kesampaian sebelum aku mati," oceh perempuan itu dengan semangat. "Oh, iya, tolong fotoin aku sama kunang-kunang ini, ya? Nanti fotonya mau aku tempel di buku diary-ku; mendokumentasikan kalau impian ini sudah terpenuhi."

Abir menerima kamera polaroid dari tangan Sara. Gadis itu kemudian berpose dengan beberapa gaya bersama botol kunang-kunangnya, yang fotonya diambil oleh Abir.

Beberapa foto satu per satu keluar dari dalam kamera itu. Sara tak kalah antusias mengambil kemudian menempelnya di buku diary yang selalu ikut ke mana pun dia pergi.

"Aku rasanya senengggg banget, Abir. Makasih banyak, ya," Gadis itu bahkan sampai berkaca-kaca saat mengucapkan terima kasih untuk yang kesekian kalinya pada Abir.

"Nggak usah terima kasih terus. Aku juga seneng bisa bantu kamu," balas Abir.

"Alara nggak marah 'kan, kita sama-sama gini? Takutnya nanti dia ngamuk, nuduh aku pelakor, atau laporin aku ke polisi? Kamu bilang dia itu kan perempuan kejam?" Ekspresi Sara berubah panik saat teringat sosok istri Abir.

Abir terkekeh. "Enggak, enggak. Alara nggak akan lakuin apa yang kamu bilang. Jujur, ya, kami buat perjanjian sebelum nikah, yang isinya kami bebas mau pacaran atau selingkuh sama siapa pun. Jadi, Alara nggak akan masalah soal kebersamaan kita ini."

Kening Sara mengerut. "Perjanjian macam apa itu? Dan kenapa?"

Abir tertawa. "Ceritanya panjang. Udahlah, lupain aja. Sekarang, kamu mau kita ke mana lagi? Atau kamu pulang aja? Istirahat, biar nggak kecapekan?"

Sara menggeleng cepat. "Aku nggak mau pulang secepat ini. Aku masih mau jalan-jalan, apalagi waktuku tinggal sedikit …."

"Baiklah, kita jalan ke mana lagi? Mau makan? Atau … nangkap saudaranya kunang-kunang?" canda Abir.

"Saudaranya kunang-kunang, ya kunang-kunang, Abir," tawa Sara. "Ya udah, kita makan? Aku tunjukin salah satu rumah makan terbaik di kota ini."

"Oke, ayo." Abir bangkit seraya memegang tangan Sara. Mereka kemudian menuju ke mobil yang diparkir lumayan jauh dari sini. Karena lokasi yang dipenuhi pepohonan, membuat mobil mustahil masuk.

"Abir, stop," Sara berhenti, napasnya yang tersengal-sengal membuatnya tak mampu berlari lebih jauh lagi.

"Sara, kamu baik-baik aja?"

"Aku nggak kuat," jawab Sara dengan napas yang semakin tersendat.

"Kita berhenti dulu," Abir membantu Sara untuk duduk di situ. Pria itu memberikan minum, juga membantu dengan mengelap keringat Sara yang bercucuran. Meski gelap, terlihat jelas jika wanita itu pucat.

"Kamu harus pulang, Sar. Kita pulang, ya?" bujuk Abir.

Sara menggeleng. "Aku nggak kuat, Abir ..." rintihnya.

"Aku gendong."

***

Episodes
1 01. Kompromi Gila
2 02. Terganjal Restu?
3 03. Pasangan Kriminal
4 04. Alara dan Macan Tutul Himalaya
5 05. Perjanjian
6 06. Gara-gara Kebanyakan Pacar
7 07. Malam Pertama, bukan Malam Terakhir
8 08. Tendangan Super Alara
9 09. Abir Marah?
10 10. Honeymoon Sendiri-sendiri
11 11. "Gue mau kita putus."
12 12. Dia Benar-benar Sakit?
13 13. Sakit, tapi Bisa Jalan-jalan?
14 14. Alara yang Kejam, atau Abir yang Bodoh?
15 15. Perempuan Gila
16 16. Gara-gara Minuman Terkutuk
17 17. S untuk Siapa
18 18. Lelah Berdebat
19 19. Ada Kepala!
20 20. Teror?
21 21. Penyihir VS Penyihir
22 22. Kebenarannya, Sara....
23 23. Perjanjian Menyebalkan
24 24. Minta Maaf?
25 25. Gara-gara Pacar Ke-3
26 26. Alisha yang Manis
27 27. Pokoknya Selain Alisha
28 28. Kebenaran Sara (2)
29 29. Mewujudkan Impian
30 30. Hutan
31 31. Terjebak
32 32. Impian Alara
33 33. Abir: "Rasa apa ini?"
34 34. Ditangkap Polisi?
35 35. Abir: "Dia ... Alara Aarunaya."
36 36. I Love You, Alara!
37 37. Berhasil Pulang
38 38. Nasi Goreng Rasa Cinta
39 39. Salah Alara?
40 40. Kebetulan?
41 41. Bencana atau Berkah?
42 42. Abir pergi?
43 43. Tugas Membuat Alara Jatuh Cinta
44 44. Usaha Mengesankan Alara
45 45. Alara Terkesan?
46 46. Bertengkar?
47 47. Kesalahan Terbesar Abir
48 48. Semuanya Berakhir
49 49. Solusi atau Bukan?
50 50. Saling Merindukan
51 51. Panggilan Sayang
52 52. Kecelakaan Bersama ....
53 53. Sebuah Pengkhianatan
54 54. Semakin Rumit
55 55. Sumpah
56 56. Alara: "Abir hanya milikku!"
57 57. Misi Menculik Alisha
58 58. Terbongkar: Bukan Abir?
59 59. Mengaku
60 60. Bantuan
61 61. Menangkap atau Tertangkap?
62 62. Menyatukan Dua Cinta (End)
Episodes

Updated 62 Episodes

1
01. Kompromi Gila
2
02. Terganjal Restu?
3
03. Pasangan Kriminal
4
04. Alara dan Macan Tutul Himalaya
5
05. Perjanjian
6
06. Gara-gara Kebanyakan Pacar
7
07. Malam Pertama, bukan Malam Terakhir
8
08. Tendangan Super Alara
9
09. Abir Marah?
10
10. Honeymoon Sendiri-sendiri
11
11. "Gue mau kita putus."
12
12. Dia Benar-benar Sakit?
13
13. Sakit, tapi Bisa Jalan-jalan?
14
14. Alara yang Kejam, atau Abir yang Bodoh?
15
15. Perempuan Gila
16
16. Gara-gara Minuman Terkutuk
17
17. S untuk Siapa
18
18. Lelah Berdebat
19
19. Ada Kepala!
20
20. Teror?
21
21. Penyihir VS Penyihir
22
22. Kebenarannya, Sara....
23
23. Perjanjian Menyebalkan
24
24. Minta Maaf?
25
25. Gara-gara Pacar Ke-3
26
26. Alisha yang Manis
27
27. Pokoknya Selain Alisha
28
28. Kebenaran Sara (2)
29
29. Mewujudkan Impian
30
30. Hutan
31
31. Terjebak
32
32. Impian Alara
33
33. Abir: "Rasa apa ini?"
34
34. Ditangkap Polisi?
35
35. Abir: "Dia ... Alara Aarunaya."
36
36. I Love You, Alara!
37
37. Berhasil Pulang
38
38. Nasi Goreng Rasa Cinta
39
39. Salah Alara?
40
40. Kebetulan?
41
41. Bencana atau Berkah?
42
42. Abir pergi?
43
43. Tugas Membuat Alara Jatuh Cinta
44
44. Usaha Mengesankan Alara
45
45. Alara Terkesan?
46
46. Bertengkar?
47
47. Kesalahan Terbesar Abir
48
48. Semuanya Berakhir
49
49. Solusi atau Bukan?
50
50. Saling Merindukan
51
51. Panggilan Sayang
52
52. Kecelakaan Bersama ....
53
53. Sebuah Pengkhianatan
54
54. Semakin Rumit
55
55. Sumpah
56
56. Alara: "Abir hanya milikku!"
57
57. Misi Menculik Alisha
58
58. Terbongkar: Bukan Abir?
59
59. Mengaku
60
60. Bantuan
61
61. Menangkap atau Tertangkap?
62
62. Menyatukan Dua Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!