03. Pasangan Kriminal

Dalam satu jam kedepan, keluarga Abir akan datang ke rumah. Miray sudah menyiapkan semuanya untuk menyambut 'calon besannya' itu. Sekarang, dia akan menggunakan sisa waktu yang ada untuk melamun.

Tanpa perlu dijelaskan, Miray mengerti, pasti ada sesuatu di balik rencana pernikahan Alara. Apalagi bersama Abir. Bisa dipastikan mereka sedang berkompromi untuk sesuatu—yang entah apa itu. Namun, Miray tebak, mereka berkompromi 'mau menikah' karena omongan bibi-bibinya kemarin. Tapi kenapa? Biasanya putrinya itu akan mengabaikan saja, kenapa gadis itu sekarang malah menggubris hal yang selalu membuatnya kesal?

Jika niat awalnya saja sudah tidak benar, lalu bagaimana semua itu akan bisa bertahan? Berpisah karena bosan? Salah satu sifat Alara juga sangat mudah bosan terhadap semua hal. Termasuk di dalamnya pasangan. Miray pernah memergoki Alara chattingan dengan para laki-laki, yang kontaknya diberi nama Pacar no. 1, Pacar no. 2, Pacar no. 3, dan seterusnya.

"Ma, keluarga Abir udah dateng! Mama cepetan keluar!"

Miray menghela napas panjang. Itu suara Alara. Kenapa pula Abir dan keluarganya cepat-cepat datang? Padahal durasi melamunnya baru sebentar.

"Mama ...! Mama denger aku, nggak?"

"Iyaa ...!" Miray bergegas keluar, atau teriakan itu akan semakin keras.

Ternyata, gadis dua puluh lima tahun itu sudah berdiri di depan pintu; senyum-senyum tidak jelas ketika Miray keluar.

"Ada apa?" tanya Miray. Dari gerak-geriknya saja, sudah cukup menimbulkan kecurigaan.

"Enggak ada. Mama keluar, gih. Udah ditungguin soalnya," ucap putri Miray satu-satunya itu dengan ramah. Semakin aneh, bukan? Sejak kapan Alara bisa bersikap ramah?

Ketika keduanya tiba di ruang tamu, tempat itu sudah dipenuhi oleh anggota keluarga Abir: kedua orang tua, kedua adik kembar, dan nenek. Lalu, ada satu makhluk lain yang bukan berasal dari keluarga Abir. Rayya, sahabat Abir dan Alara.

Setelah saling bersalam-salaman mengucapkan selamat hari raya, mereka semua pun duduk. Sedikit ada kecanggungan di antara para orang tua, mengingat mereka memang hanya sempat bertemu di beberapa kesempatan, lain dengan anak-anaknya yang tidak ada sehari pun hilang kontak.

"Abir itu sebelumnya nggak mau nikah, tapi semalam mendadak minta izin untuk menikahi putri Anda berdua," ucap nenek Abir, Ashima.

"Alara juga begitu, Bu Shima. Dan kami pun belum mengiyakan atau menolak. Sebenarnya, kami sedikit heran, Alara salah makan apa atau hantu mana yang merasukinyaa sampai mendadak mau nikah?" sambung Miray, tentu sambil melirik Alara sedikit.

"Iya, Abir juga gitu. Selalunya dipaksa nikah sama adeknya karena nggak mau ngelangkahin kakaknya, tapi Abir selalu nolak. Tapi malam tadi, dia malah mendadak pulang sambil minta izin mau nikah," tambah Afsana, ibu Abir.

"Ekhem," Rayya berdeham. "Sebelumnya, maaf, ya, Semuanya. Bukannya saya mau ikut campur, saya hanya ingin mengatakan sesuatu."

Perhatian langsung tertuju pada Rayya.

"Mengatakan apa, Nak?" tanya Ashima.

"Jadi, gini, Nek. Alara dan Abir itu sebenarnya saling mencintai, tapi karena mereka payah, jadi mereka nggak bisa ngomongnya," ujar Rayya.

"Ya ... kalian tahu sendirilah, mereka berdua—sebenarnya kami bertiga—sudah bersahabat sejak puluhan tahun lalu. Kami sudah hafal sifat masing-masing. Dan, kalian juga pasti pernah dengar, 'kan? 'Tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan'. Nah, itulah yang terjadi sama putra dan putri kalian. Karena sering ketemu, curhat, makan-makan, nonton bareng, jalan, mereka jadi saling cinta. Tapi ... ya, biasanya orang-orang kayak sungkan gitu mau bilang kalau mereka naksir sahabat mereka sendiri. Jadi, pas udah saling terbuka dan menjalin hubungan, izinnya ke keluarga itu yang susah buat mereka," lanjut Rayya menjelaskan panjang lebar.

Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam mencerna kata-kata Rayya. Buat mereka, Rayya adalah sosok yang tahu luar-dalam Abir dan Alara, tentu karena persahabatan mereka yang sudah sangat lama. Jadi, ya, perkataan Rayya bisa dipercaya.

"Jadi, kalian berdua ini sebenernya saling mencintai?" tanya Afsana seperti tak percaya.

Alara dan Abir saling pandang, lalu mengangguk kikuk.

"Lah, kenapa nggak bilang dari kemarin? Kalau bilang dari kemarin, hari ini kita pasti sudah menyiapkan semuanya," kata Afsana.

"Tunggu, tunggu," sahut Miray. "Ini beneran, kan? Apa yang Rayya bilang bener? Kalian berdua saling mencintai?"

Alara dan Abir mengangguk sekali lagi.

Miray masih mengerutkan kening, seperti tak percaya pada kedua anak muda itu. "Sejak kapan?"

"Eh? Apanya yang sejak kapan, Ma?" tanya Alara kebingungan sendiri.

"Kalian saling cintanya itu sejak kapan."

"Dua bulan lalu," jawab Alara.

"Enam bulan lalu," jawab Abir setengah detik kemudian. Oke, kedua jawaban itu hampir bersamaan.

Sekarang bukan hanya kening Miray, tapi semua orang mengernyit.

"Dua atau enam bulan?" tanya Arshiya.

Abir melirik Alara; Alara memelototkan matanya pada Abir sebagai isyarat.

"Aku baru sadar suka Abir dua bulan lalu, tapi Abir udah suka sama aku sejak enam bulan lalu, begitu," jelas Alara.

"Apa yang Abir sukai darimu?" tanya Miray tiba-tiba sambil memicingkan mata menatap Alara.

Sontak saja Alara gelagapan. Ayolah, pertanyaan macam apa yang ibunya ajukan itu? Apa yang Abir sukai darimu, seolah-olah dia sangat tidak cocok untuk disukai para lelaki. Dan, hey, apa Miray tidak tahu, berapa jumlah followers instagramnya? Juga, berapa ratus orang yang selalu memberi komentar dengan emoticon love, atau memuji-muji dirinya? Ah, sepertinya setelah ini, Alara harus buatkan akun instagram untuk mamanya itu.

"Abir sayang, kenapa kau diam, Nak?" tanya Miray pada Abir.

"Emm---" Oh, God, apa yang harus Abir katakan pada ibu Alara itu? Sepertinya membuat orang mati kutu adalah bakat yang mendarah daging di keluarga Alara.

"Hatinya," sahut Rayya tiba-tiba. "Meski bertampang preman, kriminal, atau psycho, Alara itu sebenarnya baik," paparnya.

Sekarang Miray memicingkan mata menatap Rayya. Baik dari mananya? Sejak melahirkan Alara hingga detik ini—sudah dua puluh lima tahun lebih dua bulan—dia tidak pernah terlihat kebaikan hati Alara yang Rayya sebut itu.

"Tante, cinta itu kan tanpa alasan. Kalau mencari orang yang sempurna, itu tidak akan ada. Karena, yang ada hanyalah hubungan yang sempurna," ujar Abir sambil tersenyum kikuk. Untungnya dia ingat salah satu quotes dari film yang ditontonnya dulu.

"Abir benar," ucap ayah Abir, Arav. "Cinta itu memang tanpa alasan, datang tiba-tiba tanpa diundang. Juga, tidak membutuhkan sebab spesial, seperti harus menyukai sesuatu dari dalam diri pasangannya."

Abir dan Alara tersenyum lebar. Pepatah itu benar, Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambanya. Buktinya, mereka berdua akhirnya diberi pahlawan penyelamat berupa Ayah Abir saat hampir menyerah dengan pertanyaan-pertanyaan aneh itu.

"Oke, jadi, kita semua setuju dengan hubungan Abir dan Alara?" ucap Ashima seraya menatap bergantian semua orang.

"Setuju!" sahut Arshiya dengan semangat empat limanya. "Dari awal aku emang setuju dengan hubungan kak Abir dan kak Alara. Kan, yang penting, kak Abir nikahnya sama perempuan asli." Gadis itu menyengir di akhir kalimat.

Beberapa orang tertawa, sisanya geleng-geleng kepala dengan sebaris senyum.

"Om, Tante, sebaiknya kalian setuju aja, ya? Abir dan Alara itu pasangan serasi yang dibuat di surga. Sama-sama payah. Sama-sama kriminal. Bahkan, untuk minta restu aja harus datengin juru bicara, eh!" Rayya menggigit kecil lidahnya karena kecelakaan lidah di akhir kalimat.

"Iya, Rayya. Kami setuju. Terima kasih atas bantuanmu, ya," tutur Miray tersenyum.

"Sama-sama, Tante," balas Rayya semangat.

Di akhir acara, kedua keluarga itu saling berpelukan bahagia. Sementara itu, Abir melirik Alara sambil senyum-senyum. Tahu apa yang dilakukan Alara sebagai balasan? Yup, dia memelotot menggertak Abir.

"Bener-bener serasi, pasangan kriminal," komentar Rayya yang mengetahui adegan itu.

"Dih, najis banget serasi sama di---"

"Ssttt!" Abir langsung membungkam mulut Alara sebelum salah satu anggota keluarga mereka mendengar apa yang Alara katakan.

Alara melepas paksa tangan Abir yang membungkam mulutnya. "Jangan sentuh gue!"

"Diem, Lara, diem," desis Abir. "Lo mau keluarga kita narik lagi restu mereka? Siapa yang kemaren bilang udah nggak sabar mau nikah, ha?"

Alara menggeram kesal. "Iya, iya. Gara-gara Rayya, tuh, nyebut-nyebut gue serasi sama lo segala," gerutunya. 

"Eh, eh, eh? Apa lo bilang? Bukannya berterima kasih udah gue bantu mintain restu, malah nuduh-nuduh gitu. Mau gue bilangin ke ortu kalian, kalau kalian nikah cuma biar terlepas dari pertanyaan 'kapan nikah', ha?" sahut Rayya tak terima.

Alara dan Abir langsung mendekat di sisi kanan dan kiri Rayya. "Rayya sayang, sahabat gue yang cantiknya tiada tara, jangan gitu, dong, nggak baik," bujuk Alara. "Maaf. Mulut gue kan emang rada kejam."

"Hei, kalian kok malah kumpul di sini? Ayo sana, sekalian kita tentukan hari pertunangannya," ucap Nenek Ashima yang mendadak saja muncul dari belakang mereka.

"Nenek dari mana?" tanya Abir sedikit takut. Takut neneknya itu dengar pembicaraan mereka bertiga. Jika wanita itu dengar, restu yang akan didapat bisa dipastikan lenyap seketika.

"Dari kamar mandi."

"Oh, syukurlah." Abir menghela napas lega.

Ashima mengernyit. "Udah, ayo sana. Kita tentukan tanggal yang baik untuk pertunangan kalian."

"Kenapa nggak langsung nikah aja?" tanya Alara dan Abir bersamaan.

Nenek Ashima ternganga. "Setidaksabar itukah kalian berdua untuk menikah?"

***

Terpopuler

Comments

qolifatul

qolifatul

keburu bulan selo kata orang Jawa daripada kelamaan

2022-05-29

1

lihat semua
Episodes
1 01. Kompromi Gila
2 02. Terganjal Restu?
3 03. Pasangan Kriminal
4 04. Alara dan Macan Tutul Himalaya
5 05. Perjanjian
6 06. Gara-gara Kebanyakan Pacar
7 07. Malam Pertama, bukan Malam Terakhir
8 08. Tendangan Super Alara
9 09. Abir Marah?
10 10. Honeymoon Sendiri-sendiri
11 11. "Gue mau kita putus."
12 12. Dia Benar-benar Sakit?
13 13. Sakit, tapi Bisa Jalan-jalan?
14 14. Alara yang Kejam, atau Abir yang Bodoh?
15 15. Perempuan Gila
16 16. Gara-gara Minuman Terkutuk
17 17. S untuk Siapa
18 18. Lelah Berdebat
19 19. Ada Kepala!
20 20. Teror?
21 21. Penyihir VS Penyihir
22 22. Kebenarannya, Sara....
23 23. Perjanjian Menyebalkan
24 24. Minta Maaf?
25 25. Gara-gara Pacar Ke-3
26 26. Alisha yang Manis
27 27. Pokoknya Selain Alisha
28 28. Kebenaran Sara (2)
29 29. Mewujudkan Impian
30 30. Hutan
31 31. Terjebak
32 32. Impian Alara
33 33. Abir: "Rasa apa ini?"
34 34. Ditangkap Polisi?
35 35. Abir: "Dia ... Alara Aarunaya."
36 36. I Love You, Alara!
37 37. Berhasil Pulang
38 38. Nasi Goreng Rasa Cinta
39 39. Salah Alara?
40 40. Kebetulan?
41 41. Bencana atau Berkah?
42 42. Abir pergi?
43 43. Tugas Membuat Alara Jatuh Cinta
44 44. Usaha Mengesankan Alara
45 45. Alara Terkesan?
46 46. Bertengkar?
47 47. Kesalahan Terbesar Abir
48 48. Semuanya Berakhir
49 49. Solusi atau Bukan?
50 50. Saling Merindukan
51 51. Panggilan Sayang
52 52. Kecelakaan Bersama ....
53 53. Sebuah Pengkhianatan
54 54. Semakin Rumit
55 55. Sumpah
56 56. Alara: "Abir hanya milikku!"
57 57. Misi Menculik Alisha
58 58. Terbongkar: Bukan Abir?
59 59. Mengaku
60 60. Bantuan
61 61. Menangkap atau Tertangkap?
62 62. Menyatukan Dua Cinta (End)
Episodes

Updated 62 Episodes

1
01. Kompromi Gila
2
02. Terganjal Restu?
3
03. Pasangan Kriminal
4
04. Alara dan Macan Tutul Himalaya
5
05. Perjanjian
6
06. Gara-gara Kebanyakan Pacar
7
07. Malam Pertama, bukan Malam Terakhir
8
08. Tendangan Super Alara
9
09. Abir Marah?
10
10. Honeymoon Sendiri-sendiri
11
11. "Gue mau kita putus."
12
12. Dia Benar-benar Sakit?
13
13. Sakit, tapi Bisa Jalan-jalan?
14
14. Alara yang Kejam, atau Abir yang Bodoh?
15
15. Perempuan Gila
16
16. Gara-gara Minuman Terkutuk
17
17. S untuk Siapa
18
18. Lelah Berdebat
19
19. Ada Kepala!
20
20. Teror?
21
21. Penyihir VS Penyihir
22
22. Kebenarannya, Sara....
23
23. Perjanjian Menyebalkan
24
24. Minta Maaf?
25
25. Gara-gara Pacar Ke-3
26
26. Alisha yang Manis
27
27. Pokoknya Selain Alisha
28
28. Kebenaran Sara (2)
29
29. Mewujudkan Impian
30
30. Hutan
31
31. Terjebak
32
32. Impian Alara
33
33. Abir: "Rasa apa ini?"
34
34. Ditangkap Polisi?
35
35. Abir: "Dia ... Alara Aarunaya."
36
36. I Love You, Alara!
37
37. Berhasil Pulang
38
38. Nasi Goreng Rasa Cinta
39
39. Salah Alara?
40
40. Kebetulan?
41
41. Bencana atau Berkah?
42
42. Abir pergi?
43
43. Tugas Membuat Alara Jatuh Cinta
44
44. Usaha Mengesankan Alara
45
45. Alara Terkesan?
46
46. Bertengkar?
47
47. Kesalahan Terbesar Abir
48
48. Semuanya Berakhir
49
49. Solusi atau Bukan?
50
50. Saling Merindukan
51
51. Panggilan Sayang
52
52. Kecelakaan Bersama ....
53
53. Sebuah Pengkhianatan
54
54. Semakin Rumit
55
55. Sumpah
56
56. Alara: "Abir hanya milikku!"
57
57. Misi Menculik Alisha
58
58. Terbongkar: Bukan Abir?
59
59. Mengaku
60
60. Bantuan
61
61. Menangkap atau Tertangkap?
62
62. Menyatukan Dua Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!