05. Perjanjian

Alara, Abir, dan keluarga besar mereka berdua besok akan berangkat ke bungalow milik keluarga Abir. Mereka sudah membuat kesepakatan, di mana pernikahan Alara dan Abir akan diadakan di sana.

Sekarang, hari sudah sangat malam, tetapi Abir dan Alara ketemuan diam-diam di kafe milik Rayya. Rayya memang membebaskan kedua sahabatnya itu untuk datang ke sana kapanpun meskipun tidak ada dirinya. Jadi, Dua A itu selalu memilih kafe Rayya untuk ketemuan dan membahas segala hal.

Malam ini, mereka akan membahas hal yang sangat penting yang hampir saja luput dari perhatian mereka: perjanjian pranikah. Sebenarnya, itu adalah perjanjian tentang apa saja yang mengatur mereka berdua dalam pernikahan nanti. Mereka tidak boleh melakukan hal yang mereka sepakati untuk tidak dilakukan, juga harus melakukan apa saja yang sudah disepakati untuk dilakukan selama pernikahan.

"Gue udah buat daftarnya," kata Alara setelah Abir meletakkan dua cangkir kopi dan duduk di hadapannya.

"Gue juga udah," balas Abir.

"Oke, punya lo siniin biar gue baca, terus lo juga baca punya gue," ucap Alara mengatur.

Abir mengangguk dan menyerahkan selembar kertas binder berwarna pink pada Alara. Gadis itu tidak terkejut, karena sudah hafal pasti Abir mencuri kertas binder milik adik-adiknya. Dari warnanya, sih, sepertinya Arshiya. Karena gadis itu yang sangat-sangat menyukai warna pink.

Melupakan soal kertas itu hasil mencuri dari Arshiya atau Arshika, Alara juga menyerahkan kertas folio hasil tulisannya untuk Abir baca. Jika ada yang bertanya mengapa bukan kertas binder? Jawabannya hanya satu: karena kerta itu kurang besar.

Surat sudah berada di tangan masing-masing. Alara mulai khusyuk membaca kata demi kata yang ditulis oleh Abir di buku itu. Tulisannya bagus, jadi Alara tidak repot saat membacanya.

[Isi surat perjanjian dari pihak Abir:

Jangan galak-galak.

Jangan KDRT.

Nggak boleh ngelarang gue traveling.

Nggak boleh ikut campur urusan masing-masing.

Nggak boleh berantem lama-lama.

Jangan bikin masalah.

Jangan bertingkah.

Jangan bikin gue pusing.

Kalau nanti punya masalah, dibicarain baik-baik.

Kita bebas mau deket sama siapa pun. 

Semua yang terjadi harus atas kesepakatan bersama.

Nggak boleh melanggar perjanjian.

Tertanda,

Abir Rajvans.]

Sementara Abir, dia menyipit-nyipitkan mata membaca tulisan Alara yang luar biasa keren itu. Pertama, tatanannya lebih kacau dari tulisan anak TK; kedua, kerumitan hurufnya mengalahkan sandi Morse atau sandi-sandi lainnya yang paling sulit; ketiga, panjangnya seperti kereta api.

Namun, Abir adalah sahabat Alara sejak SD. Jadi, dia berhasil membacanya meskipun matanya sedikit sakit.

[Isi surat perjanjian dari pihak Alara:

Nggak boleh marah-marah.

Nggak boleh ngebentak.

Nggak boleh ngelarang-larang dalam hal apa pun.

Kita tidur di kamar yang berbeda.

Kita sama-sama bebas mau punya hubungan sama siapa pun, asal jangan melewati batas.

Pernikahan ini hanya nama, jadi kita nggak wajib bersikap kayak suami istri lainnya.

Nggak boleh kepo sama urusan satu sama lain.

Dilarang cemburu!

Nggak boleh maksa.

Kita sama-sama bebas melakukan apa pun yang kita suka.

Meski bebas, tapi tetep harus saling ngabarin.

Kalau lihat gue lagi jalan sama cowok lain, lihat lagi poin ke-8.

Gue nggak bisa masak, jadi jangan nyuruh gue masak.

Pekerjaan rumah dibagi rata, karena pernikahan ini menganut sistem 'rumah kos'.

Boleh selingkuh, tapi harus dibicarain dulu sama pasangannya; biar bisa lihat selingkuhan itu cocok atau enggak.

Kalau mau selingkuh, JANGAN SAMA KELUARGA GUE!

Harus sabar.

Harus ngalah sama gue.

Harus menjaga satu sama lain.

Jangan cerewet-cerewet jadi cowok.

Nggak boleh terlalu banyak berkomentar.

No drama-drama.

Harus saling jujur!

Jangan main rahasia-rahasiaan.

Karena pernikahan ini juga cuma status, jadi jangan nuntut harus bersikap seperti suami istri beneran.

Semua yang terjadi harus karena kehendak sendiri, bukan paksaan, dan harus atas hasil persetujuan bersama.

Kalau salah satu dari kita menemukan cinta sejati kita, kita bisa berpisah dan nggak boleh keberatan.

Nggak boleh ngupil sembarangan.

Badan harus selalu bersih dan wangi.

Kita tetep manggil satu sama lain dengan nama dan lo-gue.

Dan satu lagi yang paling penting, DILARANG KENTUT SEMBARANGAN!

Tertanda,

Alara Aarunaya Maheswara.]

Selesai membaca surat buatan Alara itu, Abir ternganga dan tidak bisa berkedip menatap Alara. "Apa-apaan ini? Panjang banget lagi. Gue aja cuma 12 nomor," protesnya.

Alara tersenyum miring. "Semuanya itu harus yang detail, Abir-ku sayang. Bahkan itu aja kayaknya kurang cukup, tapi gue udah nggak tahu mau nulis apa lagi," katanya.

Abir merengut. "Masa segala kentut sama ngupil aja ditulis," gerutunya.

"Ya karena gue benci banget sama orang-orang yang suka kayak gitu! Hiyy bikin ilfeel tahu," sahut Alara jijik.

Abir memutar bola matanya malas. "Padahal kalau nggak bisa kentut malah bahaya," gerutunya.

"Ya tapi nggak harus disemprot di sembarang tempat juga, tahu!" sahut Alara. "Pokoknya, kalau nanti lo berani kentut atau ngupil depan gue, gue lem pantat sama hidung lo biar nggak bisa kentut sama napas lagi sekalian," ancamnya.

Abir mengangguk-angguk pasrah. Mau heran, tapi seharusnya tidak karena dia juga sudah hafal bagaimana sifat Alara. Hal sekecil apa pun pasti dipermasalahkan, karena sepertinya gadis itu kekurangan masalah dalam hidupnya.

"Lagian harus jaga etikalah. Kan nggak sopan buang angin depan orang, apalagi kalau bunyinya kayak tikus kejepit dan baunya kayak bangkai," celetuk Alara.

Abir seketika terpingkal-pingkal mendengar perkataan Alara itu, padahal dia sudah mempersiapkan diri untuk protes lagi.

"Tapi yang bau bangkai biasanya yang nggak bersuara," katanya setelah berhenti tertawa.

"Ya pokoknya sama aja, itu nggak sopan," sahut Alara.

Abir tertawa sekali lagi dan mengangguk. "Iya, deh, iya. Diusahakan nanti nggak akan melanggar dua poin itu," ujarnya.

"Bukan cuma diusahakan nggak gitu, tapi emang nggak boleh melanggar itu. Haram hukumnya. Ngerti?" tutur Alara memelototi Abir.

"Iya, Lara, iya," ucap Abir pasrah.

"Good," puji Alara. "Lo udah setuju, kan?"

Abir mengangguk. "Kalau lo?"

"Sama. Jadi, kita langsung print ini dan tempelin meterai, terus kita tanda tangan dan simpan surat perjanjian ini baik-baik sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidup kita," ujar Alara.

"Iya, biar gue bawa pulang dan print, besok semuanya siap," balas Abir. "Ya udah, ayo pulang sekarang, keburu nanti keluarga lo tahu lo ngilang kan bisa bahaya."

Alara mengangguk dan berdiri. Lalu keduanya mulai berjalan beriringan ke arah mobil Abir yang diparkir di depan gerbang. Alara memang sengaja tidak membawa mobil sendiri, dia malas dan ingin menebeng Abir saja. Lagi pula, rumah mereka searah.

"Kita mampir beli makanan dulu, nggak, sih?" celetuk Alara saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Lo belum makan?" tanya Abir.

Alara menyengir. "Udah, tapi laper lagi," akunya.

"Ya udah.  Lo mau makan apa?"

Alara mengetuk-ngetukkan telunjuknya di pipi; posenya saat sedang berpikir. "Gue nggak laper-laper banget, sih. Kalau makan es krim aja gimana?"

"Boleh," kata Abir.

***

Kedai es krim langganan Alara biasanya sudah tutup. Sebagai gantinya, Abir membelikan Alara dua kotak es krim vanilla dan cokelat. Dua rasa kesukaan Alara. Setelah itu, langsung mengantar Alara pulang karena sekarang sudah lewat tengah malam.

"Thanks es krimnya, ya," ucap Alara sembari mengukir sedikit senyumannya sebelum turun dari mobil Abir.

Abir tergelak. Sejak kapan Alara mulai mengucapkan terima kasih?

"Kok lo malah ketawa, sih? Apanya yang lucu?" protes Alara.

Abir berdeham, berusaha menghentikan tawanya sebelum Alara melempar, memukul, atau meninjunya. "Enggak, bukan apa-apa, kok," katanya.

Alara memicingkan mata. Dia tahu, pasti Abir menertawai dia karena sudah mengucapkan terima kasih. Padahal apa yang salah? Bukankah itu suatu hal yang bagus dan mulai langka di zaman ini? Alara juga keren karena mau berusaha berubah.

"Lara, mau ikut gue pulang atau masuk ke rumah lo?" tanya Abir.

Alara baru bersiap-siap membuka mulut untuk menjawab, tapi Abir sudah lebih dulu menyelanya. "Pasti lo nggak sabar banget jadi istri gue. Iya, kan?" goda pria itu.

"Ish, amit-amit! Bilang aja lo yang aslinya nggak sabar mau jadi suami gue, kan?" sahut Alara membalikkan tuduhan Abir itu.

"Ish, enggaklah. Kan gue bilang juga apa, mendingan juga gue nikah sama Macan Tutul Himalaya," balas Abir kesal.

Alara tertawa. "Ya udah, semoga cita-cita lo kesampaian, ya. Oke, bye."

Alara membuka pintu mobil Abir dan keluar. Sebelum melangkah pergi, Alara berbalik dan melambaikan tangannya terlebih dahulu.

Hal itu membuat Abir tersenyum tanpa sadar dan ikut melambaikan tangan juga—meski terlambat karena Alara keburu berbalik.

"Alara, Alara," gumam Abir tertawa kecil, sebelum akhirnya mulai pergi dari situ.

*****

Terpopuler

Comments

qolifatul

qolifatul

ponakan sableng bener ni alara

2022-05-29

1

lihat semua
Episodes
1 01. Kompromi Gila
2 02. Terganjal Restu?
3 03. Pasangan Kriminal
4 04. Alara dan Macan Tutul Himalaya
5 05. Perjanjian
6 06. Gara-gara Kebanyakan Pacar
7 07. Malam Pertama, bukan Malam Terakhir
8 08. Tendangan Super Alara
9 09. Abir Marah?
10 10. Honeymoon Sendiri-sendiri
11 11. "Gue mau kita putus."
12 12. Dia Benar-benar Sakit?
13 13. Sakit, tapi Bisa Jalan-jalan?
14 14. Alara yang Kejam, atau Abir yang Bodoh?
15 15. Perempuan Gila
16 16. Gara-gara Minuman Terkutuk
17 17. S untuk Siapa
18 18. Lelah Berdebat
19 19. Ada Kepala!
20 20. Teror?
21 21. Penyihir VS Penyihir
22 22. Kebenarannya, Sara....
23 23. Perjanjian Menyebalkan
24 24. Minta Maaf?
25 25. Gara-gara Pacar Ke-3
26 26. Alisha yang Manis
27 27. Pokoknya Selain Alisha
28 28. Kebenaran Sara (2)
29 29. Mewujudkan Impian
30 30. Hutan
31 31. Terjebak
32 32. Impian Alara
33 33. Abir: "Rasa apa ini?"
34 34. Ditangkap Polisi?
35 35. Abir: "Dia ... Alara Aarunaya."
36 36. I Love You, Alara!
37 37. Berhasil Pulang
38 38. Nasi Goreng Rasa Cinta
39 39. Salah Alara?
40 40. Kebetulan?
41 41. Bencana atau Berkah?
42 42. Abir pergi?
43 43. Tugas Membuat Alara Jatuh Cinta
44 44. Usaha Mengesankan Alara
45 45. Alara Terkesan?
46 46. Bertengkar?
47 47. Kesalahan Terbesar Abir
48 48. Semuanya Berakhir
49 49. Solusi atau Bukan?
50 50. Saling Merindukan
51 51. Panggilan Sayang
52 52. Kecelakaan Bersama ....
53 53. Sebuah Pengkhianatan
54 54. Semakin Rumit
55 55. Sumpah
56 56. Alara: "Abir hanya milikku!"
57 57. Misi Menculik Alisha
58 58. Terbongkar: Bukan Abir?
59 59. Mengaku
60 60. Bantuan
61 61. Menangkap atau Tertangkap?
62 62. Menyatukan Dua Cinta (End)
Episodes

Updated 62 Episodes

1
01. Kompromi Gila
2
02. Terganjal Restu?
3
03. Pasangan Kriminal
4
04. Alara dan Macan Tutul Himalaya
5
05. Perjanjian
6
06. Gara-gara Kebanyakan Pacar
7
07. Malam Pertama, bukan Malam Terakhir
8
08. Tendangan Super Alara
9
09. Abir Marah?
10
10. Honeymoon Sendiri-sendiri
11
11. "Gue mau kita putus."
12
12. Dia Benar-benar Sakit?
13
13. Sakit, tapi Bisa Jalan-jalan?
14
14. Alara yang Kejam, atau Abir yang Bodoh?
15
15. Perempuan Gila
16
16. Gara-gara Minuman Terkutuk
17
17. S untuk Siapa
18
18. Lelah Berdebat
19
19. Ada Kepala!
20
20. Teror?
21
21. Penyihir VS Penyihir
22
22. Kebenarannya, Sara....
23
23. Perjanjian Menyebalkan
24
24. Minta Maaf?
25
25. Gara-gara Pacar Ke-3
26
26. Alisha yang Manis
27
27. Pokoknya Selain Alisha
28
28. Kebenaran Sara (2)
29
29. Mewujudkan Impian
30
30. Hutan
31
31. Terjebak
32
32. Impian Alara
33
33. Abir: "Rasa apa ini?"
34
34. Ditangkap Polisi?
35
35. Abir: "Dia ... Alara Aarunaya."
36
36. I Love You, Alara!
37
37. Berhasil Pulang
38
38. Nasi Goreng Rasa Cinta
39
39. Salah Alara?
40
40. Kebetulan?
41
41. Bencana atau Berkah?
42
42. Abir pergi?
43
43. Tugas Membuat Alara Jatuh Cinta
44
44. Usaha Mengesankan Alara
45
45. Alara Terkesan?
46
46. Bertengkar?
47
47. Kesalahan Terbesar Abir
48
48. Semuanya Berakhir
49
49. Solusi atau Bukan?
50
50. Saling Merindukan
51
51. Panggilan Sayang
52
52. Kecelakaan Bersama ....
53
53. Sebuah Pengkhianatan
54
54. Semakin Rumit
55
55. Sumpah
56
56. Alara: "Abir hanya milikku!"
57
57. Misi Menculik Alisha
58
58. Terbongkar: Bukan Abir?
59
59. Mengaku
60
60. Bantuan
61
61. Menangkap atau Tertangkap?
62
62. Menyatukan Dua Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!