Kini Sandra dan Daven duduk saling berhadapan di ruangan kerja Daven.
"Jadi?" Tanya Daven kepada Sandra dengan suaranya yang datar dan tenang.
Sandra mengambil nafas untuk menenangkan jantungnya yang saat ini sedang berdetak dengan kencang.
"Aku nggak masalah kalau nantinya Bang Cio nggak mencintai aku. Aku tetap ingin menikah sama Bang Cio agar bisamenjadi Bunda nya Aileen. Dan... Abang nggak perlu khawatir, aku nggak akan mengambil posisi Kak Larisa kok." Jawab Sandra dengan lancar.
Daven menghela nafas, Sandra tetaplah Sandra yang sejak dulu memang keras kepala. Jika Sandra menginginkan, Sandra akan berusaha untuk mendapatkannya.
"Kamu pikirkan dulu Sandra, aku tidak ingin kamu mengambil keputusan gegabah yang nantinya justru akan kamu sesali. Kamu masih muda, kamu bisa mendapatkan suami yang lebih baik dari aku. Tidak seperti aku yang merupakan duda dengan 1 orang anak. Ditambah, aku sudah jelas tidak bisa membalas perasaan kamu. Cinta yang kamu miliki terlalu berharga untuk kamu berikan kepada aku, Sandra." Ujar Daven.
"Enggak Bang, keputusan aku bukan keputusan gegabah. Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama. Dan... tujuan aku menikah dengan Abang adalah untuk menjadi ibu Aileen." Jawab Sandra tetap pada niatnya. "Dan masalah cinta yang aku punya untuk Abang, biarlah itu menjadi urusan aku sendiri. Abang tidak perlu memikirkannya." Tambah Sandra.
Lagi-lagi Daven menghela nafas setelah mendengar jawaban Sandra.
"Kamu beneran nggak papa kalau aku nggak cinta sama kamu? Bukankah setiap perempuan ingin menikah dengan laki-laki yang mencintai dirinya. Kamu nggak ingin seperti itu?"
"Jujur sebenarnya aku juga ingin memiliki suami yang juga mencintai aku. Tapi... setelah aku pikir-pikir nggak masalah juga kalau Abang belum mencintai aku. Kalau nanti kita benar menikah, Abang akan berusaha mencintai aku kan?" Ya, Sandra memiliki sebuah keyakinan yang membuatnya sampai berani mengambil keputusan ini. Sandra yakin kalau Daven akan berusaha mencintainya setelah mereka menikah nanti.
Daven diam tidak bisa menjawab pertanyaan yang Sandra ajukan.
"Aku belum siap mencintai perempuan selain Larisa." Jawab Daven.
Kini giliran Sandra yang menghela nafas setelah mendengar jawaban jujur dari Daven yang diluar dari perkiraannya. Sebenarnya Sandra kecewa dengan jawaban Daven. Kenapa laki-laki itu tidak bisa berbohong saja dengan mengatakan kalau dia akan berusaha mencintai dirinya? Setidaknya kebohongan itu membuat Sandra bahagia.
"Tidak usah buru-buru, aku punya banyak waktu untuk menunggu Bang Cio sampai bisa mencintai aku. Kalau nanti Abang mencintai aku, aku tidak akan pernah meminta Abang untuk mengeluarkan Kak Larisa dari hati Abang, karena Abang hanya perlu membuat ruangan tersendiri di hati Abang untuk Kak Larisa dan aku nantinya. Biar bagaimanapun aku tau diri, kalau Kak Larisa adalah cinta pertama sekaligus istri Abang yang sangat Abang cintai. Ditambah dia adalah ibu dari anak Abang." Ujar Sandra mencoba untuk tetap tenang.
"Akan aku pikirkan." Jawab Daven pada akhirnya. Jujur saja Daven tidak tau harus menjawab apa.
"Pertimbangkan juga mengenai Aileen, Bang. Dia masih butuh sosok seorang ibu." Setelah mengucapkan itu, Sandra pamit untuk keluar dari ruangan Daven. Sandra merasa dia butuh udara segar setelah membahas hal ini.
Setelah Sandra keluar dari ruangannya, jujur saja Daven kehilangan fokus pada pekerjaan. Daven terus memikirkan ucapan Sandra yang tetap ingin menikah dengannya meskipun dia sudah mengatakan kalau dirinya tidak bisa berjanji akan memberikan hatinya kepada Sandra. Daven tau Sandra keras kepala dan sangat teguh pendirian, tapi Daven tidak menyangka kalau Sandra akan seteguh ini untuk mendapatkan keinginannya.
Sekali lagi, Daven sudah menganggap Sandra seperti adiknya sendiri. Daven tidak ingin membuat Sandra terluka. Karena jika mereka benar menikah, Daven yakin kalau secara tidak langsung dia akan melukai Sandra meskipun dia tidak menginginkannya.
Daven tidak bisa berbohong kepada Sandra dengan mengatakan kalau dia akan belajar mencintai gadis itu. Karena sejujurnya Daven tidak ingin membagi cinta yang dia miliki untuk Larisa kepada perempuan lain. Kalaupun Daven membagi cintanya kepada perempuan lain, itu hanya untuk Aileen, Mama Laras, dan Della.
"Larisa, aku harus apa? Apa aku harus menikah dengan Sandra agar Aileen bisa mendapatkan kasih sayang dan figur seorang ibu?" Daven benar-benar bingung.
Daven tidak ingin keputusannya ini melukai orang lain, apalagi Sandra.
Tok... tok...
Pintu ruangan Daven di ketuk, kemudian tidak lama kemudian terbuka. Davian, yang masuk ke ruangan Daven adalah kembarannya.
"Kenapa muka Lo kusut begitu?" Tanya Davian sembari mendudukkan dirinya di sofa ruangan Daven.
"Ada apa lo dateng ke ruangan gue?" Daven mengabaikan pertanyaan Davian dengan balas memberikan laki-laki itu pertanyaan.
"Nggak tau, tiba-tiba gue suntuk aja di ruangan gue. Pengen cari suasana baru, jadi gue dateng kesini. Tadinya sih gue ke ruangan Sandra sama Marcel, tapi mereka nggak ada disana." Jawab Davian santai.
Padahal Sandra belum lama keluar dari ruangan ini. Lalu kemana perginya Sandra kalau gadis itu tidak ada di ruangannya.
Daven tidak menjawab apa-apa. Dia bersikap seolah sedang fokus mengerjakan pekerjaannya.
"Nggak usah sok sibuk kalau nyatanya lo nggak bisa fokus sama apa yang lagi lo kerjain." Ujar Davian.
Sudah dibilang, Daven dan Davian itu adalah anak kembar. Mau bagaimana pun, mereka bisa mengetahui apa yang terjadi satu sama lain tanpa perlu bercerita. Dengan Della pun begitu, hanya saja karena Della berbeda jenis kelamin, jadi ikatan batin antara Daven dan Davian kepada Della tidak terlalu kuat. Terlebih Della selalu Daven dan Davian anggap sebagai adik, bukan kembaran mereka.
Daven menghela nafas. Daven menyerah untuk berpura-pura fokus dengan pekerjaannya. Dia beranjak dari kursi kerjanya dan duduk di salah satu sofa.
"Kenapa lo?" Tanya Davian. Walaupun Davian tidak yakin kalau Daven akan memberitahu dirinya mengenai apa yang terjadi.
"Sandra minta gue buat nikahin dia." Ujar Daven memberitahu.
Terkejut? Tentu saja Davian sangat terkejut mendengar ucapan Daven.
"Kenapa? Lo buntingin dia?" Tanya Davian dengan nada tajam.
"Pala lo buntingin. Tidur sama Sandra aja nggak pernah gimana bisa gue buntingin Sandra." Jawab Daven kesal.
"Ya abis gue kaget, kenapa bisa tiba-tiba Sandra minta lo nikahin. Kalau bukan karena hamil, terus karena apa coba?"
Akhirnya Daven memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Davian. Biar bagaimanapun dia perlu seseorang untuk berbagi. Daven tidak ingin keputusan yang dia ambil ternyata salah.
"Gila... gila... Sandra tetaplah Sandra yang selalu waoww banget. Dia bakal lakuin apa aja buat mewujudkan keinginannya itu." Ujar Davian.
Ya, semua orang sudah hafal dengan tabiat Sandra yang pantang menyerah itu. Dan sifat pantang menyerah Sandra ini benar-benar menakjubkan.
"Tapi, untuk jatuh cinta sama Sandra itu gampang kok Dave. Kalau aja gue nggak nganggep Sandra seperti adik gue sendiri, mungkin gue udah jatuh cinta ke Sandra." Tambah Davian.
"Dan... Itu berarti Sandra benar-benar tulus ke Aileen. Susah loh cari perempuan yang mau sama lo tapi juga bisa nerima anak lo. Dan menurut gue, nggak ada salahnya kalau lo mulai belajar untuk mencintai Sandra. Percaya sama gue, nggak susah buat lo jatuh cinta ke Sandra."
"Masalahnya gue nggak ada niatan untuk mencintai perempuan lain selain Larisa. Dan sama kaya lo, gue juga menganggap Sandra seperti adek gue sendiri." Jawab Daven.
Davian diam sejenak. Davian sadar kalau posisi Daven juga sulit.
"Kalau begitu jangan pernah menikah dengan Sandra. Karena lo bakal nyakitin dia nantinya. Meskipun gue bukan kakak kandungnya, tetep aja gue nggak mau kalau Sandra sampai terluka. Apalagi yang melukai adalah kembaran gue sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘
2023-08-28
0
susi 2020
🙄🙄
2023-08-28
0
Ana
apa yang dikatakan davian benar tapi hati siapa yang tau, bisa aja berubah seiring berjalan nya waktu
2023-06-14
0