Lagi-lagi Daven berdiam diri didepan jendela kamarnya. Menatap gelapnya langit malam yang saat ini sedang dihiasi oleh rintik hujan. Sekarang sudah diputuskan kalau Daven akan kembali menetap di Indonesia lagi. Seperti yang sudah dikatakan, Daddy Dani akan melalukan apapun jika itu keinginan Mama Laras. Dan sekarang Mama Laras ingin agar Daven dan Aileen tinggal di Indonesia, maka keinginan itu akan terjadi. Mengenai ucapan Daddy Dani yang mengatakan kalau dia akan menjual perusahaan mereka di Singapura jika Daven menolak untuk tinggal di Indonesia maka itu benar adanya. Daven sangat mengenal Daddy Dani yang tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.
Padahal jika dipikirkan lagi, Singapura hanyalah negara yang menyimpan kenangan antara Daven dan Larisa. Sedangkan makam Larisa sendiri ada di Indonesia. Tapi entah kenapa Daven merasa dia bisa lebih dekat dengan Larisa saat dirinya ada di Singapura.
Tok… tok…
Pintu kamar Daven di ketuk.
“Masuk.” Jawab Daven datar.
Daven langsung beranjak dari ranjang kemudian duduk di sofa.
Pintu kamar terbuka menampilkan sosok Daddy Dani.
“Ada apa Dad?” Tanya Daven kepada Daddy Dani.
“Daddy lupa kasih tau kamu. Besok kamu langsung masuk ke kantor ya, bantu handle kerjaan Daddy.” Ujar Daddy Dani kepada Daven.
Daven menganggukkan kepalanya, percuma juga dia menolak karena Daddy Dani tidak akan menerima penolakan. Lagi pula sebelum Daven memegang perusahaan yang ada di Singapura dia juga pernah memegang perusahaan disini.
“Oke, udah Daddy cuma mau ngomong itu aja.” Ujar Daddy Dani kemudian keluar kamar dan menutup pintunya lagi.
Daven menatap jam didinding yang menunjukkan pukul 9 malam. Daven memutuskan untuk ke kamar Aileen untuk melihat apakah putrinya itu sudah tidur atau belum. Sepertinya sekarang ini Aileen sedang happy karena sejak mereka sampai di Indonesia gadis cilik itu belum pernah menangis sama sekali.
Begitu Daven membuka pintu kamar Aileen, terlihat Della sedang menggendongnya. Sepertinya Aileen baru saja akan tidur karena Daven bisa melihat putrinya itu sedang meminum susu dari dotnya.
“Mama mana dek?” Tanya Daven kepada Della seraya menghampiri adik dan juga putrinya.
“Mama tadi turun ke bawah. Kenapa Bang?”
“Enggak papa…”
Daven menatap Aileen yang sayup-sayup memejamkan matanya.
“Makasih ya dek kamu udah bantu Abang jagain Aileen.”
“Apa sih Abang pakai terima kasih segala. Aileen kan keponakan aku. Santai aja kali Bang.” Jawab Della. “Oo iya, hari ini katanya Mama mau tidur sama Aileen, Abang nggak papa kan tidur sendiri?” Tanya Della kepada Daven.
“Iya nggak papa, kalau gitu Abang balik ke kamar ya.”
Setelah memberikan kecupan didahi Aileen, Daven langsung keluar dari kamar Aileen dan masuk ke kamarnya sendiri.
“Pagi semua….” Sandra turun dari kamarnya sudah dengan pakaian rapi dan riasan tipis diwajahnya tanda kalau dia sudah siap pergi ke kantor hari ini.
“Pagi dek… Ada apa nih kok tumben pagi-pagi udah semangat banget kaya gini?” Tanya Ayah Radit kepada Sandra.
Bunda Sya hanya tersenyum melihat Sandra yang sangat semangat itu.
“Enggak ada apa-apa, Yah. Pagi-pagi itu emang harus semangat! Iya kan Bun?”
“Iya.” Jawab Bunda Sya kalem.
“Oo iya, Mas Rendra mana, Bun? Belum bangun?” Tanya Sandra kepada Bunda Sya.
“Belum dek, katanya hari ini ambil cuti. Adek tau sendiri kan seminggu ini Mas sibuk banget. Sampai-sampai buat pulang ke rumah aja jarang banget.” Jawab Bunda Sya.
Sandra menganggukkan kepalanya paham.
Dan setelah perbincangan singkat itu mereka mereka segera melanjutkan sarapan.
“Kalau gitu adek berangkat kerja dulu ya.” Sandra yang sudah menyelesaikan sarapannya segera beranjak dari kursinya, mencium tangan dan juga pipi Ayah Radit dan Bunda Sya, baru setelahnya keluar rumah untuk berangkat menuju kantor.
“Hati-hati dek, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya.” Ujar Ayah Radit mengingatkan.
“Siap Ayah….”
Seperti biasa pagi hari selalu Sandra awali dengan kemacetan, maklum saja karena ini jamnya anak berangkat sekolah dan juga orang dewasa berangkat bekerja. Sandra memang selalu berangkat lebih awal dari pada Ayah Radit. Karena meskipun Sandra bekerja di perusahaan sahabat orang tuanya, tapi tetap saja posisi Sandra adalah pegawai biasa seperti yang lainnya. Jadi Sandra tidak ingin seenaknya dengan berangkat telat sesuka hatinya.
Dengan penuh kesabaran, akhirnya setelah lebih dari 30 menit lamanya Sandra sampai di kantor. Sekarang Sandra sudah bisa bernafas lega karena dia tidak terlambat.
Sandra turun dari mobilnya yang dia parkirkan di parkiran basement.
“Pagi Sandra…” Ujar seorang laki-laki menyapa Sandra.
“Eehh, pagi Mas Daniel. Baru sampai?” Tanya Sandra berbasa-basi.
Daniel menganggukkan kepalanya.
“Ya udah ayo bareng…”
Sandra dan Daniel berjalan bersisian, mereka mengobrolkan beberapa hal yang terdengar cukup menarik karena Sandra terlihat beberapa kali tersenyum.
“Nanti makan siang sama siapa?” Tanya Daniel kepada Sandra.
Sandra menggelengkan kepalanya.
“Nggak tau Mas, kalau Mas Marcel sama Kak Davian nggak sibuk paling aku sama mereka. Tapi Mas Daniel kalau mau gabung nggak papa kok, pasti mereka malah seneng karena tambah rame.” Jawab Sandra.
Daniel hanya tersenyum tipis.
“Oke, nanti deh aku pikirin lagi. Tapi kamu kalau nanti nggak ada temen makan siang langsung telfon aku aja ya.”
Sandra dan Daniel memang sudah saling bertukar nomor telefon.
“Kedengarannya aku kaya butuh Mas Daniel buat temenin aku makan siang doang deh.” Ujar Sandra seraya tertawa kecil.
“Enggak masalah, aku sih suka-suka aja walaupun kamu butuh aku cuma buat nemenin makan siang.” Jawab Daniel dengan senyuman dibibirnya.
Setelah itu pintu lift terbuka.
“Ya udah, aku duluan ya San. Kamu selamat bekerja.” Ujar Daniel kepada Sandra.
“Iya Mas, Terima kasih.” Jawab Sandra.
Setelah Daniel turun, pintu lift kembali tertutup dan naik menuju lantai tujuan Sandra.
Begitu lift terbuka, seperti biasa suasana yang sepi langsung menyambut penglihatan Sandra. Inilah tidak enaknya bekerja dilantai yang sama dengan Ketua Direksi, sepi tidak ada teman selain Marcel yang merupakan sama-sama sekretaris seperti dirinya.
Sandra membuka pintu ruangannya, terlihat sudah ada tas milik Marcel tapi tidak ada orangnya.
Baru saja Sandra akan duduk pintu kembali terbuka.
“Baru sampai San?” Ternyata Marcel.
Sandra menganggukkan kepalanya.
“Mas Marcel darimana?” Tanya Sandra kepada Marcel.
“Dari pantry abis bikin kopi, kenapa”
“Enggak papa cuma tanya aja. Oo iya, Om Dani belum dateng ya Mas?”
“Belum, mungkin masih dijalan.”
Sandra menganggukkan kepalanya paham.
“Oo iya San, kamu udah dikasih tau sama Pak Dani belum kalau mulai hari ini Daven kerja disini. Kamu pasti tau Daven kan? Kembarannya Davian.” Ujar Marcel memberitahu Sandra.
“Daven?”
“Iya, soalnya dia nggak balik lagi ke Singapura.”
Sandra terdiam dikursinya. Daven? Abang Cio-nya akan bekerja disini? Sandra akan bekerja ditempat yang sama dengan pujaan hatinya? Lalu bagaimana nasib hatinya nanti? Bisa-bisa Sandra kehilangan kontrol diri untuk tidak jatuh hati lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Eva Rubani
lanjut
2023-02-05
1
bunda DF 💞
pip pip pip pip calon suamo dataaang
2022-11-21
1
Fiera
takdir nih san, dipertemukan kembali bahkan harus bekerja bersama
2022-11-07
0