Sandra belum menceritakan kepada Aleera kalau saat ini dia sudah menyampaikan niatnya kepada Daven untuk menjadi ibu dari Aileen. Dan siang ini, Sandra berencana untuk main ke rumah Aleera. Kebetulan sekali hari ini Sandra hanya bekerja setengah hari saja. Hal ini karena Daven yang akan pergi ke luar kota nanti. Sementara Sandra sendiri tidak ikut karena memang tidak diminta.
^^^to Aleera^^^
^^^Aku mau curhat.^^^
Begitu bunyi pesan singkat yang Sandra kirimkan.
from Aleera
Okey, aku selalu siap mendengar semua curhatan kamu:)
Dan akhirnya setelah makan siang dan Daven juga sudah berangkat ke Bandara, Sandra langsung melajukan mobilnya ke kediaman Aleera.
Disinilah Sandra sekarang, duduk di ruang tengah rumah Aleera.
"Kok tumben masih jam setengah 1 udah pulang San?" Tanya Aleera yang saat ini sedang mengambilkan jus untuk Sandra.
"Kerjaan aku udah selesai karena Bang Cio ada kerjaan di luar kota. Jadi ya udah, aku disuruh pulang." Jawab Sandra.
Aleera menganggukkan kepalanya paham. Tangannya mengulurkan jus kepada Sandra.
"Jadi, mau curhat apa? Masalah Aileen?" Tanya Aleera.
Sandra langsung menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Aleera. Memang akhir-akhir ini pembahasan Sandra dan Aleera tidak jauh dari Aileen dan Daven. Dan juga mengenai betapa besarnya keinginan Sandra untuk menjadi ibu sambung Aileen.
Hanya saja Sandra memang belum menceritakannya kepada Aleera mengenai dirinya yang sudah mengatakan niatnya kepada Daven. Dan Sandra akan memberitahu Aleera sekarang.
"Ly... Kayanya keputusan aku udah bulat deh, aku bener-bener mau jadi ibu sambung buat Aileen." Ujar Sandra.
Terlihat kalau Aleera sendiri sepertinya tidak terlalu terkejut dengan ucapan Sandra itu. Karena sudah hafal bahwa jika Sandra memiliki sebuah keinginan maka sahabatnya itu akan berjuang untuk memperolehnya sampai dapat.
"Seperti yang selalu aku bilang, kalau aku akan setuju dan mendukung apapun keputusan kamu selama itu membuat kamu bahagia dan tidak merugikan orang lain." Jawab Aleera tenang. Benar kan? Yang bisa Aleera lakukan hanya memberikan support kepada Sandra. Karena apapun keputusannya, semua itu ada ditangan Sandra.
Sandra menghela nafas pelan.
"Aku tau kamu akan selalu mendukung keputusan aku. Tapi masalahnya, untuk meyakinkan Ayah, Bang Kendra dan Mas Rendra itu bukanlah hal yang mudah Ly. Kamu tau sendiri bagaimana posesifnya mereka selama ini." Ujar Sandra.
Sandra tentu tidak akan melupakan ke tiga heronya itu. Sandra tau, tidak akan mudah meminta izin kepada mereka bertiga.
Aleera sangat paham akan hal itu. Sudah sejak dulu Aleera melihat betapa posesifnya keluarga Santoso kepada wanita-wanita di keluarga ini. Dan sekarang pun Aleera juga merasakannya melalui Kendra.
"Pelan-pelan aja kasih tau ke Ayah dan yang lainnya San. Kalau masalah Bang Kendra, aku bisa bantu buat yakinin dia." Ujar Aleera.
Ya, belum ada yang tau akan keinginan Sandra ini kecuali Aleera.
"Tapi aku rasa lebih baik kamu mulai kasih tau Bunda dulu deh San, biar bagaimana pun feeling ibu biasanya selalu benar. Kalau Bunda setuju dengan keputusan kamu, baru kamu kasih tau ke Ayah." Aleera memberikan sarannya.
Namun entah kenapa tiba-tiba Sandra justru tertawa sendiri.
"Kamu tau Ly? Sebenarnya yang menjadi masalah utama bukan soal restu keluarga kita. Masalah utama justru ada pada Bang Cio." Ujar Sandra.
Aleera mengerutkan keningnya.
"Kenapa? Kalian udah ada pembicaraan mengenai masalah ini kan?"
Sandra menganggukkan kepalanya. Dia mulai menceritakan apa yang sudah terjadi diantara dirinya dengan Daven.
Aleera melongo tidak percaya. Ternyata Sandra lebih berani dari yang Aleera kira selama ini.
"Untuk menjadi ibu sambung Aileen itu berarti aku harus nikah sama Bang Cio kan? Tapi masalahnya dia aja masih sangat mencintai mendiang istrinya, aku nggak yakin kalau dia mau menikah sama aku." Ucap Sandra dengan senyum tipis yang terlihat dipaksakan.
"Kalau Bang Daven belum bisa mencintai kamu, jangan sampai kamu mengambil keputusan untuk tetap menikah dengan dia, San. Aku nggak setuju. Biar bagaimanapun, cinta itu sangat penting untuk kelangsungan sebuah rumah tangga." Jawab Aleera.
Sandra diam sejenak.
"Aku sayang Aileen, entah kenapa aku merasa kalau Aileen sudah seperti anak aku sendiri." Sandra terdiam sejenak. "Tapi apa mungkin rasa sayang aku ini sebenarnya nggak tulus ya Ly? Apa ini hanya karena pengaruh bahwa Bang Cio adalah laki-laki yang sejak dulu aku cintai?"
Sandra sendiri memilih untuk tidak menceritakan kepada Aleera mengenai ucapan Daven yang mengatakan bahwa laki-laki itu tidak bisa mencintai wanita lain selain mendiang istrinya.
Karena, lihat sendiri bagaimana respon Aleera saat tau bahwa Daven masih mencintai mendiang istrinya. Aleera langsung meminta Sandra untuk tidak melakukan pernikahan dengan Daven sebelum laki-laki itu mencintai dirinya.
Setelah 3 hari lamanya Daven ada di luar kota dan menggantungkan keputusannya kepada Sandra, hari ini Daven meminta Sandra untuk datang ke ruangannya karena dia ingin memberikan jawabannya.
"Jadi, keputusan Abang apa?" Tanya Sandra langsung pada intinya.
"Aku setuju untuk menikah dengan kamu." Daven juga menjawab tanpa basa-basi seperti Sandra.
Sandra melebarkan matanya. Tidak menyangka kalau Daven akan setuju menikah dengannya.
"Tapi tetap, aku tidak bisa menjanjikan cinta dalam rumah tangga kita nantinya. Dan... aku tidak bisa menjanjikan rumah tangga yang. selayaknya." Ujar Daven menjelaskan.
Awalnya Daven ingin menolak keinginan Sandra ini. Hanya saja setelah banyak pertimbangan, seperti kata Davian, sulit untuk mencari perempuan yang bisa menerima dirinya juga menerima putrinya. Dan sekarang Sandra datang menawarkan sesuatu yang sebenarnya secara tidak langsung Daven butuhkan semenjak Larisa meninggal. Katakanlah Daven jahat, tapi dia memang membutuhkan Sandra untuk mengisi posisi Larisa sebagai ibu dari Aileen.
"Abang beneran setuju?" Fokus Sandra justru bukan mengenai masalah cinta yang tidak bisa Daven janjikan. Melainkan kata setuju yang Daven ucapkan. Sandra terlalu bahagia sampai dirinya sulit untuk memikirkan hal lain lagi.
"Iya, jadi kapan aku bisa datang ke rumah untuk melamar kamu ke Om Radit?" Tanya Daven.
Daven sudah memutuskan, jadi dia tidak ingin mengulur-ulur waktu lagi.
"Melamar ke Ayah?" Sandra masih belum bisa berpikir.
"Iya, memangnya kemana lagi aku bisa melamar kamu selain ke Om Radit?"
Senyum Sandra semakin melebar.
"Aku bakal kasih tau Ayah dulu nanti, dan masalah kapan Abang bisa datang untuk melamar, akan aku kabarin lagi."
Ya, Sandra tentu harus membicarakan hal ini dengan Ayah Radit dan yang lainnya dulu. Tidak mungkin tiba-tiba saja Daven datang ke rumah melamar dirinya sementara sebelumnya tidak pernah ada pembicaraan yang terjadi mengenai hal ini. Apalagi selama ini Sandra dan Daven tidak terlihat seperti seseorang yang sedang menjalin hubungan. Yang ada nanti semua orang akan sangat syok.
"Oke, nanti kabari saja."
Sandra keluar dari ruangan Daven dengan wajah yang berbunga-bunga. Masih tidak menyangka kalau Daven akan setuju menikah dengan dirinya.
"Kenapa kamu? Kemarin-kemarin bengong terus, sekarang malah senyum-senyum sendiri nggak jelas." Ujar Marcel yang merasa heran dengan perubahan drastis yang terjadi pada Sandra.
"Mas, aku tuh seneng banget tau. Bentar lagi aku mau nikah." Ujar Sandra memberitahu Marcel.
Marcel justru tertawa.
"Nikah? Anak kecil kaya kamu mau nikah? Jangan aneh-aneh deh." Marcel tentu saja tidak percaya dengan apa yang Sandra katakan.
"Anak kecil? Aku umur 23 tahun dan bentar lagi 24 tahun. Udah nggak bisa aku dipanggil anak kecil." Ujar Sandra sewot karena Marcel memanggilnya anak kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
susi 2020
🙄🙄😘😍
2023-08-28
0
susi 2020
😍🥰🥰🤩
2023-08-28
0
Bzaa
jangan panggil aku anak kecil paman🤣🤣
senengnya yg mo otewe nikah.. cie..
2022-10-21
3